Share

Bab 10

Author: Gilva Afnida
last update Huling Na-update: 2025-05-28 15:30:40

Namun kemunculan pria tampan yang berdiri di ambang pintu dan menatap usil ke arah kami--membuat kami menjauh.

"Ups, sori ganggu..."

Pipiku terasa hangat dan kembali teringat akan rasa ciuman dari Mas Edgar yang ternyata benar-benar menggairahkan dan memabukkan. Kalau saja pria yang berdiri di ambang pintu itu tidak bersiul, mungkin tindakan kami sudah terlewat batas.

"Udah balik, Dan?" Suatu sapaan dari Mas Edgar yang membuatku teringat dengan cerita Anindya dulu. Soal Mas Edgar yang memiliki saudara sepupu dari pihak Mamanya yang bernama Daniel Omar.

Sepertinya, dialah orangnya. Pria yang menatap ke arah Mas Edgar itu memang ganteng. Alis matanya yang tebal menambah daya tariknya. Aku menganggap, usianya beberapa tahun di atasku.

"Ya, kerjaan di kantor udah beres. Sengaja aku pulang ke sini dulu untuk beristirahat sebelum pulang," sahut si sepupu. "Eh... ternyata di sini aku malah dapat kejutan yang gak terduga. Siapa dia, Mas?"

Mas Edgar menoleh ke arahku dengan nampak kikuk
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 18

    Perbuatan kami semalam membuat Mas Edgar tertidur pulas di kamarku hingga menjelang pagi.Pelan-pelan Mas Edgar menuruni kasur tanpa tahu kalau sebenarnya aku sudah bangun. Ku tatap punggungnya yang semakin lama semakin hilang di balik pintu.Pada saat itulah aku baru tersadar ada sesuatu dalam hatiku yang merekah soal pria itu. Tadi malam aku menyerahkan keperawanan--yang tadinya aku sendiri tidak menyangka. Akhirnya, kami menggenapi hubungan suami-istri seutuhnya.Setelahnya, aku turun dari ranjang dengan perasaan ngilu di bagian selangkangan. Ku tatap darah keperawanan yang ada di atas sprei lalu berdiri mematung di depan meja rias. Penampilanku begitu berantakan, pipiku memerah dan mataku seperti berkabut.Sekelebat ingatan soal malam panas tadi malam membuatku meneteskan air mata. Entah apa yang sebenarnya ku rasakan. Mungkin karena menyadari kalau aku telah kehilangan mahkota kesucian yang selama ini ku jaga.Aku berusaha untuk tidak menyesalinya, hanya mer

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 17

    Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa."Sekarang dugaanmu itu lucu, Mas.""Jadi gak benar ya?""Ya enggaklah. Sifatku ini emang gak mau kalah, tapi cuma sekedar buat menunjukkan kalau aku ini juga punya otak yang bisa bekerja."Kali ini giliran Mas Edgar yang tertawa."Kok ketawa?" tanyaku."Gak boleh? Katamu aku bisa ngelakuin apa aja di rumahku sendiri. Mau aku tidur di atas genteng atau tertawa terbahak-bahak, ini kan di rumahku sendiri," jawabnya sambil tertawa. "Jadi aku mau nunggu di sini sampai Daniel masuk ke kamar juga gak akan ada yang melarang, Kan?"Merasa capek berdebat. Aku pun menggeser tubuhku agar Mas Edgar bisa berbaring di sampingku. "Ya udah cepat berbaring sini."Setelahnya, aku mencari remot untuk mematikan lampu utama dan digantikan dengan lampu tidur.Mas Edgar terlihat sudah berbaring di sampingku. Keheningan pun terjadi. Lidahku terasa kelu. Hanya ada suara musik dari ruang tengah yang terdengar."Musik DJ y

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 16

    Kali ini giliran Mas Daniel yang tertawa. "Sepertinya kesegaran wajahku kalah oleh wanita yang sehabis melalui bulan madu di depanku ini."Mendengar itu, wajahku seketika memanas. Lekas aku mengalihkan topik pembicaraan. Untungnya Mas Daniel tidak menyadarinya. Kami membahas soal kerjaan yang baru saja diselesaikannya. Sesekali kami tertawa bahkan terbahak-bahak bersama.Mas Edgar yang baru datang pun ikut duduk di sebelah kananku. "Apa yang bikin kalian keliatan asyik?""Pengalamanku di Jogja, Mas," sahut Mas Daniel. "Maklum, baru pertama kali kesana.""Pasti tingkahmu yang selalu menggampangkan sesuatu, seperti gak mau disopiri seseorang sampai salah jalan. Ya, Kan?" kata Mas Edgar menebak."Itu salah satunya." Mas Daniel menyeringai.Kami bertiga pun larut dalam pembicaraan. Mula-mula Mas Edgar hanya tersenyum tidak terlalu menanggapi percakapan, namun saat membicarakan urusan bisnis, Mas Edgar menjadi sosok yang mendominasi.Hal itu membuatku bosan da

