Share

Siapa yang Pamer

Penulis: Siti Aisyah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-14 08:21:22

"Mau?" Aku mengangkat potongan pizza dan mengulurkan pada Mia.

Wanita yang memakai rok merah sebatas lutut dan atasan warna putih itu menggeleng seraya berkata, "Enggak, ah. Nanti aku disuruh bayar lagi. Aku tahu kamu pasti sudah tidak punya uang sama sekali setelah jalan-jalan tadi, kan?"

Aku tersenyum. "Enggak, Mi. Ini Rizal yang bayar kok. Tadi aku juga tidak keluar uang sepeser pun. Semuanya dia yang bayar."

Mia tertawa lebar. "Kamu pikir aku akan percaya? Hei, aku itu tahu betul siapa Rizal, El. Dia nggak mungkin akan membayarkan makanan saat kencan. Jangan-jangan isi bensin juga diminta patungan,"

"Aku tidak bohong. Rizal yang bayar pizza ini." Aku mengatakan yang sebenarnya.

Lagi. Wanita yang merupakan keponakan ayahku itu tertawa lebar. "Oke-oke. Mungkin sekarang Rizal yang bayar, tetapi pasti nanti dihitung utang dan yang namanya utang harus bayar. Siap-siap aja kamu ditagih oleh calon suamimu sendiri."

Aku menelan ludah. Benarkah Rizal seperti itu? Aku menggeleng. Ah, tidak mungkin. Dia sama sekali tidak mengatakan aku harus bayar utang padanya nanti. Aku yakin dia sudah berubah tidak perhitungan lagi.

"Ayo dimakan, Bu," ucapku setelah melihat wanita yang sudah melahirkanku itu dari tadi hanya diam dan menyimak obrolan antara aku dan Mia.

Ibu menatapku. Seolah ragu untuk memakan makanan di hadapannya itu.

Aku tersenyum. "Ibu nggak khawatir. Jangan dengarkan apa kata Mia." Aku melirik Mia yang masih berdiri di dekat pintu.

Aku berbalik lalu menghampirinya. "Kalau urusanmu sudah selesai sebaiknya pulang."

Wanita yang usianya selisih dua tahun denganku itu mencebik. "Tanpa kamu suruh pun aku pasti pulang, huh!" ujarnya seraya menghentakkan kaki dan memasang wajah sebal.

Aku hanya geleng kepala melihat tingkahnya yang tidak pernah berubah. Iri dan dengki yang tidak suka melihat orang lain bahagia terutama aku.

Ibu mengambil potongan pizza dan mendekatkan ke dalam mulut, tetapi kemudian dia letakkan lagi sehingga membuatku keheranan. Jangan-jangan Ibu termakan omongan Mia yang takut diminta bayar.

"Dimakan aja, Bu. Aku sudah bilang, kan, kalau jangan dengarkan Mia. Pizza ini Mas Rizal yang beli, kok." Dadaku bergemuruh menyadari Mia sudah berhasil mempengaruhi ibuku.

Ibu tersenyum. "Ibu nggak mau makan bukan karena Mia. Ibu percaya denganmu."

"Tetapi kenapa Ibu nggak mau makan?"

Ibu menggeleng. "Nanti saja setelah ayahmu dan Delia pulang agar kita bisa makan bersama." Ia lalu menutup kembali kotak pizza itu.

Dadaku menghangat. Oh, Ibu, dari dulu tidak pernah berubah. Kami memang bukan orang kaya, tetapi hampir setiap kali makan selalu bersama kecuali makan siang karena aku bekerja di toko sepatu, menjadi tukang parkir di pasar dan adikku di sekolah, Namun, saat sarapan meski hanya dengan menu sederhana pasti selalu bersama pun dengan makan malam.

"Kamu simpan saja dulu pizza ini. Sebentar lagi ayah pasti pulang." Ibu mendongak menatap jam bulat di dinding yang saat ini sudah menunjukkan pu kul tiga. Ayah biasanya pulang pada pu kul empat sore.

Aku menuruti permintaan ibu. Segera kumasukkan kotak pizza itu ke dalam lemari.

"Oh, ya, Bu. Tadi Rizal, em, maksudku Mas Rizal juga belikan aku baju." Aku semringah lalu mengambil paper bag dan mengeluarkan isinya. Sebuah baju pengantin berwarna putih yang kata Rizal hanya khusus untuk akad serta beberapa potong baju serta gamis.

Dahi ibu berkerut. "Kenapa kamu minta dibelikan ini itu sama dia padahal kalian belum jadi suami istri? Nggak baik seperti ini, El. Ibu tidak pernah mengajarkan padamu untuk menjadi wanita matre. Lagi pula kasihan juga si Rizal."

