Share

14. Duri di Hati Arie

"Tahu, gak, Mbak? Apa yang bikin aku betah tinggal di Surabaya?" kata Lentera sembari menyeruput es coklat di hadapannya.

"Apa?" tanya Mbak Arie penasaran.

"Banyak, sih, Mbak Arie salah satunya."

"Oh, ya?"

Lentera menganguk cepat. "Yap. Gak kebayang gimana membosankannya hidupku kalau gak ada Mbak Arie. Gak ada orang yang bisa aku ajak main-main, hehehe."

"Dasar kamu. Generasi bucin ya begini ini, waktu pacaran ke mana-mana sama pacarnya sampe gak punya temen deket. Giliran putus, beneran jadi literally sendiri! Hahaha." goda Mbak Arie.

"Iiih, Mbak Arieee! Berat tahu, Mbak." Lentera manyun.

"Ehehe, iya sorry..sorry. Semoga segera dapat ganti yang lebih baik, ya."

Lentera mendengus. Agaknya sulit baginya untuk membuka hati baru untuk menggantikan Zyanendra. Mbak Arie sangat tahu itu.

Sejak pulang ke Surabaya, Mbak Arielah yang menjadi sosok pendengar yang baik bagi Lentera. Memang baginya, sejak dulu Mbak Arie bukan sekadar orang kepercayaan ibunya. Mbak Arie adalah kakak perempuan yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status