Home / Rumah Tangga / Suami kedua Lebih Berasa / 9. Wanita itu Tanteku

Share

9. Wanita itu Tanteku

Author: Mimi Lita
last update Last Updated: 2022-12-05 10:37:14

“Ya, aku akan mengganti semua yang udah kamu kasih untuk aku dan Gaffi ini Yan,” kataku dengan perasaan malu karena telah sangat banyak merepotkan dia.

“Karena aku juga, kamu sampai dipecat dari rumah sakit. Terus setelah ini kamu mau kerja apa?” tanyaku kepadanya yang sampai detik ini aku juga tidak tahu banyak mengenai seluk beluk keluarganya.

Ryan terdiam, dia mengunyah makanannya dengan santai dan menatapku datar. Tatapan yang mana aku merasakan tidak ada perasaan apa-apa di dalamnya. Hanya tatapan biasa antar teman.

“Soal pekerjaan mungkin memang ini saatnya aku kembali dan mendengarkan apa kata ayah dan Bundaku. Aku harus menuruti kemauan mereka,” ujarnya yang membuatku semakin bertanya-tanya.

“Memangnya, apa kata ayahmu?” tanyaku singkat.

Ryan menenggak minumannya, jus jeruk sebagai teman makan malam kami yang dia buat sendiri. “Ya melanjutkan bisnis keluarga saja Nala, aku ras aini waktunya kau harus membantu mereka.”

“Kalau kamu mau kerja apa setelah ini? Aku masih ada tabungan, dulu yang aku ingat masakanmu itu enak banget, gimana kalau kamu buka rumah makan aja?” ucapnya yang tiba-tiba membuatku tersedak.

“Uhuk! Uhuk!”

Dengan sigap dia membantuku, memberikanku jus jeruk dan aku pun meminumnya. Ada hawa aneh saat ini, ada rasa tidak nyaman dan juga canggung bersandingkan dengan rasa butuh yang mendorong aku untuk tetap berada di hadapannya. Aku bisa merasakan saat ini dia sedang menunggu jawabanku.

“Pelan-pelan Nala, enggak ada yang minta kok,” ucapnya yang aku tahu saat ini dia sedang mengulum senyumnya.

“Kalau untuk skala rumah makan aku enggak berani Yan, itu butuh modal besar dan pengalaman dibidang kuliner. Aku sama sekali belum punya bakat dalam hal itu,” akuku pada hal yang memang aku sama sekali belum mengantongi pengalaman dan  bakat dibidang tersebut.

“Kalau untuk membuka kios kecil? Aku rasa kamu sangat bisa, seperti food truck mungkin?” usulnya yang sebenarnya sangat membuatku tergiur.

Ryan berpindah posisi, dari dia yang duduk di seberang meja kemudian beralih duduk di sampingku dengan membawa kertas dan pena. Aku tidak menduga bila dia akan seserius ini dam membicarakan mengenai bisnis kecil ini. Hal itu membuatku semakin canggung, aku yang saat ini tidka dalam pengaruh emosional seperti kemarin yang mau dia peluk karena terlalu hancur, saat ini aku menjaga jarak dengannya.

Krek! Kutarik kursiku untuk menjaga jarak aman kami. Dia tidak tersiggung dan malah tersenyum kepadaku. Dengan kaku, aku membalas senyuman manis itu sekedarnya.

“Ini, kalau kamu buka foodtruck, mungkin akan menelan biaya segini ….” Terangnya panjang lebar dengan menuliskan beberapa rincian angka di buku. Dia juga merinci berapa dana yang aku butuhkan kalau aku membuat kios makanan olahan yang aku bisa mengurusnya sambil mengurus Gaffi.

Sebenarnya, hal seperti inilah yang aku tunggu dan aku inginkan dari suamiku. Waktu untuk berbincang berdua dan membicarakan rencana kecil seperti ini. Terlihat sederhana memang, tapi hal seperti ini pun sangat sulit baginya yang sibuk bukan main.

Dulu aku ingin memulai usaha kecil-kecilan, dan Mas Akbar juga yang berkata kalau itu hanya akan menyita waktuku saja dan jadi tidka fokus dengan keluarga. Padahal aku sama sekali belum pernahh mencobanya. Saat aku mengeluarkan opiniku, dan juga ide-ide di kepalaku, dia dengan cepat membasmi semua itu dengan mematahkan semangatku. Dengan mengatakan bahwa aku tidka berbakat dalam bidang itu.