Aku dapat melihat ada kekhawatiran di wajah ibu. "Bukan aku yang minta, Bu, tapi Mas Rizal sendiri yang membelikannya."

Aku mengambil paper bag yang lain dan mengambil baju pengantin yang kata Rizal khusus untuk akad nikah saja. "Mas Rizal juga belikan aku ini, Bu."

Ibu mengulurkan tangan dan mengusap baju berwarna putih itu. "Bagus sekali ini, El. Kenapa kamu nggak bilang pada Rizal agar beli bajunya yang biasa saja. Bukankah pesta pernikahan kalian akan diadakan secara sederhana? Baju ini sepertinya terlalu bagus untuk acara yang sederhana."

Aku menghela napas. "Entahlah, Bu. Mas Rizal bilang baju ini hanya dipakai saat akad dan untuk pestanya sudah beda lagi. Aku hanya bisa manut saja."

Ibu mengusap lenganku dengan lembut. "El, bilang pada Rizal. Kalau punya uang, lebih baik untuk bekal kalian berumah tangga saja. Nggak usah mengadakan pesta mewah, yang penting sah di mata agama dan negara."

Aku mengangguk. Ibu benar, akan ada banyak kebutuhan setelah menikah nanti, tetapi kalau Rizal yang mau mengadakan pesta itu, aku bisa apa?

Kami berdua menoleh serempak saat mendengar pintu dibuka dengan kasar dan seorang wanita paruh baya sudah berdiri di sana dengan berkacak pinggang dan muka merah.

"Kalian apakan anakku? kenapa setelah pulang dari sini menangis, hah?" tanya Bude Nurma--ibunya Mia.

Aku dan ibu saling pandang.

"Kami tidak melakukan apa pun," kata ibu.

"Mia bilang, kalian sengaja membuatnya panas dengan menunjukkan kalau Elly dibelikan pizza oleh calon suaminya, kan? Nggak usah pamer, El, kalau hanya dibelikan makanan seperti itu. Calon suaminya Mia nanti akan membelikan yang lebih dari itu."

"Eh, siapa yang pamer, Bude?" Aku tidak habis pikir dengan budeku ini.

"Itu apa namanya kalau nggak pamer? Seharusnya kamu diam saja, nggak usah bilang-bilang kalau dibelikan pizza oleh mantan kekasih Mia itu kalau tidak mau membuat dia cemburu dan sakit hati," ucapnya dengan raut wajah kesal.

Lagi-lagi aku dan ibu hanya saling pandang melihat tingkah aneh kakak ibuku itu. Kalau dia tidak datang ke rumah, juga tidak akan tahu kalau aku dibelikan pizza, bukan? Lagi pula kenapa dia harus sakit hati dan cemburu?

"Itu apa?" Bude Lasmi menunjuk gaun pengantin yang sudah terhampar di atas meja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Ending

    Tangan Andra gemetar saat menanda tangani berkas persetujuan bahwa istrinya harus dilakukan tindakan operasi caesar saat akan melahirkan. Lelaki itu sebenarnya keberatan Mia dioperasi karena dia tahu biayanya lebih mahal dibandingkan dengan lahiran normal. Namun, demi keselamatan istri dan calon anaknya dia tetap tanda tangan juga. Perkara uang, bisa dipikir nanti. Dia memang sudah punya tabungan, tetapi hanya cukup untuk digunakan jika Mia lahiran normal sedangkan dia tidak berani minta pada mertuanya meski dia tahu orang tua Mia punya banyak uang. Dia tahu, mertuanya terutama sang ibu tidak menyukainya sebagai menantu karena dia hanya anak pembantu. Andra takut ibu istrinya itu tidak mau membantunya. Dan yang paling membuatnya takut adalah mertuanya mau memberi bantuan asalkan dia mau berpisah dengan Mia. Tidak. Apa pun alasannya, Andra tidak mau berpisah dengan Mia terlebih setelah adanya buah hati di antara mereka. Setelah menunggu hampir satu jam lamanya, akhirnya operasi ca

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Terbongkar

    "Akhirnya kamu ketemu jodohnya juga, Vin. Ibu bilang juga apa? Lelaki tampan dan sukses seperti kamu pasti akan mendapat jodoh wanita yang cantik dan sukses juga," kata Irma seraya mengusap pucuk kepala anak lelakinya itu. Besok adalah hari pernikahan Alvin dengan seorang wanita pilihan neneknya yang masih ada hubungan kekerabatan dengan keluarga mereka. "Ibu senang kamu mau menikah dengan pilihan Nenek yang sudah pasti jelas asal usulnya. Jelas bibit bebet dan bobotnya. Cantiknya sungguhan dan kekayaannya juga bukan bohongan." Irma sengaja meninggikan suaranya agar orang-orang yang sedang berada di dapur itu mendengar ucapannya termasuk Lasmi. Di dapur sedang banyak orang yang sedang membantu memasak untuk acara esok hari. Lasmi yang sedang mengulek cabai di dapur untuk membuat sambal goreng hanya melengos mendengar ucapan Irma. Kakak iparnyanya itu sedang memuji anaknya, tetapi terdengar menyebalkan baginya. Bagaimana tidak? Lasmi merasa seolah sang kakak ipar sedang menyindir

