Início / Zaman Kuno / Suami untuk Sang Putri / 76. Menyangkal Tuduhan

Compartilhar

76. Menyangkal Tuduhan

last update Última atualização: 2025-10-31 08:01:33

Zhang Zhi'an kemudian mengambil sebatang anak panah dari tas berburu Niu Li. Matanya menyipit saat membandingkan keduanya. "Ketua, anak panah ini sama persis dengan panah yang membunuh tawanan di penjara gua. Selain ukuran dan warna, bulu-bulunya juga dari bahan yang sama, bahkan tanda ukiran kecil di ujung batangnya pun tidak ada perbedaan."

"Tidak mungkin!" Niu Li menggeleng tak percaya. "Itu bukan senjataku!"

Melihat bukti yang tampak begitu meyakinkan itu, amarah Qing Yuan meledak. Dalam sekejap, tangannya menyambar leher Niu Li dan mencekiknya dengan sedikit kuat.

"Niu Li!"

Wajah Qing Yuan memerah, urat-urat di pelipisnya menonjol. "Beraninya kau mengkhianatiku! Apa kamu sudah bosan hidup?"

Napas Niu Li terputus-putus, wajahnya pucat pasi. Dia merasakan sakit yang luar biasa dan penglihatannya mulai kabur.

Namun dengan sisa tenaga yang ada, ia berusaha berbicara. "Ti--tidak, Ke--ketua!"

"Sa--sa ... ya ... saya masih ingin hidup untuk melayani Anda!"

"Senjata ... bisa sama. Pos
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Suami untuk Sang Putri   91. Kakek Gila

    Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng

  • Suami untuk Sang Putri   90. Pertemuan Kecil

    Yang Yueli, gadis berwajah cantik dan memiliki sikap tegas segera melakukan penghormatan. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Komandan, Zhi’an sudah membaik. Terima kasih atas perhatian Anda dan obat yang Anda kirimkan." Yang Shui mengangguk kecil, tersenyum tipis. "Baguslah. Suruh dia untuk menghadapku segera setelah dia pulih sepenuhnya." "Baik, Komandan." Yang Yueli membungkuk hormat sekali lagi, matanya yang cerdas menunjukkan rasa penasaran. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa yang membuat sang komandan begitu ingin bertemu Zhang Zhi’an, kekasihnya. Ketiganya terus berjalan, melewati taman maple dengan daun-daun jingga mudanya yang tampak berguguran, jatuh tumpang tindih, berserakan di atas lantai hutan. Sampah indah itu tak berdaya saat terinjak oleh sepatu-sepatu para penghuni kediaman. Ujung jubah hanfu mereka tak lagi menyapu tumpukan daun maple ketika ketiganya mulai menapaki jembatan lengkung bercat merah menyala di atas kolam teratai serta ada banya

  • Suami untuk Sang Putri   89. Mengantar Yu Zhen

    Sekarang Yu Zhen menghadap kepada Yang Shui yang berdiri tak jauh dari Qing Yuan. Pria itu tersenyum ramah penuh ketenangan. Aura wajahnya yang sejuk, membuat hati siapa pun akan merasa nyaman saat bersama dan berbicara dengan tabib muda ini.Yu Zhen melakukan salam Gongshou sebagai tanda perpisahan kepada pria yang telah merawatnya tersebut. "Tuan Yang Shui, Yu Zhen mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Tuan Yang Shui yang telah menyelamatkan nyawa tuan muda ini. Tanpa pertolongan dari Tuan Yang, mungkin tuan muda ini hanya tinggal nama penghias papan peringatan.""Tuan Muda Yu terlalu sungkan dan berlebihan. Itu hanya suatu kebetulan semata. Saya adalah seorang tabib yang tentunya tidak akan membiarkan siapa pun sakit di depan mata. Jadi, tolong jangan diungkit lagi hal-hal seperti itu!" ucap Yang Shui yang juga melakukan salam serupa dengan Yu Zhen."Tuan Yang selalu berkata demikian. Yu Zhen tidak tahu bagaimana cara berterima kasih pada Tuan Yang Shui yang baik dan s