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 15

    Sulit bagiku menyadari kalau rumah dua lantai yang berlapis cat emas di depanku itu, kini berada dalam genggamanku sebagai istri dari Mas Edgar.Awal-awal aku mengalami kesulitan karena menjalani kehidupan yang berbeda dari kehidupanku sebelumnya. Seperti berada di lingkungan yang sibuk dengan usaha, urusan bisnis, acara makan dengan pejabat, bahkan mengadakan turnamen golf. Padahal aku terbiasa bangun pagi lalu berangkat ke kantor. Singkatnya, dunia ini bukanlah duniaku.Selain itu, hal yang paling berat adalah penyesuaianku dengan Mas Edgar sebagai suamiku. Awal masuk ke rumah ini, aku tidak mau menempati kamar bekas Anindya. Kubiarkan kamar itu tetap seperti semula tanpa ada yang ku ubah sampai Tante Irna marah melihat kelakuanku."Kamar itu harusnya jadi milikmu, Nara," begitu katanya saat berkunjung ke rumah. "Singkirin aja barang-barang dari Anindya ke gudang.""Enggak, Ma. Aku akan tetap tidur di kamar yang dulunya aku tempati."Sejak menikah, aku mem

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 14

    "Aku malah tiap hari ngerasa gak enak sampai pekerjaanku keganggu." Jawabannya cukup membuatku terkejut."Kayaknya Mas Edgar bukan tipe orang yang mudah terpengaruh sama hal-hal yang gak masuk akal sehat.""Gak masuk akal sehat gimana?" tanyanya memotong ucapanku dengan cepat. "Ini permintaan istriku sendiri. Aku ngerasa bersalah kalau mengabaikan permintaan itu begitu saja... Lagipula apa kamu tidak terusik setelah ciuman kita sebulan yang lalu?"Aku terdiam, menatap lagi matanya yang hitam sepekat malam."Jangan bilang kalau kamu tidak memikirkannya." Mas Edgar menatapku dengan dalam. "Nara... Meskipun ada banyak hal-hal lainnya diantara kita yang tidak cocok, bagaikan langit dan bumi. Tapi untuk satu hal itu... sepertinya kita jadi cocok." Suara Mas Edgar terdengar lembut.Aku semakin kehilangan kata-kataku. Perkataan Mas Edgar membuat bara panas di pipiku. Kenapa juga waktu itu aku dengan mudahnya larut dalam cumbuan-cumbuannya? Apa benar aku termasuk orang yang mesum?Tiba-tiba M

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 13

    Masih seperti habis pulang dari kantor tadi, aku keluar menemui Mas Edgar yang duduk tenang di ruang tamu rumah orangtuaku.Wajahku masih berminyak, rambutku agak berantakan karena mengendarai motor sepulang dari kantor.Meski aku tahu tamuku itu ingin semua hal nampak rapi, apik dan anggun, termasuk penampilan orang, tapi aku tidak peduli.Kenapa juga aku harus tampil sesuai yang disukainya? Memangnya dia siapa?Sembari berpikir seperti itu, aku menyalaminya. "Apa kabar, Mas?" "Aku biasa-biasa aja," jawabnya datar."Kapan datang dari Jakarta?" "Kemarin pagi. Kebetulan ada urusan pekerjaan di sini tapi udah selesai tadi pagi. Sekarang aku mampir kesini karena ada hal yang ingin aku sampaikan.""Apa itu, Mas?""Kita ngobrolnya di restoran luar aja. Gimana? Mau, kan?""Aku capek, Mas. Aku mau istirahat.""Tapi udah makan malam belum?""Belum." Aku menjawab apa adanya."Gak lapar?""Ya lapar... tapi jujur aja kalau yang ingin aku lakuin sekarang itu mandi dengan air hangat, makan, habi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status