Beranda / Zaman Kuno / Suami untuk Sang Putri / 06. Pendekar Pedang Batu Bintang Merah

Share

06. Pendekar Pedang Batu Bintang Merah

Penulis: Serpihan Salju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-15 05:05:15

Gerakan tangannya menjadi begitu cepat hingga menciptakan ribuan bayangan tangan yang bergerak secara bersamaan. Setiap bayangan membawa kekuatan nyata, mampu menembus pertahanan dan menghancurkan tulang dengan mudah.

Tiga bandit yang mencoba menyerang dari samping langsung kewalahan menghadapi hujan pukulan yang datang dari segala arah. Mereka tidak mampu menangkis semuanya, dan tulang rusuk mereka patah satu per satu dengan bunyi yang membuat merinding.

"Sombong sekali kamu! Kuharap, kamu nanti tidak lupa untuk menyebut nama kedua orang tuamu, saat dewa kematian menyambangimu!" bentak si pria berkumis yang merasa semakin geram dibuatnya.

Matanya menatap tajam dan dingin ke arah anak muda yang telah mengganggu rencananya. Seakan ingin mengunyah mentah-mentah daging pemuda itu. Amarah dan frustrasi bercampur menjadi racun yang membakar hatinya.

Pemuda bertopeng tersenyum mencibir penuh ejekan. Bahkan dalam situasi satu lawan enam, ia masih memiliki waktu untuk mengolok-olok musuh-musuhnya. Tingkat kepercayaan diri seperti ini hanya dimiliki oleh para master tingkat tinggi.

"Maka, pakailah peringatan itu untuk diri kalian sendiri!" teriak pemuda bertopeng sambil menghunus sepasang pedangnya dan memainkan jurus-jurusnya.

Dari balik punggungnya, muncul sepasang pedang yang tampak biasa saja, bilahnya hitam kelam tanpa kilauan, gagangnya sederhana tanpa ukiran mewah.

Namun ketika pedang-pedang itu terangkat, aura kematian yang menguar darinya membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.

"Pedang Batu Bintang Merah!" pekik pria botak dengan mata terbelalak lebar. "Bagaimana mungkin pedang itu adalah Pedang Batu Bintang Merah?"

Apakah orang ini adalah Pendekar Pedang Batu Bintang Merah yang terkenal sangat kejam dan tanpa ampun itu?

Legenda menyebutkan bahwa Pedang Batu Bintang Merah adalah senjata yang ditempa dari meteorit yang jatuh dari langit seribu tahun yang lalu. Hanya ada empat bilah yang berhasil dibuat, dan semuanya menjadi pusaka para pendekar tingkat dewa. Bagaimana mungkin seorang pemuda yang tampak biasa ini bisa memilikinya?

"Siapa kamu ini sebenarnya?" bertanya pria botak dengan rasa penasaran yang mencekam.

Matanya tak berkedip menatap bilah senjata batu hitam yang sebenarnya tidak menarik sama sekali bentuknya, namun aura yang dipancarkannya membuat jiwanya bergetar ketakutan.

"Aku, aku adalah ...." Pemuda bertopeng tiba-tiba memainkan jurus pedang yang menakjubkan.

Kedua pedangnya bergerak dalam pola melingkar yang rumit, menciptakan pusaran energi yang berputar dengan kecepatan luar biasa. Gerakan berputaran itu disertai hawa panas menyengat yang membuat rumput-rumput di sekitarnya terbakar spontan.

Pusaran energi itu semakin membesar, menarik dedaunan, kerikil, bahkan serangga-serangga kecil ke dalam putarannya. Apa pun yang tersentuh oleh energi itu langsung terpotong menjadi potongan-potongan kecil.

"Pembunuh Tanpa Hati yang akan menjadi dewa kematian bagi kalian!"

Suaranya menggema dengan kekuatan supernatural, bergaung hingga ke penjuru hutan. Para burung malam yang sedang bertengger di pohon-pohon langsung terbang kocar-kacir, sementara hewan-hewan kecil berlarian mencari tempat persembunyian.

Ini adalah jurus pamungkas yang menggabungkan kekuatan tinju dan pedang. Energi spiritual dalam tubuhnya berkonsentrasi pada kedua tangan, menciptakan aura yang begitu padat hingga terlihat seperti sarung tangan berwarna hitam pekat.

