SUAMI WARISAN
148 – Bahasa Cinta
“Hah…! Hah…! Hah…!” napas Rengganis tersengal-sengal bersaman dengan langkah kakinya yang mulai terseok-seok menerobos semak-semak.
Narendra menariknya tanpa berperasaan, memaksanya mengikuti ritme langkah kakinya yang cepat. Mereka berdua berlari layaknya dikejar setan. Kaki Rengganis berkali-kali terantuk batu dan tergores oleh belukar yang diterobos mereka.
“Stop! STOP!” pinta Rengganis dengan napas terengah-engah, dia menyentakkan tangan Narendra.
Langkah mereka berhenti di tengah hutan, namun Narendra kelihatan masih gusar. Kepalanya menoleh kiri-kanan memastikan tidak ada orang yang mengikuti mereka.
Sementara itu Rengganis berusaha mengatur napasnya. Kedua tangannya bertumpu pada lutut ketika dia menghardik Narendra, “Kenapa tadi kabur, hah?!”
Narendra melonjak kaget. Dia menoleh dan langsung bertatapan dengan pelototan Rengganis yang bengis.
“Saya tidak kabur…”
SUAMI WARISAN149 – Pasangan SejiwaAngin malam menerpa wajah Narendra ketika dia melompati tembok dan langsung berhadapan dengan dua orang prajurit yang sedang berpatroli mengelilingi tembok Istana.Mereka memandang Narendra sejenak sebelum menyadari bahwa lelaki yang memakai caping itu adalah seorang penyusup.Belum sempat mereka melakukan sesuatu, Narendra sudah bergerak cepat melumpuhkan keduanya. Kakinya seakan terbang tak menjejak tanah ketika dia berlari meninggalkan dua prajurit yang terkapar pingsan.Dia berhasil mengelabui prajurit yang berjaga di depan gerbang desa kemudian masuk ke hutan. Bunyi kresek-kresek terdengar ketika dia menerobos semak-semak menuju tengah hutan. Jantungnya bertalu-talu di dada ketika dia memacu kakinya untuk berlari lebih cepat. Walaupun tau bahwa tidak ada yang mengejarnya, Narendra ingin buru-buru kembali ke pondok sebelum Rengganis menyadari dia tidak ada.Istrinya itu pasti bakal
SUAMI WARISAN150 – Napak TilasCinta pertama Narendra memang Citra Prameswari, dia pikir kisah mereka akan bertahan selamanya.Namun Narendra tidak pernah mengucapkan kata cinta pada Citra.Di masa itu, mengucapkan kata cinta bagaikan hal yang tabu. Mereka disatukan oleh ikatan yang sakral, yang seringkali diikat bukan karena keinginanan pribadi.Ikatan antara Narendra dan Citra memang semestinya di mata masyarakat. Bahkan jika mereka tidak bersama, seakan itu adalah dosa.Narendra menerima hubungannya dengan Citra karena sepertinya salah jika menolak perjodohan itu. Lagipula dia masih terlalu muda dan naïve. Melihat calon istrinya yang datang dari keluarga bangsawan dan cantik sudah membuatnya puas ketika itu.Hidupnya memuaskan. Semua orang mengaguminya. Semua lelaki di Kerajaan iri padanya. Namun manusia tidak pernah merasa cukup.Terlalu sering menghabiskan waktu di Istana membuatnya jatuh cinta pa
SUAMI WARISAN151 – Terjebak di Masa Lalu“Nyai, tunggu disini, saya akan mencari—”Narendra setengah merangkak menuju cerukan hendak berenang mencari merah delima yang hilang, namun Rengganis menahannya, “Jangan, Naren!”Perempuan itu memegangi Narendra dengan kedua tangannya, menahan lelaki itu agar tidak menceburkan diri ke cerukan “Kamu kecapekan, jangan memaksakan diri…”“Tapi ….”Rengganis menggeleng, “Lebih baik kita ke pondok, mengeringkan diri dan makan, Kang. Kamu perlu memulihkan diri dulu.”Narendra kelihatan bimbang, dia memandang permukaan air yang beriak. Berpikir dimana kira-kira dia bisa menemukan merah delima yang lenyap begitu saja.“Ayo.” Rengganis membantu Narendra bangkit dan memapah lelaki itu berjalan kembali ke pondok.Jalan Narendra tertatih-tatih, sebelah lengannya berada di pundak Re