  • Suami untuk Sang Putri   88. Yu Zhen Berpamitan

    Sekarang, hanya tinggal Yu Zhen seorang diri dalam kekalutan dan kesedihan. Ia sungguh tak menyangka jika segel perjodohan itu akan bereaksi saat wajah mereka berdekatan dalam jarak satu jari. Yu Zhen melihat dengan jelas segel khusus itu bersinar merah di kening Ji Mei Hua. Hal tersebut menandakan kalau gadis itu masih terjaga kesuciannya. 'Hua'er, maafkanlah aku!'Penyesalan yang begitu dalam membuat Yu Zhen berkali-kali harus mengusap wajahnya yang bersimbah air mata. Ternyata, meskipun dia adalah seorang pria pilih tanding dengan kekuatan yang cukup diperhitungkan di rimba persilatan.Namun, dia tetaplah manusia yang memiliki kerapuhan pada sisi hatinya. Bahkan, orang sekuat Yu Shan, ayahnya, masih tak bisa menahan air mata saat hatinya terasa sakit.Apakah itu menandakan jika dia termasuk lelaki cengeng?Tapi bagaimanapun juga, manusia tetaplah memiliki sisi rapuh dan sudah merupakan suatu fitrah yang tak bisa dihindari. Bagaimanapun juga, air mata juga merupakan sebuah anugr

  • Suami untuk Sang Putri   87. Menolak Menikah

    Shen Ji menatap dingin wajah Yu Zhen. "Bagaimana kalau aku menolak?" "Hua'er, aku harus tetap membawamu pulang ke Qianyang demi janjiku pada Paman Shen Ming," tegas Yu Zhen.Mendengar ini, Shen Ji bergerak ke arah Qing Yuan, memeluknya dari belakang sambil menangis. "Shifu, sekalipun dia meminta, tolong jangan berikan aku padanya! Jangan biarkan dia membawaku pergi dari sini!""Mengapa?" tanya Qing Yuan, penasaran."Pokoknya aku tidak mau!" Shen Ji terisak di punggung sang guru. "Aku masih ingat kejadian itu dan aku benar-benar tak ingin kembali ke tempat itu lagi, Shifuuu!""Baiklah. Shifu akan bicara padanya." Qing Yuan berucap dengan lembut. Ada kemenangan muncul dalam hatinya. "Kau dengar itu, Ah Zhen?" Qing Yuan menatap tajam ke wajah Yu Zhen yang sekarang bagai mati kutu di hadapan guru dan murid ini. "Dia tidak ingin "Ji'er, maaf ...." "Ji'er, maafkan aku!" ucap Yu Zhen lirih sekali, sangat lirih."Aku sudah memaafkan Kak Yu Zhen. Tetapi aku tetap tidak ingin kembali bersam

  • Suami untuk Sang Putri   86. Kembalilah Bersamaku!

    Sekali lagi, Yu Zhen menggelengkan kepalanya. Air mata mulai mengembun di sudut mata kedua pemuda itu.Qing Yuan menarik napas panjang guna meredakan emosinya, ia lalu bersedekap dan menatap Yu Zhen dengan tatapan datar. "Ah Zhen, apa kamu sudah menyadari apa yang pernah kamu lakukan padanya dahulu?" Yu Zhen mengangguk, entah mengapa hatinya sekarang merasa sangat sakit. Ia membayangkan betapa hancurnya perasaan Shen Ji saat itu hingga sampai nekad menceburkan diri ke dalam Sungai Madu Pahit yang deras dan dalam. Andai tidak ada Qing Yuan yang menolongnya, mungkin saja gadis yang dulu masih berbadan gemuk itu mungkin benar-benar sudah tiada, dan dirinya ikut menjadi salah satu penyebabnya. "Maafkan aku, Hua'er!" bisiknya, penuh penyesalan. "Sekarang aku sudah tahu rasanya jadi dirimu saat itu. Semua itu pasti sangat berat bagimu, dan ....""Dan rasanya pasti sangat sakit!" Yu Zhen melihat ke arah Shen Ji dengan mata berair. "Tapi, Hua'er, tahukah kamu kalau setelah itu aku juga mera

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status