Share

3. Arion

Author: suchz.indyra
last update Last Updated: 2021-11-07 10:43:34

Arion memperhatikan istrinya dari tadi. Lentera terlihat sedang memikirkan sesuatu sampai tak fokus pada mie goreng yang dipesannya.

“Sayang?” tegur Arion.

“Eh, ya? Kenapa?”

“Mikirin apa, sih?”

“Hm, enggak. Mendadak inget mendiang ibu. Ibu dulu suka bikinin aku mie goreng kayak gini.” jawab Lentera tak ingin Arion curiga kalau sebenarnya dia sedang memikirkan Zyanendra, mantan pacarnya. Namun, dia tak sempurna bohong, saat bingung begini, dia memang selalu ingat ibunya.

“Iya, dulu kalau aku main ke rumah juga pasti digorengin bakwan sama ibu kamu.”

Lentera mengangguk pelan, sudut matanya berair.

“Makasih, ya, sayang.”

“Buat?”

“Buat semuanya. Biasanya setiap kali aku sedih, ibu selalu nemenin aku. Aku inget banget dulu, waktu aku patah hati pas tahu Zyan pacaran sama Kanya dan ngerasa terpuruk banget, aku gak bisa cerita banyak sama ibu. Karena waktu itu kan ibu sakit-sakitan. Untung aku ketemu kamu, aku inget banget dulu kamu yang selalu nemenin aku ngelewatin hari-hari berat buat move on dari Zyan.”

Ario meraih tangan istrinya.

“It’s okay, sayang. Ibu pernah nitipin kamu ke aku dan aku udah janji sama diri aku sendiri, aku gak akan kecewain ibu. Aku akan jagain kamu terus. Gak akan aku biarin siapa pun nyakitin kamu.”

Lentera tersenyum tipis.

“Sebelum liburan, kita pamit ke makam ibu, ya, weekend ini.”

Lentera mengangguk. Melihat senyum tulus Arion, ia teramat bersyukur karena bisa menikah dengannya.

Arion memang lelaki yang sangat baik. Dari awal bertemu sampai hampir tiga tahun menikah, dia hampir tak pernah membuat Lentera sedih. Lentera merasakan cinta yang luar biasa dari suaminya itu. Arion sekali pun tak pernah meninggalkannya di saat dia terpuruk.

Perjalanannya menjadi istri Arion juga tak mudah mengingat Arion adalah pewaris tunggal keluarga Wistara. Pasangan suami istri Wistara dikenal sebagai konglomerat paling dermawan di negeri ini. Sayangnya, keduanya harus meninggal dalam kecelakaan pesawat ketika Arion masih SMP.

Arion tinggal dengan neneknya ditemani puluhan ART, sopir, dan beberapa satpam di dalam rumah besar mereka di Surabaya. Arion tidak pernah mau tinggal di Jakarta karena efek traumatis yang dideritanya setiap teringat masa-masa indah bersama orang tuanya.

Pernikahannya dengan Lentera sudah menginjak tahun ketiga. Minggu depan mereka akan merayakan anniversary. Sayangnya, sampai sekarang, belum ada bayi kecil yang menghiasi rumah tangga mereka. Lentera sebenarnya sudah pernah hamil dua kali, tetapi kedua-duanya gugur karena kandungannya lemah.

Meskipun begitu, Arion selalu ada di sisinya, membesarkan hatinya, membersamainya menghadapi komentar-komentar sinis dari keluarga besarnya, juga beribu kali mengatakan mereka akan baik-baik saja selagi masih bersama-sama. Bagi Lentera, Arion seperti malaikat yang diturunkan Tuhan untuk menjaganya.

Lentera kemudian teringat lagi akan video itu. Apa mungkin Arion sengaja tak memberi tahunya karena tak ingin dia kembali bimbang dan memikirkan Zyan? Karena tak mau mati penasaran, akhirnya Tera memberanikan diri untuk bertanya.

“Oh, ya, sayang. Beberapa waktu lalu Kanya sempet mesen baju lamaran loh di butik aku.”