Sekarang, laki-laki yang bahkan karena aku dia kehilangan pekerjaan ini justru memacu semangatku. Memberikan aku dukungan meski aku ragu. Sungguh ini adalag dua sisi yang berbeda. Ada rasa bersalah karena aku dulu membuangnya. Membuang lelaki yang bahkan selama pacaran kami sama sekali tidak saling bersentuhan, laki-laki yang menjagaku.

“Gimana? Kamu mau usaha yang mana?” tanyanya lagi yang membuatku tersadar dari lamunanku.

“Eh, nanti dulu Yan, aku enggak punya uang sebanyak ini,” jujurku padanya.

“Hemh,” dia mendengus sambil menggeleng lalau menatapku intens.

“Apa selama ini suamimu memberimu makanan yang tidak begizi? Perasaan dulu kamu itu sangat cerdas, kena sekarang jadi tulalit seperti ini?” sindirnya yang membuatku merengut seketika.

“Bukannya kayak gitu, aku lagi enggak fokus Yan, mau memulai yang mana dulu sedangkan aku tidka punya uang. Untuk emngurus perceraian, aku butuh uang dan untuk menghadapi fitnahnya aku butuh mental,” kataku dengan wajah tertunduk malu.

Ryan masih menatapku. “Aku tidka tahu kalau seleramu berubah. Kenapa suamimu itu bersikap pecundang begitu? Dia picik dan bermain seolah dia korbannya di sini. Oh, mengingatnya saja sudah membuatku geram. Apa lagi saat ingat kalau selingkuhannya itu adalah tantemu sendiri. Jijik sekali aku dengannya.”

“Apa Yan, tanteku katamu? Tante siapa?” tanyaku yang ingin memperjelas Tante siapa yang Ryan maksud.

“Apa kamu lupa, dulu satu-satunya tantemu yang aku kenal adalah tante yang menetap di rumahmu. Tante yang ayahmu sekolahkan sampai S3 itu. Aku lupa namanya tapi sangat ingat wajahnya,” papar Ryan yang membuatku meradang.

Tante Anggi maksud Ryan. Tanteku yang dulu menumpang dan dibiayai pendidikannya semasa kuliah oleh ayahku kini justru merebut suamiku? Oh Tuhan, permainan macam apa ini?

Seketika tubuhku melemas, detak jantungku terpacu. Rasanya aku ingin memaki dan memukul sesuatu. Namun, aku hanya bisa meredamnya yang mengeluarkannya dalam tetes air mata ketidak berdayaan. Kututup wajahku dan aku menangis tergugu tanpa malu di hadapan Ryan.

“Tenangkan dirimu, maaf aku kelepasan. Seharusnya aku tidak membuatmu mengingat hal ini lagi. Aku tahu ini sakit, tapi cara terbaiknya adalah kamu harus melawannya dan membiasakan diri berhadapan dengan semua luka ini,” ujar Ryan yang memang benar adanya.

“Salahku apa sih Yan? Kenapa Tuhan kasih aku ujian seberat ini. Sakit Yan, sakit ….” Aduku tanpa tahu malu dengan air mata yang berjatuhan tanpa ragu.

“Sini, kalau mau nangis sini. Menangislah, tapi janji besok, kamu harus lebih kuat dari hari ini,” ucapnya menguatkanku dan tidka melarangku dalam meneteskan air mata.

“Tuhan kasih ini semua bukan karena kamu salah Nala, tapi Dia kasih ini supaya kamu tahu akan semua kebohongan suamimu. Dalam suatu pohon itu perlu dilakukan pruning. Membuang dahan-dahan tua agar muncul tunas baru, begitupun dengan kita. Tuhan ambil dia yang buruk dan suatu saat akan menggantikan dengan yang baik. Tapi, untuk itu kita dilatih kuat, dilatih tegar, dan dilatih untuk percaya akan keindahan di akhir cerita. Apa kamu dengar itu?” tanyanya kepadaku yang hanya kuangguki tanpa balasan sepatah kata pun.

“Sudah malam, kamu sudah menangis di pelukanku selama setengah jam. Bajuku pun sudah kena ingusmu. Sana kembali ke kamar, temani Gaffi dan tidur, kamu harus kuat untuk besok. Harus lebih tegar, air matamu ini hanya supaya hatimu lega, bukan untuk menyelesaikan masalah yang ada,” tuturnya lembut sembari mengusap air mata di pipiku.

