Home / Rumah Tangga / Suami Wasiat Kakek / Siapa itu Atalas?

Share

Siapa itu Atalas?

Author: YL Wanodya
last update Last Updated: 2023-05-30 15:36:38

"Hai, Rafka. Apakah ini istrimu?" tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba mengulurkan tangan pada Katarina, ia gugup dan bingung saat itu.

“Iya, dia istriku Katarina,” ucap Rafka dengan menjabat tangan lelaki yang baru datang itu.

“Oh, hai Katarina. Aku Atalas, sepupu Rafka salam kenal ya,” sapa Atalas yang terlihat kikuk dengan perlakuan Rafka.

Katarina hanya bisa tersenyum, sikap Rafka yang suka berubah-ubah membuatnya bingung. Kini ruang makan tidak lagi sepi, Atalas yang sibuk mengobrol dengan Elegi yang membahas masa kecil keduanya. Rafka masih terlihat canggung dan malas untuk berkomunikasi.

“Ikut aku!” Tangan lelaki itu mulai menarik tangan Katarina secara paksa.

“Ke mana sih, Mas? Jangan kasar begini, sakit!” kelit Katarina menarik tangannya dari genggaman Rafka.

Secara sengaja Rafka melepaskan tangan Katarina hingga ia hampir terjatuh, tubuhnya sempat terhuyung ke belakang. Untung saja dengan sigap Rafka menarik pinggang Katarina. Tatapan mata tidak dapat ter-elakkan saat itu. Diam tanpa sepatah kata, hanya deruan napas keduanya yang saling sahut-menyahut.

“Mas Rafka ganteng banget, andai dia tidak sedingin es batu,” batin Katarina saat menatap Rafka dari bawah.

“Maaf,” singkat dan tiba-tiba Katarina terjatuh ke lantai.

Rafka berjalan cepat ke arah taman samping rumah, Katarina hanya mengikuti setiap langkah suaminya yang sangat cepat dan buru-buru.

“Mas, ada apa?” Katarina yang masih tidak paham dengan Rafka.

“Apa?” Rafka membalikkan pertanyaan.

“Mas ngapain ngajak aku kesini?” tanya Katarina yang mulai geram dengan kelakuan suaminya.

Rafka yang awalnya duduk di sebuah kursi kini berdiri tepat di depan Katarina, jantungnya seperti dipompa lebih cepat dari biasanya.

“Kalau ini awal dia menyentuhku, aku pasrah, Tuhan!” gumamnya dalam hati.

“Ngapain merem?! Ini ada daun di rambut kamu! Aku hanya ingin memperingatkan kamu, selalu hati-hati dalam bertindak di rumah ini!” ucap Rafka dengan ketus dan berlalu begitu saja.

“Dia itu kenapa sih? Aku tidak menarik ya sampai dia gak mau menyentuhku barang secuil!” gerutu Katarina merutuki kepergian Rafka yang berlalu begitu saja.

***

Usai sarapan pagi Atalas dan Pramana sempat intens mengobrol, Rafka yang sempat diajak untuk berbincang bersama memilih menghindar. Namun, secara tiba-tiba Atalas menghampirinya di ruang keluarga.

“Hai, Rafka. Lama kita tidak bertemu,” Atalas yang berjalan mendekati Rafka yang asik menonton televisi.

“Ada acara apa hingga kamu kesini?” tanya Rafka to the poin.

“Paman tidak bilang ya ke kamu? Aku dan paman ada kerja sama di bidang properti. Ya, ada beberapa proyek yang paman dapat membutuhkan bantuanku,” jelas Atalas dengan wajah datarnya.

“Atalas, tidak perlu begitu di depanku!” gertak Rafka keras.

“Bagaimana? Kita lama tidak bertemu, Rafka. Berlakulah seperti biasa denganku, aku terlalu lama tinggal di Surabaya yang panas. Ternyata Malang sekarang mulai panas yah, eh!” ledek Atalas dengan sengaja.

“Mulut sampah!” batin Rafka bergejolak ingin membungkam mulut Atalas.

Keheningan keduanya berakhir saat Katarina berjalan membawa cookies dan satu gelas kopi, ia membawa ini untuk Rafka yang sedari tadi sibuk menonton televisi.

“Halo, Kakak ipar,” sapa Atalas dengan senyum centilnya.

“Oh, hai ... Maaf ya, aku tidak tahu kalau ada kamu disini,” Katarina merasa gugup sekaligus terkejut saat melihat Atalas ada di ruang keluarga.

