Beranda / Romansa / Suami yang Kuperjuangkan / Bab 2 Nafkah untuk anakku

Share

Bab 2 Nafkah untuk anakku

Penulis: Azfa arroyyan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-13 10:14:12

Seketika aku terfikir untuk mengecek HP mas Bagas ku buka aplikasi hijaunya,di daftar paling atas ada nama Anita. 

[Nanti datang ya.. aku tunggu] 

pesan masuk jam 6 pagi. 

[Ok siap]

Balasnya seketika itu juga. 

Ini cukup memberitahuku bahwa mas Bagas memang menemui perempuan dan bersamanya seharian ini.

"Dek... Kopi Dek... " Pinta mas Bagas setelah bangun dari tidurnya. 

"Iya Mas." Aku langsung menuju dapur menyiapkannya. 

"Ini mas," ucapku sambil meletakan kopi di meja depan mas Bagas. Sekarang kami duduk berhadapan hanya terhalang meja. 

" Mas aku mau tanya," ucapku serius. 

"Tentang?" jawab mas Bagas seraya menyipitkan matanya. 

"Apa benar seharian ini kamu gak narik?"

"Iya" jawab mas Bagas datar. 

"Apa benar kamu bersama perempuan seharian ini?" tanyaku kubuat setenang mungkin. 

"Iya" Jawab mas Bagas seraya menganggukan kepalanya. 

"Dia siapa Mas, kenapa seharian kamu bersamanya?" tanyaku mulai gusar tapi masih  coba untuk tenang. 

"Namanya Anita,Dia sering minta ditemani sekedar ngobrol ato jalan-jalan, uang yang tadi aku berikan ke kamu juga pemberiannya."

"Kamu menafkahi anakmu dengan uang dari selingkuhanmu Mas?!" tanyaku mulai emosi. 

"Aku sama sekali nggak ada perasaan apapun sama Anita, yang kulakukan hanya karna kebutuhan, aku butuh uang dan dia bisa kasih, itu aja," ucap mas Bagas dengan agak keras. 

"Trus kamu selingkuh di depan anak kita, anak sekecil itu harus menyaksikan bapaknya dengan wanita lain? kamu punya pikiran gak si Mas." emosiku sudah tak tertahankan lagi. 

"Mau jadi apa anakku nantinya, astaghfirullah.... . " Aku bicara panjang lebar sambil menepuk-nepuk dadaku agak keras.

Tak habis pikir dengan kelakuan mas Bagas, air mataku sudah tak tertahankan lagi marah sedih kecewa jadi satu. 

"Aku hanya duduk bersama Anita sambil ngobrol, ato kadang cuma jalan bersama makan ngobrol tidak lebih," jelas mas Bagas.

 

“yang dilihat Adit kami teman yang sedang ngobrol itu aja." Nampak mas Bagas berusaha meyakinkanku. 

"Mana ada laki-laki dan perempuan bersama dalam waktu lama dan cuma ngobrol Mas, aku tidak bodoh," bentakku pada mas Bagas. 

"Demi Allah Sari, aku tidak seperti yang kamu pikirkan, Aku tidak melakukan yang melebihi batas," mas Bagas mencoba meyakinkanku.

 

"Aku bersamanya juga karna butuh uangnya saja, demi tetap bisa membiayai sekolah Adit, demi tetap mempertahankan hidup kita," lanjutnya. 

"tarikan sepi Sar, sekarang semua orang punya motor sendiri, anak sekolah pun diantar jemput orang tuanya." Mas Bagas terus mencoba memeberi penjelasan. 

“Ketika aku bisa mendapatkan uang,ya aku lakukan apapun caranya, aku mencintaimu dan anak kita,aku akan lakukan apapun demi kalian," ucap mas Bagas seraya merubah posisi duduknya di sebelahku. 

"Tapi kenapa harus dengan cara itu Mas?" aku berkata dengan derasnya cucuran air mata.

Aku sedih dengan keadaanku aku kecewa dengan cara mas Bagas akupun kasihan juga padanya. 

"Maafkan aku karna belum bisa membahagiakanmu, aku akan tetap berusaha demi kita semua," ucap mas Bagas sambil memelukku. 

"Percayalah padaku karena kepercayaanmu adalah kekuatanku," bujuknya lagi.

“Tapi kamu sudah menerima uangnya, apa iya dia gak akan minta lebih,mustahil Mas,” ucapku frustasi. 

“Aku sudah katakan dari awal kalau aku hanya sebatas menemaninya ngobrol dan dia sepakat.” ucap mas Bagas mantab. 

“Kamu pikir dia akan tetap begitu setelah kasih kamu uang Mas! kalau begitu untuk apa dia kasih kamu uang Mas,gak masuk akal tau gak si,” ucapku dengan penuh penekanan di setiap kata. 

“Aku akan buktikan kalau aku bisa dipercaya, dan semua akan baik-baik saja, aku bisa jamin kepercayaanmu akan terjaga dengan baik,” jawab mas Bagas meyakinkan. 

“Kalau dia yang gak bisa dipercaya gimana Mas?!” tanyaku ragu. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 149 Ayah gak pernah maksa

    "Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 148 Rehan akan ikut Ayah

    "Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 147 Kita perbaiki semuanya

    "Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 146 Tak ada yang tidak ku ketahui

    "Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 145 Sekarang jadi Bunda Niar

    "Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 144 Dia ini anakku

    "Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status