Malam ini kuhabiskan untuk merenung. Aku menangis semalaman di dalam kamar, membakar kalori dan mengubahnya dengan air mata. Perlahan pengaruh obat yang kuminum membuat mataku tak mampu lagi terbuka lebar. Aku terpejam.

****

Pagi hari, aku terbangun. Putraku Gaffi sudah tidak ada di sisiku, segera aku keluar mencarinya, rupanya dia sedang bersama Ryan menikmati sarapannya. Iya, dia kelaparan sebab kemarin sore sama sekli tidka makan.

Melihatku berdiri di ambang pintu kamar, Ryan langsung menghampiriku dan menunjukan sesuatu di ponselnya. Seketika itu juga aku terbelalak. Aku tidak percaya jika semuanya akan bergulir liar.

“Yan, aku harus bagaimana kalau seperti ini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami kedua Lebih Berasa   63. Membesarkannya tidak harus bersatu (END)

    Dalam sebuah kamar ketika malam tiba, seorang wanita terus saja menggerutu seorang diri sambil memijit kakinyay yang terasa sakit. Nala merasakan sakit dibagian kakinya karena benturan tadi saat di adengan nekat menabrakkan mobilnya pada mobil Akbar. Dia sudah sangat marah kali ini sikap Akbar yang kembali ingin menggodanya membuatnya muak.Terdengar suara pintu terbuka lebar, menampilkan sosok laki-laki dengan stelan jas hitam memasuki kamar tanpa sambutan. Dia hanya tersenyum simpul menatap Nala. Ryan, sama sekali tidak banyak bicara terlebih saat dia mengira bahwa istrinya tidak ada karena mobil mereka juga tidak ada di garasi.“Aku pikir kamu pergi Sayang, ternyata kamu ada di rumah. Mobilmu ke mana?” tanya Ryan sembari meletakan tas dan jasnya dan ia mendekati Nala yang masih duduk membelakanginya di tepi ranjang.“Astaga! Kenapa kakimu bengkak membiru begitu? Kenapa ini tadi Sayang? Kamu kenapa?” tanya Ryan dengan sedikit panik.“Enggak apa-apa, aku enggak sengaja nabrak aja tad

  • Suami kedua Lebih Berasa   62. Keindahan Masa Lalu tidak Akan Menghapus Luka

    "Sayang, hari ini kamu dulu ya yang jemput Gaffi, aku ada rapat dadakan. Ayah tiba-tiba sakit kepala, jadi aku tidak bisa menjemputnya, aku harus menggantikan ayah Sayang," kata Ryan kepada Nala yang tengah menatakan makan siang suaminya di meja kerja. "Loh, kenapa enggak bilang dari tadi Sayang? Hari ini Gaffi pulang cepat, kalau sampai keduluan Mas Akbar bagaimana?" kata Nala yang seketika terlihat panik. Dia segera merapikan tasnya dan mencium pipi sang suami sebelum pergi.. "Kamu nanti jangan malam-malam ya pulangnya, kita makan malem bareng!" ucap Nala dengan setengah berteriak kepada sang suami yang melambai kepadanya dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. "Iya, aku usahakan. Kamu hati-hati nyetirnya!" kata Ryan dengan setengah berseru lantaran Nala yang dnegan cepat melangkah pergi meninggalkan ruangan kerja sang suami. "Dia masih sama saja, tetap menomer satukan keluarga. Hemh ... aku merasa Akbar itu tetaplah gangguan yang besar untuk keluarga kecil kami dan aku haru

  • Suami kedua Lebih Berasa   61. Bagaimana Bersikap Dengannya

    61. “Ada apa? Kamu kenapa?” tanya Nala kepada suaminya yang hanya diam setelah penyatuan mereka. Untuk pertama kalinya Ryan menyalakan rokok yang ia bawa di dalam tasnya. Nala terkejut melihat ini. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama Ryan merokok di depan matanya. Mantan dokter itu tadinya sama sekali tidak menghisap benda merugikan itu. Terlihat ada raut kecemasan di wajah Ryan, pria itu terlihat stress dan mempunyai beban pikiran namun di asama sekali tidak mau membagikannya dengan Nala, istrinya. Ia memendamnya seorang diri. “Gimana aku bisa bilang sama dia kalau mantan suaminya itu tadi mengatakan sesuatu yang membuatku begitu terganggu? Akbar ingin merebut Nala kembali dengan caranya. Bukan tidak mungkin itu terjadi, mengingat masih ada Gafi diantara mereka. Gafi adalah jembatan terbaik bagi keduanya bertemu,” pikir Ryan. “Sayang, kamu kenapa? sejak kapan kamu jadi merokok begini?” tanya Nala lagi yang kali ini mendekat sambil memeluk tubuh sang suami dari belakang. Jem

