Arion memperhatikan istrinya dari tadi. Lentera terlihat sedang memikirkan sesuatu sampai tak fokus pada mie goreng yang dipesannya. “Sayang?” tegur Arion. “Eh, ya? Kenapa?” “Mikirin apa, sih?” “Hm, enggak. Mendadak inget mendiang ibu. Ibu dulu suka bikinin aku mie goreng kayak gini.” jawab Lentera tak ingin Arion curiga kalau sebenarnya dia sedang memikirkan Zyanendra, mantan pacarnya. Namun, dia tak sempurna bohong, saat bingung begini, dia memang selalu ingat ibunya. “Iya, dulu kalau aku main ke rumah juga pasti digorengin bakwan sama ibu kamu.” Lentera mengangguk pelan, sudut matanya berair. “Makasih, ya, sayang.” “Buat?” “Buat semuanya. Biasanya setiap kali aku sedih, ibu selalu nemenin aku. Aku inget banget dulu, waktu aku patah hati pas tahu Zyan pacaran sama Kanya dan ngerasa terpuruk banget, aku gak bisa cerita banyak sama ibu. Karena waktu itu kan ibu sakit-sakitan. Untung aku ketemu kamu, aku inget banget dulu kamu yang selalu nemenin aku ngelewatin hari-hari berat
Di butik, Lentera menghentikan gambar sketsanya karena kembali teringat soal pembicaraannya dengan Kanya tadi. Pikirannya masih berkelindan pada penjelasan Kanya dalam video yang barusan ia lihat. Apakah benar kalau Zyan menyesal saat berpacaran dengan Kanya? Apakah alasan Zyan belum menikah sampai sekarang karena Zyan masih mencintainya?Lentera buru-buru mengusir pikirannya.“Tera, kamu udah nikah. Jangan pikirin soal Zyan lagi!” katanya pada dirinya sendiri.“Tapi aku penasaran sama isi video itu. Apa benar Arion gak tahu soal video itu? Kalau tahu kenapa Arion gak kasih liat ke aku ya? Dannesh, aku harus tanya ke dia soal video itu.”Tanpa pikir panjang, Lentera segera menghubungi Dannesh. “Gila, loe, Ra. Sekian tahun ngilang terus tiba-tiba ngehubungin gue cuman buat nanyain video?” kata Dannesh yang masih merasa aneh mendapat telepon dari kawan lamanya, Tera.“Hahaha. Ya maaf, Dan. Gue terlalu sibuk menata hidup ceritanya. Jadi masih punya gak videonya?”“Ada kayaknya sih di lap
Menaiki pesawat Surabaya—Jakarta benar-benar membuat Arion pusing. Dia kembali teringat saat-saat bersama ayah dan ibunya. Dulu, mereka sering bolak-balik Jakarta—Surabaya untuk mengunjungi nenek. Arion meremas-remas tangannya sepanjang perjalanan. Semenyebalkan apapun perjalanan ini, Arion harus tetap menjalaninya karena ia perlu ketemu langsung dengan Kanya. Dia harus memastikan bahwa Kanya tidak bicara macam-macam soal video itu kepada Tera, istrinya. “Loe serius, loe gak kasih tahu apa yang Zyan bilang di video itu, kan?” tanya Arion begitu sampai di pintu rumah Kanya. Kanya yang baru bersiap pergi, buru-buru mengatur napas karena kaget. Sial! Dia kalah cepat. Sejak mendapat pesan dari Andrew bahwa Arion mau ketemu sama dia, Kanya mencoba beralasan agak pertemuan itu tidak jadi dilaksanakan. Namun, bukan Arion jika dia tak bisa menjalankan apa yang dia mau. Karena sudah tertangkap basah, mau tidak mau, Kanya harus menghadapi sepupu jauhnya itu. “Sebenernya gue gak niat kasih t
Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena itu, hari ini Lentera memutuskan untuk datang, untuk mengoreksi keputusannya setahun lalu, untuk meminta maaf atas sikapnya yang terlampau kekana