Tatapan Rafka yang menyorot mata Katarina membuatnya lebih bingung. Lelaki itu menunjukkan secara terang-terangan ketidaksukaannya pada Atalas.

“Tidak apa, kakak ipar. Kemarilah bergabung dengan kami.” Tangan Atalas yang sengaja menarik tubuh Katarina untuk bergabung bersama mereka.

“Tidak, biarkan dia di kamar!” ungkap Rafka dengan menarik Katarina untuk beranjak.

“Ah, iya, aku masih banyak urusan. Mungkin lain kali, ya,” Katarina beranjak meninggalkan dua lelaki yang ada di ruang keluarga itu.

Lagi dan lagi sikap Rafka membuat Katarina bingung, kadang dingin kadang posesif. Sebenarnya apa yang ia inginkan dari pernikahan ini. Sepanjang anak tangga menuju kamar ia masih bertanya-tanya tentang sikap Rafka.

“Huh, sebenarnya mau dia apa sih?” pekik Katarina keras.

-Kata, ayo ikut ke cafe favoritmu dulu sama anak-anak.- Refaldy

Satu pesan yang membuat Katarina hampir tergelincir, dapat nomornya dari mana laki-laki itu. Dengan segera ia berlari ke kamar. Tanpa berani membuka pesan dari Refaldy, bisa saja ia mengikuti ajakan Refaldy.

“Jangan bodoh, Katarina!” gumamnya sembari menatap keluar balkon.

Suara langkah kaki mendekati kamar membuat Katarina melihat ke sumber suara, tidak lama dari itu ia menemukan Rafka yang tiba-tiba masuk kamar. Tangannya sibuk merapikan beberapa berkas yang dimasukkan ke tas kerjanya.

“Mas, mau kemana?” Katarina yang sempat menatap balkon kini berjalan mendekati Rafka.

“Aku ada urusan sama klien, kamu di rumah saja. Jaga diri baik-baik, jangan banyak tingkah yang merugikan kamu!” ketus Rafka tanpa spasi pada Katarina.

“Aku bosan sekali di rumah, boleh aku ikut, Mas?” Katarina tidak berharap banyak atas permintaannya pada Rafka kali ini.

“Kamu tidak dengar ucapan aku barusan?! Aku ada urusan sama klien, ngapain kamu ikut? Kalau bosan sana pergi ke mana gitu, gak usah ganggu aku kerja!” cecar Rafka ketus.

Lelaki itu meninggalkan Katarina yang masih mematung seperti tidak berdaya, secara tidak sengaja Rafka menyentil hati kecilnya. Bentakan tidak begitu keras membuat Katarina terluka.

“Memang tidak bisa mengucap baik-baik ya, Mas?” gumam Katarina pelan.

Ia kembali menatap keluar, duduk di balkon kamar sendirian dan menatap mobil Rafka yang keluar dari area rumah. Keinginannya untuk membuntuti Rafka kembali terkumpul, namun ia tidak berani mengulang kejadian beberapa hari yang lalu.

“Kakak ipar, sini,” suara teriakan dari halaman itu membuat Katarina sedikit mendongak.

Seorang Atalas sedang duduk di bangku taman yang ada di halaman depan, entah sejak kapan laki-laki itu ada di sana. Yang pasti ia saat ini duduk sendirian dengan laptop yang ada di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia memberi isyarat pada Atalas akan segera turun.

“Nanti Mas Rafka marah gak ya? Mana mungkin dia peduli denganku, lagian ini kan sepupu dia. Apa salahnya aku mengobrol dengannya sebentar,” tanpa berpikir panjang Katarina keluar kamar dan menemui Atalas.

“Kak mau kemana?” tanya Elegi yang berjalan dari dapur.

“Ke halaman,” seru Katarina dengan terburu-buru.

Sampainya di halaman, ia sempat ragu untuk menemui Atalas. Mengingat Rafka sangat posesif saat tahu kedatangan Atalas pagi ini. Tetapi, Katarina memilih acuh dan tidak peduli, ia dengan semangat menemui Atalas.

“Hai, Atalas,” sapa Katarina pelan.

“Halo, kakak ipar. Silakan duduk sini,” ujar Atalas menunjuk bangku di sebelahnya.

“Terima kasih, kamu lagi ngapain di sini?” tanya Katarina dengan sedikit gugup.