  • Suami kedua Lebih Berasa   60. Kemarahan Ryan

    60. "Aku tidak ingin melakukan apa-apa selain memberikan ucapan selamat atas pernikahan kalian," jawab Akbar dengan ketulusannya. Terlihat dengan sangat jelas raut wajah yang tidak rela itu nampak di mimik wajahnya. Si mantan suami itu separuh hatinya telah bergelut dengan rasa kecewa. Wanita yang dulu ya buang iya bohongi sinetron lihat begitu terang benderang dan menjadi pusat perhatian. "Selamat ya Selamat ya semoga awet sampai kakek-kakek dan nenek-nenek," ucap Akbar sembari mengulurkan tangannya dan Ryan pun menerimanya dengan sukarela. "Terima kasih. Aku harap ini benar-benar ucapan yang tulus dan bukan sesuatu yang modus." Ryan membalas ucapan dari Akbar dengan datar dan dingin. Mendengar apa yang Ryan katakan membuat Akbar tertegun. Sepersekian detik iya membeku dan tidak bisa berkata apa-apa. Salah semua kata-kata yang telah ia persiapkan dari rumah ke nilainya begitu saja. Belum sempat dia membalas ucapan Ryan, ayah dan ibunya sudah datang berlarian untuk mencegahnya

  • Suami kedua Lebih Berasa   59. Hari Pesta Pernikahan

    59. Hari Pesta PernikahanHiasan mawar putih tersusun begitu cantik di dalam ballroom hotel. Tema garden yang diusung begitu memanjakan mata. Nala mengenakan gaun cantiknya dan berdiri berdampingan dengan Ryan. Senyum cerah menambah cantik parasnya. Dengan begitu anggun dan terlihat mempesona Lala terus saja memamerkan cantik paras dan elok tubuhnya. Ryan pun sedari tadi merasa begitu senang dan berbahagia di hari istimewanya. Hari ini adalah hari di mana resepsi pernikahan itu tiba. Semua tamu dan kolega hadir dalam acara tersebut. Keluarga besar Ryan dan Nala semuanya turut hadir dalam acara pernikahan itu. "Cantiknya istriku," puji Ryan sembari merangkul pinggang ramping Nala. Lelah hanya tersipu membalasnya dengan senyuman kecil. Luapan perasaan bahagia sudah begitu tentara meskipun dia tidak mengutarakannya. Balutan putih di tubuh rampingnya semakin menonjolkan keelokan tubuhnya. Walaupun tadi ketika pertama kali memakainya justru protes lah yang Ryan berikan. Ryan tetap sa

  • Suami kedua Lebih Berasa   58. Ganjalan di hati Nala

    "Enggak, enggak ada. Lagi mikir aja semuanya jadi bisa seperti ini. Kita ini mantan tapi menikah, masih lucu aja bagiku. Apa lagi kalau ingat masa-masa kita pacaran dulu," kata Nala dengan senyuman dibibir tipisnya. "Masa kita pacaran?" ulang Ryan yang kemudian duduk di samping Nala. "Iya, saat kita pacaran dulu," jawab Nala yang sebenarnya hanyalah sebuah kebohongan. Saat ini sebenarnya Nala sedang memikirkan saat di mana dia yang sedang dekat dengan Akbar tiba-tiba mendapatkan fitnah dan harus segera menikah. Terang saja kedua orang tua Nala semakin menentang itu. Ayah dan ibu Nala sedikit banyak sudah menelusuri tentang latar belakang keluarga Akbar. Hal pertama yang membuat ayah dan ibu Nala menolak kala itu adalah ibu Akbar yang doyan sekali berselingkuh. Ibu kandung Akbar bahkan pernah terjerat kasus perselingkuhan dengan paman Nala yang lainnya. Hanya saja, demi menjaga perasaan Nala kala itu, ayah dan ibu masih merahasiakan hal itu sampai detik ini. Tetapi dengan Nina yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status