Beranda / Zaman Kuno / Suami untuk Sang Putri / 53. Pedang Cermin Cahaya

Share

53. Pedang Cermin Cahaya

Penulis: Serpihan Salju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-16 17:53:39
Tiba-tiba, pintu besar aula terbuka dengan suara berderit pelan. Seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna putih berjalan memasuki ruangan dengan langkah anggun. Di tangannya membawa sebuah kotak kayu kecil.

"Anakku," panggil Mo Xie Li dengan suara lembut namun tegas. "Bawalah kotak ini dan perlihatkanlah pada ayahmu. Dengan melihat kotak ini, dia akan langsung mengenalimu sebagai putranya."

Mo Xie Xing menerima kotak itu dengan hati-hati. "Baik, Ibu. Tenangkan hatimu. Aku pasti akan mewujudkan semua impian kita dan mengalahkan lelaki bejat itu. Ia akan menyesali hari ketika ia meninggalkan kita."

Meski demikian, Mo Xie Xing tidak pernah mengakui orang itu sebagai ayahnya.

Mo Xie Li memeluk anak semata wayangnya dengan penuh cinta dan kehangatan seorang ibu.."Kalau begitu pergilah, Xing'er. Ibu merestuimu. Jaga dirimu baik-baik. Ingatlah untuk tidak berhadapan secara langsung dengan Qing Fuyu atau Yang Hua. Mereka orang-orang hebat dan kamu bukan tandingannya."

Mo
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami untuk Sang Putri   92. Ada Apa dengan Ketua Sekte

    Tetua Yang Wuzhou seperti berpikir, dahinya menampilkan banyak kerutan."Aku hanya ... hanya sedang memikirkan sesuatu." Tetua Yang Wuzhou kemudian berjalan-jalan kecil sambil berkacak pinggang dan memutari Qing Yuan dengan dahi berkerut. Wajahnya bahkan terlihat sangat serius. "Kakekmu ini merasa khawatir kalau-kalau tidak ada gadis yang berani menjadi istrimu.""Maka itu bagus!" sergah Qing Yuan dengan sikap tak peduli, seolah masalah pernikahan bukan hal yang penting baginya."Kamu!" Tetua Yang Wuzhou terkejut, tanpa sadar menunjuk wajah Qing Yuan, lalu gumamnya, "Aiya, Bocah Nakal ini. Mengapa kamu seperti sedang mengutuk dirimu sendiri?" Yang Shui hanya mengulum senyum melihat sikap Qing Yuan yang terlihat kesal.Semua orang yang mendengarnya mengakui dalam hati akan perkataan Tetua Yang Wuzhou. Di tempatnya berdiri, Yang Hua menggelengkan kepala seraya mendesahkan napas."Pemimpin Tertinggi, kurasa memang tidak ada gadis yang layak untuknya selain daripada Rembulan Negeri Chu

  • Suami untuk Sang Putri   91. Kakek Gila

    Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng

  • Suami untuk Sang Putri   90. Pertemuan Kecil

    Yang Yueli, gadis berwajah cantik dan memiliki sikap tegas segera melakukan penghormatan. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Komandan, Zhi’an sudah membaik. Terima kasih atas perhatian Anda dan obat yang Anda kirimkan." Yang Shui mengangguk kecil, tersenyum tipis. "Baguslah. Suruh dia untuk menghadapku segera setelah dia pulih sepenuhnya." "Baik, Komandan." Yang Yueli membungkuk hormat sekali lagi, matanya yang cerdas menunjukkan rasa penasaran. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa yang membuat sang komandan begitu ingin bertemu Zhang Zhi’an, kekasihnya. Ketiganya terus berjalan, melewati taman maple dengan daun-daun jingga mudanya yang tampak berguguran, jatuh tumpang tindih, berserakan di atas lantai hutan. Sampah indah itu tak berdaya saat terinjak oleh sepatu-sepatu para penghuni kediaman. Ujung jubah hanfu mereka tak lagi menyapu tumpukan daun maple ketika ketiganya mulai menapaki jembatan lengkung bercat merah menyala di atas kolam teratai serta ada banya