Keenam bandit yang tersisa merasakan tekanan yang luar biasa. Udara di sekitar mereka menjadi kental seperti madu, membuat mereka kesulitan bergerak. Nafas mereka tersengal-sengal, seolah oksigen di udara telah berubah menjadi racun.

Serangan terakhir itu diluncurkan dengan kecepatan cahaya. Enam bayangan tinju hitam melesat menuju masing-masing bandit, membawa kekuatan yang setara dengan terjangan dua puluh empat kaki gajah secara bersamaan.

Pekikan keras dan panjang terlepas dari mulut keenam orang yang tak bisa lagi mempertahankan kepala mereka untuk tetap berada di batang lehernya masing-masing.

Kepala-kepala itu terputus dengan begitu bersih, seolah dipotong oleh pedang paling tajam di dunia. Darah menyembur tinggi ke udara, menciptakan hujan merah yang mengerikan. Tubuh-tubuh tanpa kepala itu masih berdiri beberapa detik sebelum akhirnya roboh seperti boneka yang tali pengikatnya putus.

Pemuda bertopeng menatap puas tanpa rasa kasihan sedikit pun kepada para musuhnya yang satu persatu roboh ke atas bumi tanpa nyawa.

Matanya yang dingin menatap keenam mayat itu bagaikan menatap enam ekor ayam yang baru disembelih. Baginya, membunuh para bandit tingkat rendah seperti ini tidak jauh berbeda dengan menginjak semut yang menghalangi jalan.

Pemuda bertopeng terlihat membersihkan sisa darah manusia di bilah pedangnya dengan menggunakan kain yang dikenakan oleh para korbannya.

"Selesai!" seru pemuda bertopeng sambil menyeringai kecil di balik topeng wajah iblisnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Lanang Jagat
Lanjut baca... seru
goodnovel comment avatar
Dark Villain
kejam juga ya
goodnovel comment avatar
Piolvu
seru sekali thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami untuk Sang Putri   96. Dari Gelap Menuju Cahaya

    Para tetua memang tidak meragukan akan keahlian Tetua Yang Xueying dan muridnya. Namun masalahnya, sekarang orang yang dimaksud sedang tidak berada di tempat tersebut karena sedang bersama istri sang ketua sekte. Jika menariknya secara tiba-tiba, apakah nyonya akan mengijinkannya?"Tapi, Tetua Xueying, bukankah saat ini Yang Se sedang bersama dengan Bibi Fuyu?" tanya Yang Shui. "Jika kita memanggilnya, lalu bagaimana dengan bibi?"Yang Hua tentu saja mengetahui akan kekhawatiran keponakannya. "Untuk masalah ini kamu tidak perlu khawatir, Ah Shui. Bibimu baru saja mengirim pesan kalau kita akan bertemu di perjalanan nanti.""Oh, baguslah. Kalau begitu sepertinya sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," ujar Yang Shui, hatinya merasa lega."Kalau begitu masalah penyamaran sepenuhnya akan menjadi tugas Tetua Yang Xueying," lanjut Yang Hua, ia menghadap ke arah orang yang dimaksud dan mengepalkan kedua tangannya. "Maka saya mohon bantuan Anda, Tetua Yang Xueying." Demi mendapat tu

  • Suami untuk Sang Putri   95. Si Pengubah Seribu Wajah

    Semua orang yang hadir seketika terdiam, hanya Tetua Yang Wuzhou saja yang tampak bersikap biasa saja dan masih sibuk dalam menikmati makanannya.Yang Hua menatap satu per satu wajah-wajah para tetua dengan tatapan tajam. "Kalian semua adalah para tetua yang aku hormati dan sengaja aku undang ke mari dengan segala rasa hormatku. Tetapi para Tetua sepertinya tidak lagi memandangku sebagai pemimpin kalian!""Pemimpin Tertinggi, mohon jangan salah paham!" seru Tetua Yang Lei dengan perasaan sedikit takut. "Apa maksud Tetua Yang Lei dengan kata salah paham?" Yang Hua beralih menatap Tetua Yang Lei, seakan sedang berusaha menguliti pria itu untuk mengetahui isi hatinya. "Kalian meragukan apa yang dikatakan oleh Qing Yuan, bahkan beberapa dari kalian seperti sedang sengaja menyudutkannya. Bukankah itu sama saja dengan tidak menghormatiku?" Semua orang terdiam dengan berbagai macam perasaan mereka masing-masing. Ada yang tidak senang atas pembelaan Yang Hua terhadap anak tirinya.'Ternyata

