Share

Bab 3

Penulis: Dwi Kartika
Ketika aku menginterogasi Alde dengan menunjukkan bukti-bukti di ponsel, dia malah memakiku, "Siapa suruh kamu lihat isi ponselku? Ini privasiku! Kamu nggak bisa memberiku sedikit ruang?"

Padahal saat kami pacaran, Alde bilang dia senang melihatku memeriksa ponselnya. Dengan begini, dia bisa menunjukkan bahwa tidak ada wanita lain di dalam hatinya.

Sepuluh tahun kemudian, pria ini malah memarahiku bertindak tidak masuk akal. Pertengkaran kami membangunkan putraku yang tidur di kamar sebelah.

Putraku yang masih mengantuk, menatapku dengan takut. Katanya, dia mau ayahnya dan Kak Tasya. Dia hanya tidak mau ibu yang telah membesarkannya dengan susah payah.

Seketika, kegetiran menyelimuti hatiku. Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Sesaat kemudian, aku menatap putraku yang bersembunyi di belakang Alde dan bertanya, "Winston, kamu mau Ayah atau Ibu?"

Alhasil, putraku menjawab dia tidak mau ibu yang galak. Dia mau Tasya menjadi ibunya. Aku sungguh kecewa dan akhirnya berkemas untuk meninggalkan vila.

Perang dingin ini berlangsung selama tiga bulan. Ketika mengetahui aku hamil lagi, aku bahkan ingin menggugurkan kandunganku.

Namun, aku teringat Alde terus mengatakan dirinya menginginkan anak perempuan dan Winston menginginkan adik perempuan. Aku lantas mengalah dan memutuskan untuk mencari mereka lagi.

Siapa sangka setelah pulang, aku dan anakku malah mati hanya karena mereka ingin menyenangkan hati Tasya.

Mungkin karena tekadku terlalu kuat, rohku terbang ke sisi Alde. Aku melihat ketiga orang ini sedang larut dalam suasana harmonis.

Winston yang selalu membangkang malah menatap Tasya yang baru dikenalnya selama dua bulan dengan tatapan penuh kekaguman. Dia bertepuk tangan untuk Tasya.

Sementara itu, Alde mengelus kepala Tasya dan berkata, "Sepertinya aku harus mengganti nama kontakmu jadi si Cerdas."

Wajah Tasya tersipu karena pujian Alde. Dia menyahut dengan manja, "Semua ini karena instruksimu. Kamu sampai membakar vila untukku. Lain kali aku bakal melakukannya lebih baik lagi."

Lebih baik lagi? Aku tersenyum mencela menatap vila yang masih terbakar. Mungkin, saat ini jasadku sudah jadi abu.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
membusuklah di neraka wanita sampah bucin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 15

    Setelah pulang, Alde mengadakan upacara pemakaman untukku. Orang tuaku menangis sedih. Mereka menyuruh Alde mengembalikan putri mereka. Alde hanya bisa terdiam, membiarkan orang tuaku memukulnya.Setelah semua berakhir, Alde mengemas barang-barang Winston dan mengantarnya ke rumah orang tuaku. Dia juga mentransfer sejumlah besar uang kepada orang tuaku.Ketika mengurus prosedur mengundurkan diri dari kantor pemadam kebakaran, Alde tidak lupa mengambil tas tahan api itu dari Max. Sesudah itu, dia membuat janji dengan Tasya.Tasya mengira Alde telah menyadari kesalahannya dan masih mencintainya. Dia pun berdandan dengan sepenuh hati.Siapa sangka, begitu mereka bertemu, Alde langsung menikamnya lebih dari sepuluh kali. Tasya berbaring tak berdaya di lantai sambil menanyakan alasan Alde membunuhnya.Alde seperti mendengar lelucon terkonyol di dunia. Dia tertawa dan mencabut pisau yang menikam dada Tasya, lalu memberinya tikaman fatal untuk mengakhiri hidupnya.Darah menciprat ke wajah Ald

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 14

    Alde menggenggam hasil USG itu dengan erat. Kepalanya tertunduk. Dia tidak bisa berkata-kata.Tasya mengira posisinya sudah aman. Dia menggigit bibirnya karena merasa cemburu. Kemudian, dia bertanya dengan manja, "Pak Alde, bukannya kamu nggak suka anak kecil? Kalau bukan karena Kak Nyla ingin punya anak, kalian nggak mungkin punya anak, 'kan?""Tutup mulutmu!" Alde menendang Tasya hingga membuatnya terjatuh.Aku menatap Tasya yang meringkuk kesakitan, tetapi tidak bisa merasa senang sedikit pun. Lagi pula, Alde sangat melindungi Tasya di hadapanku dulu. Kini, dia mencampakkan Tasya begitu saja.Tasya tidak pernah diperlakukan sekasar ini oleh Alde. Dia mencengkeram perutnya dan berteriak dengan tidak percaya, "Atas dasar apa kamu menendangku? Aku nggak buat salah kok!""Semalam kamu melihat Nyla pulang, 'kan?""Nggak ada! Aku nggak lihat apa-apa! Kamu yang bilang vilamu sudah tua, jadi dibakar juga nggak masalah! Kenapa malah marah-marah padaku sekarang?"Tasya berderai air mata sambi