SUAMI WARISAN152 – BarterHujan turun semalaman.Rengganis terbangun di dalam selimut bersama Narendra yang masih lelap. Dia menoleh dan tersenyum.Pagi ini begitu indah ketika dia membuka mata dan melihat wajah tampan suaminya.Rengganis mendekatkan dirinya dan memeluk Narendra. Suaminya itu merespons dengan mengecup keningnya. Walau matanya terpejam, Narendra menyadari tangan Rengganis yang memeluk pinggangnya. Dia balas merangkul perempuan itu dan bergumam, “Selamat pagi, Sayang…”“Pagi, Kang…” balas Rengganis manis.Telapak tangan Narendra meraba kulit punggung Rengganis yang telanjang. Semalam, di antara derasnya suara hujan, mereka kembali bercinta hingga pagi menjelang.“Perih?” tanya Narendra, merujuk pada selangkangan Rengganis. Tangannya menyusup ke dalam selimut dan meraba pusat Rengganis.“Sedikit,” balas Rengganis sambil mengg
SUAMI WARISAN153 – Istri PinjamanDi masa modern, Mahesa sedang khawatir dengan keberadaan Rengganis.Ponsel istrinya itu tidak bisa dihubungi.Tiga hari sudah lewat dan Mahesa belum bisa pulang karena terjebak oleh meeting yang tak berkesudahan.Dia mencoba menghubungi Rengganis; menelepon, mengirim pesan, mengirim email sampai DM di laman media sosialnya. Semuanya tak ada respons.Akhirnya Mahesa menempuh jalan terakhir, meminta bantuan keluarganya untuk mencari keberadaan Rengganis.“Ibu udah ke apartemen kamu, Nak. Tapi enggak ada yang bukain pintu.” Ibu menjawab telepon Mahesa pada suatu malam, suaranya terdengar khawatir karena menantu kesayangannya pun tak membalas pesannya “Hapenya mati.”“Iya, Bu. Makanya aku minta bantuan Ibu untuk cari Rengganis. Sekarang aku dalam perjalanan ke bandara.”“Hm, ya. Sebaiknya kamu segera pulang. Mamanya Rengganis jug
SUAMI WARISAN154 – Manusia Biasa“Oh, syukurlah kamu baik-baik saja!”Narendra mendorong Rengganis melewati pintu dan memeluk perempuan itu erat-erat.Dia melepaskan pelukannya kemudian menghujani Rengganis dengan ciuman-ciuman kecil di seluruh bagian wajahnya.Rengganis sempat terhenyak dengan serangan tiba-tiba dari Narendra, namun akhirnya dia menemukan suaranya dan bertanya, “Naren, apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini?” tanya Rengganis yang tenggelam dalam pelukan Narendra.“Kita berhasil pulang, Nyai. Syukurlah saya berhasil membawa kita pulang dengan selamat.” Terdengar helaan napas lega yang bergema di dada Narendra.“Tapi kenapa begini?” Rengganis masih heran “kenapa aku enggak ingat kita pulang? Sekarang jam berapa? Hari apa? Tanggal berapa?”“Tenang, Nyai. Sebenarnya kita sempat hilang hampir seminggu, tapi saya bisa memut
SUAMI WARISAN155 – Dua Garis BiruPapan jadwal penerbangan menunjukkan bahwa pesawat yang ditumpangi Mahesa sudah mendarat dengan selamat, yang artinya sebentar lagi Mahesa akan keluar dari gerbang kedatangan setelah klaim bagasi.Rengganis menunggu dengan harap-harap cemas di antara kerumunan orang-orang yang menunggu dan menjemput teman, sanak saudara, keluarga atau pasangan mereka di gerbang kedatangan.Matanya mencari-cari sosok suaminya di antara banyaknya manusia yang keluar dari gerbang, tangannya memegang sebuah papan yang disiapkannya sebelumnya. Rengganis berinisiatif untuk menjemput Mahesa tanpa sepengetahuan suaminya, sengaja hendak memberi kejutan.Namun, tunggu punya tunggu, Mahesa belum juga kelihatan batang hidungnya.Rengganis jadi gelisah, berkali-kali dia memastikan jadwal penerbangan yang dilihatnya tidak salah, berkali-kali juga dia mengamati satu per satu orang yang lewat depannya. Detik berganti me
SUAMI WARISAN156 – Pertanda“RENGGANIS HAMIL!”Mahesa berteriak di telepon pada ibunya. Terdengar jeritan memekikkan telinga sebagai respon dari seberang telepon.Mahesa terbahak, terdengar puas dan bahagia “YES! Bu, apa kubilang, kalau kita sabar, kita akan mendapatkan berkah yang tidak terduga!”“Oh… ya, ya, Sayang! Syukurlah…! Gimana Ganis sekarang? Morning sickness?” tanya Ibu berapi-api. Beliau memberi gestur pada ayah Mahesa yang baru saja datang.“Ada apa?” tanya Ayah heran melihat istrinya tertawa sampai hampir menangis.Ibu menyerahkan ponselnya pada suaminya dan berbisik, “Mahesa punya berita besar buat kita…”“Huh?” Ayah menerima ponsel dan bertanya pada Mahesa, “Ya, Mahesa. Ada berita apa sampai ibumu nangis begini?”Mahesa tertawa pelan, “Ah, Ayah… Rengganis hamil, Yah.&r