  • Suami untuk Sang Putri   94. Menyudutkan Qing Yuan

    Semua orang tercengang. Wajah-wajah tua terlihat menegang. Namun, tentu saja Qing Yuan yang merasa lebih terkejut lagi.Mendengar kata 'hukuman mati', wajah Qing Yuan atau yang sengaja menggunakan nama Yang Yuan saat sedang beraksi bersama dengan kelompoknya, seketika memerah. Kesalahan yang tak ia lakukan, mengapa hukuman mati itu tertuju padanya? Bukankah ini sudah sangat keterlaluan?"Satu juta tahil emas? Bukankah ini hampir setara dengan setahun gaji seorang perdana menteri?" Yang Shui bertanya, seolah kepada dirinya sendiri. "Itu benar, Ah Shui. Bagi orang biasa, mungkin ini adalah sesuatu yang sangat menggiurkan!" Tetua Yang Lei berkata dengan sedikit antusias, seakan ini adalah suatu peluang besar untuk mengumpulkan kekayaan. 'Dengan imbalan yang luar biasa besar itu, siapa yang tidak merasa tertarik?' pikir Yang Shui disertai perasaan khawatir. Tentu saja, ia tak ingin Qing Yuan mengalami hal buruk yang seharusnya bukan menjadi tanggungannya. 'Ini harus segera diselidiki.

  • Suami untuk Sang Putri   93. Kabar Buruk

    Yang Hua mengangkat tangan, melambaikannya sedikit untuk menarik perhatian semua orang. "Mari kita mulai hal yang ingin aku bahas bersama dengan Anda semua pada pertemuan kali ini. Aku yakin, kalian semua bertanya-tanya mengapa aku mengundang kalian secara mendadak."Para tetua saling melirik, rasa ingin tahu dan kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka. Semua orang memasang pendengaran mereka baik-baik, menunggu apa yang akan menjadi pokok pembahasan kali ini.Yang Chao, tetua yang duduk di ujung kiri, akhirnya membuka suara. "Pemimpin Tertinggi, apakah ini berkaitan dengan rumor tentang adanya sebuah kompetisi kekaisaran yang konon akan diadakan di Gunung Hijau?"Yang Hua mengangguk perlahan. "Benar. Kompetisi itu akan menjadi kesempatan emas bagi sekte kita untuk kembali menunjukkan kemampuan para generasi penerus yang kita miliki saat ini. Namun, tujuan kita lebih dari sekadar untuk kemenangan semata."Mendengar ini, para tetua menjadi bertanya-tanya kembali."Ternyata memang t

  • Suami untuk Sang Putri   92. Ada Apa dengan Ketua Sekte

    Tetua Yang Wuzhou seperti berpikir, dahinya menampilkan banyak kerutan."Aku hanya ... hanya sedang memikirkan sesuatu." Tetua Yang Wuzhou kemudian berjalan-jalan kecil sambil berkacak pinggang dan memutari Qing Yuan dengan dahi berkerut. Wajahnya bahkan terlihat sangat serius. "Kakekmu ini merasa khawatir kalau-kalau tidak ada gadis yang berani menjadi istrimu.""Maka itu bagus!" sergah Qing Yuan dengan sikap tak peduli, seolah masalah pernikahan bukan hal yang penting baginya."Kamu!" Tetua Yang Wuzhou terkejut, tanpa sadar menunjuk wajah Qing Yuan, lalu gumamnya, "Aiya, Bocah Nakal ini. Mengapa kamu seperti sedang mengutuk dirimu sendiri?" Yang Shui hanya mengulum senyum melihat sikap Qing Yuan yang terlihat kesal.Semua orang yang mendengarnya mengakui dalam hati akan perkataan Tetua Yang Wuzhou. Di tempatnya berdiri, Yang Hua menggelengkan kepala seraya mendesahkan napas."Pemimpin Tertinggi, kurasa memang tidak ada gadis yang layak untuknya selain daripada Rembulan Negeri Chu

  • Suami untuk Sang Putri   91. Kakek Gila

    Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status