Setahun setelah perpisahannya dengan Zyan, dengan membawa sejuta harapan, Lentera mendatangi Telaga Pohon dan menunggu lama di sana. Bibirnya tersenyum simpul mengenang pertemuannya dengan Zyan di awal masa orientasi dulu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang telah dilalui bersama Zyanendra. Lentera tak pernah menduga apabila pada akhirnya hubungannya dengan Zyan harus selesai begitu saja. Dalam hati, Lentera menyesali ketergesa-gesaanya dalam meminta Zyan untuk berkomitmen. Setelah dipikir-pikir lagi, Zyan benar, seharusnya Lentera menemani Zyan mencari gadis di foto itu lalu bersama-sama memperjuangkan cinta mereka. Satu tahun menghilang dari Zyan adalah hal yang paling menyiksa bagi Lentera. Meski ia sudah bertemu Arion yang setiap hari tak henti berusaha membuatnya tertawa, perasaannya masih terus terpaut pada Zyanendra. Oleh karena it
Jakarta dan segala keindahannya tak pernah mampu membuat Arion kerasan untuk tinggal di dalamnya. Jalanan Jakarta selalu menyuguhkan kegetiran dalam hidupnya, mengingatkannya pada mendiang kedua orangtuanya yang meninggal dalam kecelakaan mobil lima belas tahun silam. Kalau bukan untuk menghadiri peresmian pembangunan apartemen baru keluarga Brata, Arion tak kan mau ke Jakarta. Arion lebih suka tinggal di Surabaya bersama neneknya.Peresmian Topping Off The Brata Residence berlangsung lancar. Arion turut serta dalam penutupan semen terakhir bersama jajaran direksi. Dia juga menekan sirine dan memotong tumpeng sebagai tanda bahwa The Brata Residence resmi dibuka. Apartemen dengan 5 tower yang berisi 5000 unit itu menjadi bagian dari kelompok apartemen mewah di Jakarta dengan fasilitas ekslusif seperti skypooldan kafe di rooftop serta private lift.Setelah menyerahkan acara kepada Direktur Utama dan Direktur Marketing Bra
“Ra, kamu baik-baik aja, kan?” melihat Lentera masih bersembunyi di belakang telapaknya, Zyanendra merasa begitu khawatir. Dia tidak mengerti mengapa setelah menjelaskan apa yang terjadi padanya di Hari Penentuan, Lentera jadi tak henti mengeluarkan air mata.“Ra, ada kata-kata aku yang salah, ya? Kenapa kamu nangis?” ucapnya khawatir.Lentera membuka wajahnya perlahan. Ia lantas mengatur napasnya kemudian meminum air yang Zyanendra sodorkan padanya.“Makasih.” kata Lentera setelah meminum satu teguk saja.“Sebenernya apa yang terjadi, Ra? Ada apa sama Arion?”Lentera kembali menangis. Pertanyaan Zyanendra benar-benar sulit untuk dia jawab. Lentera seperti kehilangan kata-kata setelah mengetahui kejadian tentang masa lalunya itu. Dia teringat lagi betapa dulu setiap hari dia selalu berkata kepada Arion betapa dirinya masih sangat mencintai Zyanendra. Lalu, Arion menguatkannya, mendukungnya untuk menem
Pesta pernikahan Arion dan Lentera yang super mewah dilaksanakan di hotel milik keluarga Arion. Hari itu menjadi hari paling membahagiakan bagi Arion. Setelah berjuang meluluhkan hatinya, Arion akhirnya resmi menikah dengan Lentera. Tak mudah membuat Lentera lepas dari bayang-bayang Zyanendra. Arion tahu betul betapa Lentera mencintai Zyanendra. Dulu, setiap hari, dia harus menadahi air mata Lentera yang tak henti menetes karena Zyanendra. Mendengar Lentera berkeluh kesah tentang pujaan hatinya itu sebenarnya membuat Arion muak semuak-muaknya. Namun, dia tak punya cara lain. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengambil hati Lentera, yakni menjadi sahabatnya. Maka pada waktu Lentera memutuskan untuk membuka hati untuknya, Arion girang tak terperi. Usahanya selama ini ternyata tak sia-sia. Hingga datanglah hari itu, hari ketika Lentera telah sempurna menjadi miliknya. “Sayang, kita tukeran HP yuk.” kata Lentera yang masih merebahkan diri di bahu Arion.