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 13

    Setelah keluar dari kamar mayat, Alde terlihat jauh lebih tenang. Dia mengantar jenazahku ke krematorium, lalu bergegas ke rumah sakit dengan membawa guci abuku yang masih hangat.Saat ini, Tasya sedang menjaga Winston yang diopname karena alergi. Winston menangis dan melemparkan makanan cepat saji yang dibeli Tasya dari minimarket. "Aku nggak mau makan ini! Aku mau bubur seafood buatan Ibu!"Setiap kali masak bubur seafood, aku selalu bangun pukul 5 pagi untuk membeli seafood segar dan memasaknya pagi-pagi sekali. Setelah sakit, putraku baru teringat pada ibu kandungnya."Terserah mau makan atau nggak! Aku nggak sebaik ibumu yang bisa meladenimu saat tantrum!" bentak Tasya yang mengira Alde tidak akan kembali ke rumah sakit secepat ini.Winston menangis ketakutan melihat penampilan galak Tasya. "Aku nggak suka kamu lagi! Aku mau ibuku saja! Aku mau pulang! Ibu nggak segalak ini padaku!"Ternyata putraku juga mengerti arti sesungguhnya dari galak. Lantas, mengapa dia begitu mudah dihas

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 12

    Alde duduk di ruang kantornya dan mengeluarkan cincin itu dari sakunya lagi."Orang-orang bilang kamu sudah mati. Aku nggak percaya. Nyla, kamu hebat sekali. Ada begitu banyak orang yang bersandiwara untukmu. Kamu ingin pura-pura mati supaya bisa bersama selingkuhanmu? Jangan mimpi!"Alde menatap cincin itu sambil memakiku dan mengatakan tidak akan melepaskanku. Namun, untuk apa dia menangis?Setelah duduk cukup lama di ruang kantornya, Alde mendatangi Max yang sedang diperban."Dia ... di mana?""Jenazah masih di kamar mayat. Kamu ke sana saja."Beberapa saat kemudian, terdengar suara serak. "Maaf, tadi aku sudah salah."Tanpa menunggu balasan Max, Alde langsung pergi ke kamar mayat. Di kamar mayat yang begitu luas, hanya ada jasadku.Tatapan Alde tertuju pada kain putih itu. Dia sama sekali tidak bergerak.Sementara itu, aku justru menantikan bagaimana reaksinya setelah melihat jenazahku. Apakah Alde akan senang karena dia bisa menikahi Tasya atau dia akan meneteskan air mata untukku

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 10

    Reaksi alergi akibat makan mangga akhirnya datang. Muncul sejumlah besar bintik merah pada tubuh Winston. Dia mulai merasa sesak napas, bahkan muntah.Alde menyadari kejanggalan ini. Dia segera menyalakan lampu, lalu menggendong Winston untuk membawanya ke rumah sakit.Sesudah keluar dari kamar, Alde tanpa sadar berteriak ke arah kamar utama, "Nyla, Winston sakit parah! Cepat keluar!"Namun, yang keluar malah Tasya yang wajahnya masih memakai riasan. Dia memakai piama tipis bertali. Saat melihat Tasya mengernyit, Alde baru menyadari dirinya salah bicara.Setelah meminta maaf, Alde menolak Tasya yang hendak pergi ke rumah sakit bersamanya. Untung saja, dia tidak terlambat dan nyawa Winston masih terselamatkan.Dokter menatap Winston yang tertidur lelap dengan tatapan iba, lalu menegur Alde yang tidak bertanggung jawab, "Anakmu sudah besar. Masa kamu nggak tahu dia alergi mangga? Kalau bukan karena muntah banyak, dia mungkin bakal kritis malam ini."Alde hanya menunduk dan minta maaf, ju

  • Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain   Bab 9

    Selesai makan, Tasya berterima kasih kepada Alde karena sudah membantunya. Kemudian, dia mengajak ayah dan anak itu menginap di rumahnya. "Kak Nyla lagi ngambek. Setelah suasana hatinya baik, dia bakal pulang. Nginap di rumahku saja."Winston melahap mangga dengan puas sambil menyetujui ajakan Tasya. "Kak Tasya, kamu benaran nggak bisa jadi ibuku? Ibuku nggak pernah kasih aku makan mangga.""Kenapa begitu? Pelit sekali. Lain kali makan di rumahku saja. Aku belikan banyak mangga untukmu," timpal Tasya.Ketika melihat suasana harmonis ini, aku merasa putraku benar-benar tidak tahu diri. Jelas-jelas aku melarangnya karena dia alergi terhadap mangga. Aku sudah mati, tetapi hatiku masih bisa merasakan sakit.Malam harinya, Alde dan Tasya tidak seranjang. Namun, aku yakin semua ini hanya karena Winston mengikuti mereka. Alde pasti malu jika putranya melihatnya melakukan sesuatu yang tidak senonoh.Pukul 3 dini hari, Alde masih tidak tidur. Di kamar yang gelap gulita, cahaya layar ponsel meny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status