Share

07. Curiga

Penulis: Serpihan Salju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-15 22:31:54

Pemuda bertopeng sibuk membersihkan sisa darah di bilah pedangnya dengan menggunakan kain yang dikenakan oleh para korbannya.

Pemuda itu dengan geram menendang kepala pria botak bercodet hingga kepala pelontos itu terpental sangat jauh. "Sampah!"

"Hanya sekelompok bandit hutan rendahan saja sudah berlagak sok jago di depanku," gerutu pemuda bertopeng sambil berjongkok di sisi mayat tanpa kepala untuk mencari sesuatu.

Setelah memeriksa semua mayat para bandit, pemuda bertopeng hanya menemukan kantung-kantung yang dipenuhi uang perak.

"Sepertinya mereka adalah para pembunuh bayaran. Hanya saja tidak ada petunjuk mengenai orang yang menyuruh mereka," gumamnya sambil menyimpan semua uang dalam kantung itu untuk dirinya sendiri.

"Keluarlah! Mereka semua sudah mati!" seru pemuda bertopeng kepada gadis bercadar yang sekarang semakin ketakutan.

Gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri akan keganasan dan kesadisan pria yang telah menolongnya.

Pemuda bertopeng merasa heran. "Nona, mereka sudah tidak ada lagi. Jadi tidak akan ada yang mengganggumu. Keluarlah!"

Masih tak ada jawaban.

"Nona, apakah kau tertidur di sana?" Pemuda bertopeng mengeraskan suaranya untuk bertanya, "Sekarang, Nona bisa pulang dengan aman. Apakah perlu kuantarkan?"

Namun, tetap tak ada jawaban sama sekali dari rerimbunan semak tempat persembunyian gadis bercadar. Pemuda bertopeng mulai khawatir. Bagaimana kalau ternyata gadis itu pingsan?

Akhirnya, pemuda bertopeng pun memilih untuk mendekati semak dan menyibak semak belukar tersebut. Dia mendapati sang gadis bercadar tengah duduk memeluk lutut dengan tubuh menggigil ketakutan dan wajah pucat pasi.

Baru sekali ini dalam hidup sang gadis, menyaksikan secara langsung sebuah pertarungan yang sangat mengerikan. Dia bisa melihat dengan sangat jelas bagaimana kejam dan betapa sadis, pria bertopeng ini dalam menghabisi para bandit bayaran.

"Nona, Anda tidak apa-apa?" bertanya si pemuda bertopeng. "Apakah Anda sakit atau terluka?"

Yang ditanya tak sanggup berkata apa pun akibat dari ketakutannya. Hanya sebuah gelengan kepala kecil yang terasa sangat kaku. Gadis itu juga merasa sangat sulit untuk menggerakkan tubuh, sedangkan si pemuda bertopeng justru terlihat tenang. Dia tampak mengerti dengan keadaaan mental gadis ini.

Pemuda bertopeng mengulurkan tangannya. "Nona, berdirilah! Mari aku antarkan kau kembali ke rumahmu."

Gadis bercadar mencoba untuk menggerakan tubuhnya untuk berdiri dan menatap ragu disertai ketakutan dari gadis kepada si pria bertopeng yang masih bersikap santai seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Baru saja si gadis bercadar bisa menguasai keadaan, tiba-tiba tubuhnya telah disambar kembali oleh si pemuda bertopeng dan terjebak dalam pelukan pria itu sekali lagi.

SYUUUUUUT!

KRAS!

Suara benturan senjata yang mengenai benda keras pun, seketika terdengar cukup dekat di telinga sang gadis hingga pendengarannya sedikit berdenging.

"Sial! Ada orang yang menyerang secara diam-diam rupanya!" Si pemuda bertopeng terlihat sangat marah.

Dengan cepat pula, dia melemparkan salah satu pedangnya sambil berseru, "Da Jian, habisi dia!"

Secara mengagumkan, pedang yang disebut Da Jian segera melesat mengejar si penyerang yang bersembunyi di balik sebuah pohon besar.

"Ah!"

Sebuah pekik kematian pun menjadi jawaban, kalau pedang milik pria bertopeng telah berhasil menyelesaikan tugasnya.

Dengan cepat pula, pedang itu secara tiba-tiba melesat kembali ke tangan sang pemilik dengan berlumuran darah segar.

Pemuda bertopeng segera menangkap kembali pedangnya sambil menggeram marah. "Humph! Ingin bermain-main dengan Ketua Kelompok Topeng Iblis dari Hutan Seribu Malam? Heh! Maka nyawalah taruhannya!"

