Share

3. Arion

Arion memperhatikan istrinya dari tadi. Lentera terlihat sedang memikirkan sesuatu sampai tak fokus pada mie goreng yang dipesannya.

“Sayang?” tegur Arion.

“Eh, ya? Kenapa?”

“Mikirin apa, sih?”

“Hm, enggak. Mendadak inget mendiang ibu. Ibu dulu suka bikinin aku mie goreng kayak gini.” jawab Lentera tak ingin Arion curiga kalau sebenarnya dia sedang memikirkan Zyanendra, mantan pacarnya. Namun, dia tak sempurna bohong, saat bingung begini, dia memang selalu ingat ibunya.

“Iya, dulu kalau aku main ke rumah juga pasti digorengin bakwan sama ibu kamu.”

Lentera mengangguk pelan, sudut matanya berair.

“Makasih, ya, sayang.”

“Buat?”

“Buat semuanya. Biasanya setiap kali aku sedih, ibu selalu nemenin aku. Aku inget banget dulu, waktu aku patah hati pas tahu Zyan pacaran sama Kanya dan ngerasa terpuruk banget, aku gak bisa cerita banyak sama ibu. Karena waktu itu kan ibu sakit-sakitan. Untung aku ketemu kamu, aku inget banget dulu kamu yang selalu nemenin aku ngelewatin hari-hari berat buat move on dari Zyan.”

Ario meraih tangan istrinya.

“It’s okay, sayang. Ibu pernah nitipin kamu ke aku dan aku udah janji sama diri aku sendiri, aku gak akan kecewain ibu. Aku akan jagain kamu terus. Gak akan aku biarin siapa pun nyakitin kamu.”

Lentera tersenyum tipis.

“Sebelum liburan, kita pamit ke makam ibu, ya, weekend ini.”

Lentera mengangguk. Melihat senyum tulus Arion, ia teramat bersyukur karena bisa menikah dengannya.

Arion memang lelaki yang sangat baik. Dari awal bertemu sampai hampir tiga tahun menikah, dia hampir tak pernah membuat Lentera sedih. Lentera merasakan cinta yang luar biasa dari suaminya itu. Arion sekali pun tak pernah meninggalkannya di saat dia terpuruk.

Perjalanannya menjadi istri Arion juga tak mudah mengingat Arion adalah pewaris tunggal keluarga Wistara. Pasangan suami istri Wistara dikenal sebagai konglomerat paling dermawan di negeri ini. Sayangnya, keduanya harus meninggal dalam kecelakaan pesawat ketika Arion masih SMP.

Arion tinggal dengan neneknya ditemani puluhan ART, sopir, dan beberapa satpam di dalam rumah besar mereka di Surabaya. Arion tidak pernah mau tinggal di Jakarta karena efek traumatis yang dideritanya setiap teringat masa-masa indah bersama orang tuanya.

Pernikahannya dengan Lentera sudah menginjak tahun ketiga. Minggu depan mereka akan merayakan anniversary. Sayangnya, sampai sekarang, belum ada bayi kecil yang menghiasi rumah tangga mereka. Lentera sebenarnya sudah pernah hamil dua kali, tetapi kedua-duanya gugur karena kandungannya lemah.

Meskipun begitu, Arion selalu ada di sisinya, membesarkan hatinya, membersamainya menghadapi komentar-komentar sinis dari keluarga besarnya, juga beribu kali mengatakan mereka akan baik-baik saja selagi masih bersama-sama. Bagi Lentera, Arion seperti malaikat yang diturunkan Tuhan untuk menjaganya.

Lentera kemudian teringat lagi akan video itu. Apa mungkin Arion sengaja tak memberi tahunya karena tak ingin dia kembali bimbang dan memikirkan Zyan? Karena tak mau mati penasaran, akhirnya Tera memberanikan diri untuk bertanya.

“Oh, ya, sayang. Beberapa waktu lalu Kanya sempet mesen baju lamaran loh di butik aku.”

“Kanya yang dulu pacaran sama Zyan?”

“Iya. Tapi ternyata dia mau nikahnya sama orang Surabaya, lho.””