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Kecewa

    "Minum dulu, Bu." Mia membantu Lasmi duduk setelah beberapa saat yang lalu siuman dari pingsan. Wanita itu tidak sadarkan diri setelah mengetahui fakta yang sebenarnya kalau besannya hanya seorang pembantu di rumah mewah itu. Ucapan Venny kembali terngiang di kepalanya. Ternyata keponakannya itu tidak bohong. Mau ditaruh di mana mukanya nanti saat bertemu gadis yang sudah pernah memberi tahu siapa Andra yang sebenarnya, tetapi dia malah tidak percaya. Segelas teh yang masih mengepulkan asap diangsurkan Mia pada sang ibu.Lasmi enggan menerima minuman itu dan membiarkannya tetap berada di tangan Mia. Kenyataan bahwa anak gadisnya hanya bersuamikan seorang anak pembantu membuatnya tidak berselera meski hanya minum saja. Geri mengambil alih minuman itu dari tangan Mia lalu memberikan pada sang istri. "Minum dulu agar tubuhmu sedikit bertenaga. Kulihat wajahmu begitu pucat." Akhirnya Lasmi mau minum. Dia menatap Mia seraya menyeruput sedikit demi sedikit minuman manis itu. Rasa hang

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Ingat Mantan

    "Kenapa, Mas? Kok kayak lagi banyak pikiran gitu?" tanya Elly saat berada di meja makan dan melihat suaminya seperti tidak selera makan. "Ah, enggak. Aku nggak apa-apa, kok." Lelaki bermata teduh itu hanya membolak-balik makanan di hadapannya. Nasi di piringnya belum berkurang separuhnya padahal punya Elly sudah mulai habis. Elly menghela napas perlahan. Dia berdiri lalu mengambil piring milik Rizal. "Masakanku nggak enak, ya? Aku ganti aja, ya? Mau minta dimasakin apa? Atau mau pesan online aja." Rizal tersenyum. Diambilnya kembali piring miliknya dari tangan sang istri. "Nggak usah. Makanan ini enak. Rasanya pas di lidah. Apalagi ini juga makanan favorit aku." Lelaki itu mengambil sebiji udang goreng tepung lalu mencocolnya dengan saus dan menggigitnya. "Tetapi kenapa kayak nggak enak gitu? Tuh, lihat makanan aku sudah hampir habis sedangkan kamu masih banyak." Elly menunjuk piring Rizal. "Kalau memang ada masalah, cerita sama aku, Mas. Apa mungkin ada masalah di toko?" Lel

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Kenyataan

    Andra mengumpat dalam hati. 'Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa dia bisa tahu aku? Si@l. Kenapa orang-orang sepertinya tidak suka melihat aku bahagia sedikit saja.'"Katakan padaku, Mas. Kalau yang dibilang Venny itu tidak benar." Mia mengulangi pertanyaannya.Andra mendongak. Ditatapnya Mia yang terlihat sangat cantik sempurna di matanya. "Iya, Mia, aku__Tangan Mia terulur. Jarinya mendarat di bibir Andra. "Ssstt. Aku percaya seratus persen sama kamu karena aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Sepupuku itu memang begitu, dia paling nggak suka melihat aku bahagia. Dari dulu kami memang nggak pernah akur. Selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Namun, sekarang akulah pemenangnya. Dia pasti iri." Mia berkata sambil melirik Venny yang duduk diapit Alvin dan ibunya. Venny melotot. Dia tidak terima dengan ucapan Mia. "Eh, siapa bilang aku iri? Yang kukatakan ini be__Venny tidak melanjutkan ucapannya karena mulutnya dibekap oleh Alvin lalu mengajaknya berdiri dan menarik