“Ini, hanya mengecek beberapa desain aja sih, pekerjaan karyawan,” jelas Atalas dengan senyum ke arah Katarina.

“Wah, kamu pandai gambar yah. Kamu anak seni?” tanya Katarina lagi.

“Bukan, tapi kalau seni mencintaimu aku masih belajar, Kak,” jawab Atalas dengan senyum simpul menggoda.

Deg!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Wasiat Kakek    Bahagia Untuk Selamanya

    "Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi

  • Suami Wasiat Kakek    Lahirnya bayi pewaris

    "Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    "Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana

  • Suami Wasiat Kakek    Hari USG

    "Hm," singkat jawaban Pramana beranjak meninggalkan Rafka begitu saja. 'Ada apa dengan ayah? kenapa dia tidak suka aku punya anak, bukannya ini hal baik ya dia akan menimang cucu dari anak sulungnya,' gumam Rafka dalam batinnya. Rafka hanya menghela napas panjang, ia berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat tingkah Pramana yang seolah biasa saja, membuat perasaan Rafka sedikit kacau dan takut. "Tapi ayah tidak akan berbuat yang macam-macam pada Katarina, em lagian semua asetnya sudah aku kembalikan sesuai janji. Kalau ayah masih nekat mencelakai Katarina, seharusnya dia tahu apa akibatnya," ucap Rafka sepanjang langkah ke kamar. "Kak!" seru Elegi keras. Rafka menoleh, "Ada apa, El?" tanya Rafka dengan ketus."Gak apa-apa, cuma manggil aja. Kak Kata di mana, Kak?" tanya Elegi lagi. "Kamar," singkat jawaban Rafka lalu beranjak meninggalkan adiknya. *** Saat tiba di kamar, Rafka melihat Katarina sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia hanya duduk diam di ranjang, matanya menatap

  • Suami Wasiat Kakek    Calon Bapak Baru

    "Raf, maaf ganggu. Ini ada meeting yang kamu harus datang," ucap Rengga di telepon. "Emang gak bisa diwakili? biasanya juga kamu yang wakili," tanya Rafka sedikit berbisik."Enggak bisa, client pengennya kamu yang presentasi. Udah sempet aku rayu tapi tetep gak mau," jelas Rengga. "Siapa sih, Reng?" tanya Rafka dengan tegas. Rengga sejenak diam, ditelpon Rafka sudah menunggu jawaban dengan penuh tanda tanya. "Andini," singkat jawaban Rengga membuat Rafka bungkam. "Duh, aku lagi gak bisa ninggal Katarina sendirian di rumah. Reng, Katarina hamil, badannya masih belum kuat banget trimester pertama," jelas Rafka dengan antusias. "Terus ini gimana? Andini tetep minta kamu," tegas Rengga. Sejenak Rafka menghela napasnya, berpikir panjang apakah ia bisa meninggalkan Katarina 1-3 jam saja. "Gimana? aku butuh jawaban," tegas Rengga di telepon. "Bentar aku mikir!" gertak Rafka. Rafka mempertimbangkan banyak hal, meeting hanya 1-3 jam. Akan tetapi, keselamatan Katarina selama 1-3 jam i

  • Suami Wasiat Kakek    Kabar Yang Ditunggu

    "Kak!" teriak Elegi keras dari luar kamar.Mata Katarina dan Rafka kini tertuju pada pintu, percakapan itu terhenti begitu saja. Rafka segera beranjak ke pintu, menemui Elegi yang secara tiba-tiba mengetuk pintu dan berteriak sangat keras. "Ada apa?" tanya Rafka setelah membuka pintu. "Em, itu, ayah aneh banget!" gerutunya. "Terus? kamu ngapain malem-malem ke sini?" tanya Rafka dengan sedikit keras."Gak apa-apa sih, cuma pengen iseng aja," Elegi terkekeh lalu berlari ke kamarnya. Rafka hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang sangat aneh itu. Kini ia hanya memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. "Mas, ada apa?" tanya Katarina lirih. "Adik iparmu, cari ribut mulu," jawab Rafka terkekeh."Apa katanya?" Katarina berbalik tanya dengan melihat tangan Rafka yang memijit pelipisnya. pria itu hanya menggelengkan kepalanya, merebahkan tubuhnya di dekat Katarina. secara tiba-tiba Katarina ikut memijat pelipis Rafka, tanpa permisi dan basa-basi. "Pusing ya? kamu k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status