“Kanya yang dulu pacaran sama Zyan?”

“Iya. Tapi ternyata dia mau nikahnya sama orang Surabaya, lho.””

“Oh, ya? Surabayanya mana?”

“Gak tahu aku lupa nanya hehe.”

“Hmm…kebiasaan deh, kamu.”

“Terus dia juga bilang katanya pas nikah ada hadiah video ya dari temen-temen aku. Dikirim ke email aku katanya. Kamu tahu gak? Waktu itu kan kita sempet tukeran hape kan buat liat aktivitas masing-masing.”

Sehari setelah menikah, Lentera dan Arion memang sepakat untuk bertukar ponsel untuk melihat bagaimana kehidupan masing-masing. Lentera akan merasakan seperti apa menjadi Arion, begitu pula sebaliknya. Hari-hari saat mereka bertukar ponsel menjadi hari yang menyenangkan karena keduanya memiliki banyak sekali obrolan seputar kehidupan pribadi masing-masing. Namun, saat itu, Arion sama sekali tidak menyinggung soal kiriman video dari Zyan.

“Video?” wajah Arion terlihat sedikit berpikir. Ia mengerutkan dahinya sembari menyeruput lemon tea di hadapannya.

“Lupa, sayang. Kanya bilang gak itu video isinya apaan?” Arion bertanya menyelidik. Sejujurnya, dia tahu betul tentang video itu. Dia bahkan sempat membalasnya. Dia memang sengaja tidak memberi tahu Lentera tentang video itu karena tak mau siasatnya di Hari Penentuan diketahui Lentera.

“Katanya sih isinya tentang ucapan happy wedding gitu dari anak-anak.”

“Hmm…udah coba kamu cari? Mungkin masuk spam?” sebisa mungkin Arion mencoba untuk tenang agar kebohongannya tidak ketahuan.

“Udah, tapi gak ada.” Tera menatap suaminya lamat-lamat. Arion terlihat jujur, tapi entah kenapa hatinya mengatakan bahwa ada yang suaminya sembunyikan.

Arion masih terus berkelit dan mengaku tidak tahu menahu soal video itu. Sementara Lentera akhirnya memilih untuk tidak memperpanjang urusan itu.

“Yaudahlah, ya, mungkin gak ke send karena eror.”

“Ya, bisa jadi.”

Telepon Lentera bergetar, dari Mbak Arie, orang kepercayaannya di butik.

“Ya, Mbak. Gimana?”

“Kain seragam barusan dateng nih, Mbak.”

“Oh gitu, wah cepet, ya. Oke aku ke sana sekarang, ya. Kita cek bareng-bareng.”

“Mau pergi sekarang? Ada apa?”

“Iya, kain seragam dateng lebih cepet dari perkiraan. Aku ke workshop sekarang, ya. Kamu masih mau di sini atau kita cabs bareng?”

“Kamu duluan deh. Aku di sini aja, ada ketemu klien sejam lagi.”

“Oke, bye sayang.” Lentera pamit setelah mencium punggung tangan suaminya dan mendapat kecupan hangat di keningnya.

Arion kembali menjatuhkan tubuhnya di kursi. Dia kesal mendengar kabar soal video itu. Bagaimana jika Kanya memberi tahu isi video itu kepada Lentera. Kalau sampai Lentera tahu dan mengonfirmasi kejadian di Hari Penentuan kepada Zyan, Lentera pasti akan sangat marah kepadanya.

Arion menyeruput minumannya sampai habis, lalu menekan tombol ponselnya. Dia menghubungi, Andrew, asisten pribadinya.

“Ndre, saya punya tugas buat kamu. Tolong kamu cari tahu tentang mantan Lentera yang namanya Zyanendra. Cari tahu di mana dia tinggal dan apa aja aktivitas dia sekarang. Cek apakah ada potensi gak dia ketemu Tera dalam waktu dekat atau enggak.”

“Baik, Pak!”