'Ketua Kelompok Topeng Iblis dari Hutan Seribu Malam?' Putri Chu Rong Xi terketuk sekali lagi. 'Bukankah kelompok ini yang sering dibicarakan oleh kedua kakakku?'

Setelah membersihkan darah di bilah senjatanya dan kembali menyimpannya ke dalam sarung pedang, pemuda itu berkata, "Nona, sebaiknya segera kita tinggalkan tempat ini karena sepertinya keadaan sedang tidak aman."

Gadis itu hanya mengangguk, tak bisa berucap sepatah kata pun. Terlebih lagi saat tubuhnya semakin dalam dibenamkan pada tubuh pria bertopeng yang segera melesat bagaikan terbang membelah lebatnya hutan.

Akan dibawa ke mana, gadis bercadar itu hanya bisa diam dan pasrah. Entah mengapa juga hatinya merasa sedikit nyaman dalam pelukan pria misterius ini, dan sekarang ia justru melingkarkan kedua tangannya pada leher pemuda bertopeng untuk berpegangan.

Pemuda bertopeng membiarkan saja gadis bercadar memeluk lehernya. Ia hanya fokus mengontrol tenaga dalamnya selama pelarian ini.

Sekarang, Putri Chu Rong Xi kian merasa nyaman dalam hati meskipun ia tahu betapa kejam sepak terjang Kelompok Topeng Iblis. Terlebih lagi, tubuh pemuda ini rasanya begitu hangat hingga dia seperti enggan melepaskan pelukannya.

Secara diam-diam, Putri Chu Rong Xi mendongak ke atas, menatap dari samping pria bertopeng itu dengan rasa penasaran. Kira-kira, seperti apa bentuk asli wajah pria ini?

'Xi'er, apa yang sedang kamu pikirkan?' Putri Chu Rong Xi langsung menunduk dan memejamkan kedua matanya. 'Ingatlah kalau orang ini belum tentu benar-benar baik hati padamu. Bisa saja dia akan memperlakukanmu dengan kejam pula.'

Apa salahnya curiga terhadap orang yang tidak dia kenal?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Krisan Emas
Dibuat bola sepak botaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami untuk Sang Putri   96. Dari Gelap Menuju Cahaya

    Para tetua memang tidak meragukan akan keahlian Tetua Yang Xueying dan muridnya. Namun masalahnya, sekarang orang yang dimaksud sedang tidak berada di tempat tersebut karena sedang bersama istri sang ketua sekte. Jika menariknya secara tiba-tiba, apakah nyonya akan mengijinkannya?"Tapi, Tetua Xueying, bukankah saat ini Yang Se sedang bersama dengan Bibi Fuyu?" tanya Yang Shui. "Jika kita memanggilnya, lalu bagaimana dengan bibi?"Yang Hua tentu saja mengetahui akan kekhawatiran keponakannya. "Untuk masalah ini kamu tidak perlu khawatir, Ah Shui. Bibimu baru saja mengirim pesan kalau kita akan bertemu di perjalanan nanti.""Oh, baguslah. Kalau begitu sepertinya sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," ujar Yang Shui, hatinya merasa lega."Kalau begitu masalah penyamaran sepenuhnya akan menjadi tugas Tetua Yang Xueying," lanjut Yang Hua, ia menghadap ke arah orang yang dimaksud dan mengepalkan kedua tangannya. "Maka saya mohon bantuan Anda, Tetua Yang Xueying." Demi mendapat tu

  • Suami untuk Sang Putri   95. Si Pengubah Seribu Wajah

    Semua orang yang hadir seketika terdiam, hanya Tetua Yang Wuzhou saja yang tampak bersikap biasa saja dan masih sibuk dalam menikmati makanannya.Yang Hua menatap satu per satu wajah-wajah para tetua dengan tatapan tajam. "Kalian semua adalah para tetua yang aku hormati dan sengaja aku undang ke mari dengan segala rasa hormatku. Tetapi para Tetua sepertinya tidak lagi memandangku sebagai pemimpin kalian!""Pemimpin Tertinggi, mohon jangan salah paham!" seru Tetua Yang Lei dengan perasaan sedikit takut. "Apa maksud Tetua Yang Lei dengan kata salah paham?" Yang Hua beralih menatap Tetua Yang Lei, seakan sedang berusaha menguliti pria itu untuk mengetahui isi hatinya. "Kalian meragukan apa yang dikatakan oleh Qing Yuan, bahkan beberapa dari kalian seperti sedang sengaja menyudutkannya. Bukankah itu sama saja dengan tidak menghormatiku?" Semua orang terdiam dengan berbagai macam perasaan mereka masing-masing. Ada yang tidak senang atas pembelaan Yang Hua terhadap anak tirinya.'Ternyata