  • Suami untuk Sang Putri   89. Mengantar Yu Zhen

    Sekarang Yu Zhen menghadap kepada Yang Shui yang berdiri tak jauh dari Qing Yuan. Pria itu tersenyum ramah penuh ketenangan. Aura wajahnya yang sejuk, membuat hati siapa pun akan merasa nyaman saat bersama dan berbicara dengan tabib muda ini.Yu Zhen melakukan salam Gongshou sebagai tanda perpisahan kepada pria yang telah merawatnya tersebut. "Tuan Yang Shui, Yu Zhen mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuan Yang Shui yang telah menyelamatkan nyawa tuan muda ini. Tanpa pertolongan dari Tuan Yang, mungkin tuan muda ini hanya tinggal nama penghias papan peringatan.""Tuan Muda Yu terlalu sungkan dan berlebihan. Itu hanya suatu kebetulan semata. Saya adalah seorang tabib yang tentunya tidak akan membiarkan siapa pun sakit di depan mata. Jadi, tolong jangan diungkit lagi hal-hal seperti itu!" ucap Yang Shui yang juga melakukan salam serupa dengan Yu Zhen."Tuan Yang selalu berkata demikian. Yu Zhen tidak tahu bagaimana cara berterima kasih pada Tuan Yang Shui yang baik dan s

  • Suami untuk Sang Putri   88. Yu Zhen Berpamitan

    Sekarang, hanya tinggal Yu Zhen seorang diri dalam kekalutan dan kesedihan. Ia sungguh tak menyangka jika segel perjodohan itu akan bereaksi saat wajah mereka berdekatan dalam jarak satu jari. Yu Zhen melihat dengan jelas segel khusus itu bersinar merah di kening Ji Mei Hua. Hal tersebut menandakan kalau gadis itu masih terjaga kesuciannya. 'Hua'er, maafkanlah aku!'Penyesalan yang begitu dalam membuat Yu Zhen berkali-kali harus mengusap wajahnya yang bersimbah air mata. Ternyata, meskipun dia adalah seorang pria pilih tanding dengan kekuatan yang cukup diperhitungkan di rimba persilatan.Namun, dia tetaplah manusia yang memiliki kerapuhan pada sisi hatinya. Bahkan, orang sekuat Yu Shan, ayahnya, masih tak bisa menahan air mata saat hatinya terasa sakit.Apakah itu menandakan jika dia termasuk lelaki cengeng?Tapi bagaimanapun juga, manusia tetaplah memiliki sisi rapuh dan sudah merupakan suatu fitrah yang tak bisa dihindari. Bagaimanapun juga, air mata juga merupakan sebuah anugr

  • Suami untuk Sang Putri   87. Menolak Menikah

    Shen Ji menatap dingin wajah Yu Zhen. "Bagaimana kalau aku menolak?" "Hua'er, aku harus tetap membawamu pulang ke Qianyang demi janjiku pada Paman Shen Ming," tegas Yu Zhen.Mendengar ini, Shen Ji bergerak ke arah Qing Yuan, memeluknya dari belakang sambil menangis. "Shifu, sekalipun dia meminta, tolong jangan berikan aku padanya! Jangan biarkan dia membawaku pergi dari sini!""Mengapa?" tanya Qing Yuan, penasaran."Pokoknya aku tidak mau!" Shen Ji terisak di punggung sang guru. "Aku masih ingat kejadian itu dan aku benar-benar tak ingin kembali ke tempat itu lagi, Shifuuu!""Baiklah. Shifu akan bicara padanya." Qing Yuan berucap dengan lembut. Ada kemenangan muncul dalam hatinya. "Kau dengar itu, Ah Zhen?" Qing Yuan menatap tajam ke wajah Yu Zhen yang sekarang bagai mati kutu di hadapan guru dan murid ini. "Dia tidak ingin "Ji'er, maaf ...." "Ji'er, maafkan aku!" ucap Yu Zhen lirih sekali, sangat lirih."Aku sudah memaafkan Kak Yu Zhen. Tetapi aku tetap tidak ingin kembali bersam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status