“Sama satu lagi. Carikan penerbangan ke Jakarta sekarang juga dan atur pertemuan saya dengan Kanya. Secepatnya!”

“Siap, Pak.”

“Kanya. Kenapa dia tiba-tiba muncul dan kembali mengusik soal video itu?” desis Arion kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   14. Duri di Hati Arie

    "Tahu, gak, Mbak? Apa yang bikin aku betah tinggal di Surabaya?" kata Lentera sembari menyeruput es coklat di hadapannya."Apa?" tanya Mbak Arie penasaran."Banyak, sih, Mbak Arie salah satunya.""Oh, ya?"Lentera menganguk cepat. "Yap. Gak kebayang gimana membosankannya hidupku kalau gak ada Mbak Arie. Gak ada orang yang bisa aku ajak main-main, hehehe.""Dasar kamu. Generasi bucin ya begini ini, waktu pacaran ke mana-mana sama pacarnya sampe gak punya temen deket. Giliran putus, beneran jadi literally sendiri! Hahaha." goda Mbak Arie."Iiih, Mbak Arieee! Berat tahu, Mbak." Lentera manyun."Ehehe, iya sorry..sorry. Semoga segera dapat ganti yang lebih baik, ya."Lentera mendengus. Agaknya sulit baginya untuk membuka hati baru untuk menggantikan Zyanendra. Mbak Arie sangat tahu itu.Sejak pulang ke Surabaya, Mbak Arielah yang menjadi sosok pendengar yang baik bagi Lentera. Memang baginya, sejak dulu Mbak Arie bukan sekadar orang kepercayaan ibunya. Mbak Arie adalah kakak perempuan yang

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   13. Dua Wajah Mbak Arie

    "Jadi Lentera masih terus berkomunikasi dengan Zyanendra?" tanya Arion sinis.Arie mengangguk mantap. "Lentera juga sudah tahu kalau Pak Arion sepupuan sama Kanya."Arion mendengus kesal. "Bagaimana dia bisa tahu?" gumamnya gusar."Zyanendra memberitahunya.""Kanya memberi tahu Zyanendra?""Entahlah, Lentera hanya bilang dia tahu dari Zyanendra.""Jadi bagaimana menurutmu?""Sepertinya Lentera memang masih menyimpan perasaan kepada Zyanendra."Brak! Arion mengebrak meja. Arie tersentak, kaget."Berapa kali aku bilang jangan pernah mengatakan itu lagi kepadaku!" Arion meninggikan suara."Sorry. Aku hanya menyampaikan apa yang selama ini aku lihat.""Bah! Jadi sebenarnya kamu ada di pihak siapa?""Sedari awal aku gak pernah memihak siapa-siapa. Kamu tahu, aku hanya melakukan tugas, sesuai kesepakatan yang kita buat." kata Arie tenang."Lagian, aku udah berkali-kali juga bilang dan ngingetin kamu untuk menghentikan semua ini. Lentera itu dari dulu sampai sekarang masih mencintai Zyanendr

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   12. Menepi

    Lentera akhirnya tinggal di apartemen untuk sementara. Dua hari ini dia hanya berdiam diri di kamarnya, mematikan ponselnya, serta menyerahkan segala urusan kantor kepada Mbak Arie. Di luar apartemennya, dua ajudan Arion menjaga dan mengawasinya. Juga gesit memesankan makanan dan membantu Lentera memenuhi kebutuhan harian yang lain.Beberapa kali Mbak Arie mengunjunginya untuk membicarakan urusan kerja sekaligus memberinya nasihat untuk memaafkan Arion. Namun, Lentera hanya mendengarkan saja. Lentera tahu, sangat tahu, Mbak Arie pasti disuruh Arion untuk membujuknya. Arion selalu melakukan segala cara untuk merayunya kembali ke pelukannya. Dulu, saat sedang badmood PMS dan Lentera ngambek karena hal sepele, Arion akan membelikannya es krim, bunga, atau hal-hal romantis lainnya melalui Mbak Arie. Arion tahu, jika sedang sebal, Lentera tak ingin melihat wajahnya. Mbak Arie selalu menjadi "utusan" untuk memperbaiki hubungannya dengan Lentera."Mungkin, memang kamu sama Zyan belum jodoh.