“Oh, ya? Surabayanya mana?”

“Gak tahu aku lupa nanya hehe.”

“Hmm…kebiasaan deh, kamu.”

“Terus dia juga bilang katanya pas nikah ada hadiah video ya dari temen-temen aku. Dikirim ke email aku katanya. Kamu tahu gak? Waktu itu kan kita sempet tukeran hape kan buat liat aktivitas masing-masing.”

Sehari setelah menikah, Lentera dan Arion memang sepakat untuk bertukar ponsel untuk melihat bagaimana kehidupan masing-masing. Lentera akan merasakan seperti apa menjadi Arion, begitu pula sebaliknya. Hari-hari saat mereka bertukar ponsel menjadi hari yang menyenangkan karena keduanya memiliki banyak sekali obrolan seputar kehidupan pribadi masing-masing. Namun, saat itu, Arion sama sekali tidak menyinggung soal kiriman video dari Zyan.

“Video?” wajah Arion terlihat sedikit berpikir. Ia mengerutkan dahinya sembari menyeruput lemon tea di hadapannya.

“Lupa, sayang. Kanya bilang gak itu video isinya apaan?” Arion bertanya menyelidik. Sejujurnya, dia tahu betul tentang video itu. Dia bahkan sempat membalasnya. Dia memang sengaja tidak memberi tahu Lentera tentang video itu karena tak mau siasatnya di Hari Penentuan diketahui Lentera.

“Katanya sih isinya tentang ucapan happy wedding gitu dari anak-anak.”

“Hmm…udah coba kamu cari? Mungkin masuk spam?” sebisa mungkin Arion mencoba untuk tenang agar kebohongannya tidak ketahuan.

“Udah, tapi gak ada.” Tera menatap suaminya lamat-lamat. Arion terlihat jujur, tapi entah kenapa hatinya mengatakan bahwa ada yang suaminya sembunyikan.

Arion masih terus berkelit dan mengaku tidak tahu menahu soal video itu. Sementara Lentera akhirnya memilih untuk tidak memperpanjang urusan itu.

“Yaudahlah, ya, mungkin gak ke send karena eror.”

“Ya, bisa jadi.”

Telepon Lentera bergetar, dari Mbak Arie, orang kepercayaannya di butik.

“Ya, Mbak. Gimana?”

“Kain seragam barusan dateng nih, Mbak.”

“Oh gitu, wah cepet, ya. Oke aku ke sana sekarang, ya. Kita cek bareng-bareng.”

“Mau pergi sekarang? Ada apa?”

“Iya, kain seragam dateng lebih cepet dari perkiraan. Aku ke workshop sekarang, ya. Kamu masih mau di sini atau kita cabs bareng?”

“Kamu duluan deh. Aku di sini aja, ada ketemu klien sejam lagi.”

“Oke, bye sayang.” Lentera pamit setelah mencium punggung tangan suaminya dan mendapat kecupan hangat di keningnya.

Arion kembali menjatuhkan tubuhnya di kursi. Dia kesal mendengar kabar soal video itu. Bagaimana jika Kanya memberi tahu isi video itu kepada Lentera. Kalau sampai Lentera tahu dan mengonfirmasi kejadian di Hari Penentuan kepada Zyan, Lentera pasti akan sangat marah kepadanya.

Arion menyeruput minumannya sampai habis, lalu menekan tombol ponselnya. Dia menghubungi, Andrew, asisten pribadinya.

“Ndre, saya punya tugas buat kamu. Tolong kamu cari tahu tentang mantan Lentera yang namanya Zyanendra. Cari tahu di mana dia tinggal dan apa aja aktivitas dia sekarang. Cek apakah ada potensi gak dia ketemu Tera dalam waktu dekat atau enggak.”

“Baik, Pak!”

“Sama satu lagi. Carikan penerbangan ke Jakarta sekarang juga dan atur pertemuan saya dengan Kanya. Secepatnya!”

“Siap, Pak.”

“Kanya. Kenapa dia tiba-tiba muncul dan kembali mengusik soal video itu?” desis Arion kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status