  • Suami untuk Sang Putri   94. Menyudutkan Qing Yuan

    Semua orang tercengang. Wajah-wajah tua terlihat menegang. Namun, tentu saja Qing Yuan yang merasa lebih terkejut lagi.Mendengar kata 'hukuman mati', wajah Qing Yuan atau yang sengaja menggunakan nama Yang Yuan saat sedang beraksi bersama dengan kelompoknya, seketika memerah. Kesalahan yang tak ia lakukan, mengapa hukuman mati itu tertuju padanya? Bukankah ini sudah sangat keterlaluan?"Satu juta tahil emas? Bukankah ini hampir setara dengan setahun gaji seorang perdana menteri?" Yang Shui bertanya, seolah kepada dirinya sendiri. "Itu benar, Ah Shui. Bagi orang biasa, mungkin ini adalah sesuatu yang sangat menggiurkan!" Tetua Yang Lei berkata dengan sedikit antusias, seakan ini adalah suatu peluang besar untuk mengumpulkan kekayaan. 'Dengan imbalan yang luar biasa besar itu, siapa yang tidak merasa tertarik?' pikir Yang Shui disertai perasaan khawatir. Tentu saja, ia tak ingin Qing Yuan mengalami hal buruk yang seharusnya bukan menjadi tanggungannya. 'Ini harus segera diselidiki.

  • Suami untuk Sang Putri   93. Kabar Buruk

    Yang Hua mengangkat tangan, melambaikannya sedikit untuk menarik perhatian semua orang. "Mari kita mulai hal yang ingin aku bahas bersama dengan Anda semua pada pertemuan kali ini. Aku yakin, kalian semua bertanya-tanya mengapa aku mengundang kalian secara mendadak."Para tetua saling melirik, rasa ingin tahu dan kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka. Semua orang memasang pendengaran mereka baik-baik, menunggu apa yang akan menjadi pokok pembahasan kali ini.Yang Chao, tetua yang duduk di ujung kiri, akhirnya membuka suara. "Pemimpin Tertinggi, apakah ini berkaitan dengan rumor tentang adanya sebuah kompetisi kekaisaran yang konon akan diadakan di Gunung Hijau?"Yang Hua mengangguk perlahan. "Benar. Kompetisi itu akan menjadi kesempatan emas bagi sekte kita untuk kembali menunjukkan kemampuan para generasi penerus yang kita miliki saat ini. Namun, tujuan kita lebih dari sekadar untuk kemenangan semata."Mendengar ini, para tetua menjadi bertanya-tanya kembali."Ternyata memang t

  • Suami untuk Sang Putri   92. Ada Apa dengan Ketua Sekte

    Tetua Yang Wuzhou seperti berpikir, dahinya menampilkan banyak kerutan."Aku hanya ... hanya sedang memikirkan sesuatu." Tetua Yang Wuzhou kemudian berjalan-jalan kecil sambil berkacak pinggang dan memutari Qing Yuan dengan dahi berkerut. Wajahnya bahkan terlihat sangat serius. "Kakekmu ini merasa khawatir kalau-kalau tidak ada gadis yang berani menjadi istrimu.""Maka itu bagus!" sergah Qing Yuan dengan sikap tak peduli, seolah masalah pernikahan bukan hal yang penting baginya."Kamu!" Tetua Yang Wuzhou terkejut, tanpa sadar menunjuk wajah Qing Yuan, lalu gumamnya, "Aiya, Bocah Nakal ini. Mengapa kamu seperti sedang mengutuk dirimu sendiri?" Yang Shui hanya mengulum senyum melihat sikap Qing Yuan yang terlihat kesal.Semua orang yang mendengarnya mengakui dalam hati akan perkataan Tetua Yang Wuzhou. Di tempatnya berdiri, Yang Hua menggelengkan kepala seraya mendesahkan napas."Pemimpin Tertinggi, kurasa memang tidak ada gadis yang layak untuknya selain daripada Rembulan Negeri Chu

  • Suami untuk Sang Putri   91. Kakek Gila

    Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status