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   11. Kebohongan yang Terkuak

    Lentera merebahkan diri di sofa kantor. Matanya sembab, hatinya ngilu, pikirannya kacau berantakan. Mbak Arie menanyakan kondisinya, namun Lentera hanya menepiskan tangan, tak menjawab. "Mau saya buatkan teh anget, Mbak?" tanya Mba Arie. Lentera mengangguk kecil, lalu memilih memejamkan mata. Ciri khasnya jika tak mau diganggu. Mbak Arie bersiap pergi dan tak bertanya lagi begitu meletakkan segelas teh anget di hadapan Lentera. Dia tak mau mengganggu. Namun, Lentera justru bangkit dan mengajaknya bicara. "Mbak. Lagi gak sibuk, kan?" tanya Lentera. "Eh, enggak kok Mbak, Mbak Tera butuh bantuan saya?" "Enggak, cuman pengen ditemenin aja di sini. Bisa, kan?" Mbak Arie mengangguk tanpa mengerti apa yang sedang terjadi. Dia melihat Lentera beberapa kali mengambil napas panjang kemudian membuangnya. Namun, sama sekali tak mengatakan sepatah kata pun. "Mbak Tera lagi ada masalah, ya?" tanya Mbak Arie pada akhirnya. "Hmm. Aku gak tahu sih, Mbak ini disebut masalah apa engga." "Mbak T

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   10. Pelukan yang Dirindukan

    Pesta pernikahan Arion dan Lentera yang super mewah dilaksanakan di hotel milik keluarga Arion. Hari itu menjadi hari paling membahagiakan bagi Arion. Setelah berjuang meluluhkan hatinya, Arion akhirnya resmi menikah dengan Lentera. Tak mudah membuat Lentera lepas dari bayang-bayang Zyanendra. Arion tahu betul betapa Lentera mencintai Zyanendra. Dulu, setiap hari, dia harus menadahi air mata Lentera yang tak henti menetes karena Zyanendra. Mendengar Lentera berkeluh kesah tentang pujaan hatinya itu sebenarnya membuat Arion muak semuak-muaknya. Namun, dia tak punya cara lain. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengambil hati Lentera, yakni menjadi sahabatnya. Maka pada waktu Lentera memutuskan untuk membuka hati untuknya, Arion girang tak terperi. Usahanya selama ini ternyata tak sia-sia. Hingga datanglah hari itu, hari ketika Lentera telah sempurna menjadi miliknya. “Sayang, kita tukeran HP yuk.” kata Lentera yang masih merebahkan diri di bahu Arion.

  • Suami dan Kebohongan-Kebohongannya   9. Luka Itu

    “Ra, kamu baik-baik aja, kan?” melihat Lentera masih bersembunyi di belakang telapaknya, Zyanendra merasa begitu khawatir. Dia tidak mengerti mengapa setelah menjelaskan apa yang terjadi padanya di Hari Penentuan, Lentera jadi tak henti mengeluarkan air mata.“Ra, ada kata-kata aku yang salah, ya? Kenapa kamu nangis?” ucapnya khawatir.Lentera membuka wajahnya perlahan. Ia lantas mengatur napasnya kemudian meminum air yang Zyanendra sodorkan padanya.“Makasih.” kata Lentera setelah meminum satu teguk saja.“Sebenernya apa yang terjadi, Ra? Ada apa sama Arion?”Lentera kembali menangis. Pertanyaan Zyanendra benar-benar sulit untuk dia jawab. Lentera seperti kehilangan kata-kata setelah mengetahui kejadian tentang masa lalunya itu. Dia teringat lagi betapa dulu setiap hari dia selalu berkata kepada Arion betapa dirinya masih sangat mencintai Zyanendra. Lalu, Arion menguatkannya, mendukungnya untuk menem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status