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Setelah Sah

    "Kalau bukan Rizal yang memberi tahu pada Mia, lalu siapa? Rizal nggak mungkin berani bersumpah atas nama Tuhan.Mungkinkah ada seseorang yang tahu siapa aku sebenarnya dan orang itu kenal dengan Mia?" Andra berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Sebuah kamar berada dekat dapur yang luasnya tentu saja tidak seluas punya sang majikan. Iya, dia memang diperbolehkan pinjam barang termasuk pakaian milik Ferdi, tetapi untuk fasilitas kamar tidur tetap menempati kamar pembantu dan sama sekali tidak diperkenankan tidur di kamar majikan. Pikiran Andra gelisah. Sesekali ia mengacak rambutnya karena frustrasi. Lelaki bertubuh tinggi itu berjalan menuju jendela. Tatapan matanya tertuju pada pohon-pohon di samping rumah yang rimbun Berharap hatinya tenang jika pandangannya teralihkan. Alih-alih tenang, lelaki itu justru semakin gelisah. Lalu ia berjalan kembali menuju ranjang dan menjatuhkan bobotnya di sana dengan kasar. "Aduh, aku jadi takut Mia membatalkan pernikahan ini jika tahu siap

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Dia Datang

    "Dikasih tahu tapi nggak percaya, ya, udah." Venny pulang ke rumahnya dengan menghentakkan kaki dan terus menggerutu. "Padahal di sini terlihat siapa Andra yang sebenarnya." Venny menatap video yang ia rekam di ponselnya beberapa hari yang lalu.Waktu itu Venny sedang jalan-jalan dan tanpa sengaja melewati depan rumah Andra. Dia melihat calon suami sepupunya itu sedang mengepel lantai sambil sesekali mengusap keringatnya yang bercucuran di pelipis. Dahi Venny berkerut melihat pemandangan yang tak lazim baginya itu. Wanita itu kagum dengan Andra. Jarang-jarang ada orang kaya yang mau melakukan pekerjaan rumahnya sendiri apalagi mengepel lantai yang sangat melelahkan dan membuat pinggang encok. Akan tetapi, rasa kagum itu berubah menjadi heran saat di lain kesempatan ia melihat Andra yang turun dari mobil dengan tergesa-gesa lalu berlari memutar menuju pintu mobil untuk membukanya. Saat seorang wanita tua turun dari mobil, Andra menaruh hormat dengan membungkukkan badannya. "Siapa w

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Terancam Batal

    "Ada apa, Mas? Mas kenal dengan calon suami Mia?" tanya Elly saat keduanya dalam perjalanan pulang dari rumah Mia. Rizal menarik tangan sang istri. "Kita bicara di dalam saja." Rizal menghela napas besar. "Sebenarnya ini rahasia. Sangat rahasia," ucap lelaki tampan berbaju batik itu setelah keduanya duduk di ranjang yang dulu menjadi kamar Elly. "Rahasia?" tanya Elly dengan dahi berkerut. "Yupz, tetapi aku sudah janji di antara kita tidak akan ada rahasia lagi, kan?" "Sebenarnya ini ada apa, Mas? Katakan saja agar aku tidak penasaran." Akhirnya Rizal menceritakan semuanya tentang siapa Andra--calon suami sepupu istrinya itu. "Hah? Maksudnya si Andra itu sebenarnya bukan orang kaya seperti yang Mia kira?" tanya Elly. Rizal mengangguk. Wanita itu ingat dengan ucapan Mia kemarin yang mengatakan kalau dirinya akan dilamar secara resmi oleh orang tampan dan kaya tujuh turunan. Punya rumah bagus dan mobil mewah. "Kalau begitu aku harus menemui Mia untuk memberitahukan ini. Sebelum

  • Suami yang Diremehkan Ternyata Seorang Boss   Aku Percaya Kamu, Sayang

    "Serius si Mia sudah ada yang mau ngelamar?" tanya Venny saat Lasmi datang mengundang keluarganya untuk datang ke rumah menyaksikan lamaran adik sepupunya itu. Lasmi tersenyum. "Tentu saja. Mia akan dilamar orang kaya yang tampan dan punya rumah mewah. Pokoknya setelah ini Mia bakal jadi ratu." Venny mencibir. Hatinya merasa terbakar. Sepupu yang selalu dia anggap sebagai rival itu menikah lebih dulu meski sebenarnya usianya memang lebih tua Mia dua tahun. Mia sudah selesai kuliah dan dirinya masih berjuang membuat skripsi. "Aku nggak percaya Mia dapat orang kaya apalagi yang tampan." Venny mendengkus. Tidak rela rasanya jika Mia mendapatkan lelaki sesuai harapan. Lasmi tersenyum sinis. "Aku nggak memaksa kamu untuk percaya, tapi yang jelas dia lebih segalanya daripada Alvin. Kakakmu itu pasti akan menyesal telah menolak Mia pada waktu itu jika pada akhirnya anakku mendapat yang terbaik." Muka Lasmi memerah. Darahnya menggelegak saat ingat penolakan Alvin atas Mia yang menaruh h

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status