Home / Romansa / Suami yang Kuperjuangkan / Bab 3 Tanda merah di leher

Share

Bab 3 Tanda merah di leher

last update Huling Na-update: 2023-04-13 10:24:15

"Mas berangkat dulu ya Dek, Assalamu'alaikum," ucap mas Bagas sambil mendekat dan mengulurkan tangannya. 

Aku menghentikan aktifitas mencuci piring kemudian menghadap ke mas Bagas. 

"Mas nanti mau ketemu sama perempuan itu lagi?" tanyaku tanpa menghiraukan uluran tangannya. 

"Gak kok nih liat WAnya," jawab mas Bagas seraya menunjukan hpnya. 

"Mas sudah berapa banyak memakai uangnya," ucapku dengan menatap matanya lekat. 

"Gak terlalu banyak kok, udah gak usah kamu pikirin, semuanya baik-baik saja," ucap mas Bagas sambil mengusap kepalaku dan beranjak pergi.

Hari sudah malam, tapi mas Bagas belum juga pulang, padahal tidak biasany mas Bagas pulang malam. 

"Mah, kok sudah malam begini Papah belum pulang ya," ucap Adit menyadarkan dari lamunanku.

"Udah malam kamu tidur dulu ya, sebentar lagi pasti Papah pulang," kataku sambil menggandeng tangan Adit menuju kamar. 

"Adit memang sudah ngantuk tapi Adit pengin tidur ditemani Papah," jawab Adit sambil menghentikan langkahnya dan melepas tanganku. 

Terdengar suara mobil dari luar. Aku dan Adit segera menuju ke depan hendak menyambut. 

"Mah itu Papah pulang, Papah kenapa jatuh Mah," ucap Adit cemas.  

"Ayuh kita liat Dit," ucapku seraya membuka pintu dan keluar. 

"Mas kenapa Mas," teriakku sambil berjalan cepat mendekatinya.

Tercium bau minuman keras dari bajunya.Aku yang tadinya hawatir berubah kesal. 

"Papah kenapa Mah?" tanya Adit sambil menangis. 

"Gak papa, ini sepertinya Papah kecapean karena narik seharian sampe malam,” ucapku mencoba tetap tenang. 

“Masuk rumah dan tidur ya, nanti mamah bawa Papah kedalam," ucapku sambil menggandeng Adit masuk rumah. 

“Adit bantuin angkat Papah ya Mah,,” ucap Adit memelas. 

“Gak usah nanti Mamah minta tolong tetangga saja, makanya Adit cepat masuk, mamah cari bantuan Adit jangan di luar sendirian,” bujukku pada Adit. 

"Sebaiknya ku biarkannya saja mas Bagas tidur di halaman, sekali- kali memberinya pelajaran mungkin tak masalah," batinku. 

"Mah cepetan bawa Papah masuk, nanti Papah kehujanan Mah, di luar gerimis," rengek Adit. 

Ada rasa khawatir, bagaimana jika terjadi hal yang buruk pada mas Bagas jika dia dibiarkan terbaring di tanah diguyur hujan malam-malam.

ahirnya ku panggil tetangga dan memintanya membantuku memapah mas Bagas masuk ke rumah. 

"Sudah di sini saja Ndi, yang penting udah masuk rumah biar gak kehujanan," ucapku pada Andi anak tetanggaku, setelah membaringkan mas Bagas di sofa ruang tamu. 

"Ooh iya Mbak, Mas Bagas gak biasanya mabok-mabokan Mbak."

"Gak tau nih Ndi," jawabku sambil menaikan pundakku. 

"Bisa jadi pengaruh teman Mbak,mungkin punya teman baru kali Mbak, coba tanyain Mbak biar gak keterusan gak jadi kebiasaan buruk," ucap Andi bijak. 

"Iya besok mbak tanyain, trimakasih banyak ya Ndi," ucapku tulus. 

"Ya sudah aku permisi ya Mbak," ucap Andi sambil melangkah ke luar. 

"Iya Ndi," jawabku sambil menganggukan kepala. 

Seburuk apapun mas Bagas sebenarnya Dia adalah seorang suami yang baik,ayah yang sangat menyayangi anaknya.

Tekanan hidup yang kami alami sekarang memang membuatnya sering marah-marah tapi dia tidak pernah main tangan dan tetap berusaha bertanggungjawab pada kami. 

Suara petir menyadarkanku dari lamunan. Segera ku buka baju mas Bagas berniat untuk menggantinya karena agak basah kena air hujan. 

Seketika ku lihat ada tanda merah di lehernya yang sangat ku pahami penyebabnya,darahku seakan naik ke ubun-ubun. 

Satu sisi hatiku menyangkalnya karena mas Bagas yang selama ini begitu setia.

Tapi sisi lain hatiku tak memungkiri bahwa kedekatannya dengan perempuan bernama Anita itu tentu tidak sesederhana yang mas Bagas ceritakan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 149 Ayah gak pernah maksa

    "Alhamdulillah sekarang Rehan udah bisa pulang," ucapku seraya memeluk Rehan. "Ayah mana Bun? katanya mau jemput Rehan?" tanya Rehan seraya memandang arah pintu. "Mungkin sebentar lagi datang, atau sepertinya Ayah akan langsung menyusul ke rumah," jawabku menyemangati Rehan. "Tapi Rehan takut Ayah gak datang," ucap Rehan dengan tertunduk lesu. "Bunda telepon Ayah sekarang yah," ucapku seraya meraih hpku di tas. "Iya Bunda, telepon sekarang cepat, Rehan mau pulang sama Ayah," ucap Rehan begitu semangat. "Rehan mau pulang ke tempat Ayah?" tanyaku cemas. "Iya, kan kemarin Bunda bilang, kalau Rehan udah sembuh Rehan boleh ikut Ayah," jawabnya dengan mata berkaca. Aku seperti tak mau merelakan, tapi juga tak kuasa merusak kebahagiaan Rehan yang baru sembuh dari sakitnya. "Bunda akan tepati janji Bunda kan," ucap Rehan menyadarkanku. "Iya Iyah, tentu saja," jawabku gugup. "Kalo gitu Bunda telepon Ayah sekarang, Rehan pengin mainan sama Ayah cepet," ucap Rehan seraya menggoyang-go

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 148 Rehan akan ikut Ayah

    "Mbak Sari aku minta nasehatnya aku minta sarannya aku lagi bingung banget Mbak," rengekku pada mbak Sari. "Apa yang kamu lakukan sudah benar, sudah serahkan saja pada dokter tugas kamu sekarang tinggal berdo'a," jawab mbak Sari bijak. "Masalahnya sudah tiga hari panasnya belum turun juga, dan Rehan terus saja memanggil Ayahnya, dokter juga menyarankan untuk segera memanggil Ayahnya," ucapku ragu. "Apa gak sebaiknya kamu beritahu Bayu tentang keadaan Rehan sekarang," ucap mbak Sari memberi saran. "Itu dia masalahnya Mbak, aku sempat berfikir jika Rehan bisa melewati masa ini maka Rehan akan benar-benar bisa lepas dari Bayu," ucapku penuh harap. "Jika Rehan sudah bisa lepas dari Bayu maka aku akan segera mengajukan permohonan cerai,” ucapku ragu. “Tapi keadaan Rehan sekarang membuatku bingung juga, baiknya gimana ya Mbak," lanjutku dengan putus asa. "Aku tau ini hal yang berat untukmu, tapi ini juga berat buat Rehan, mungkin untuk saat ini, kamu ngalah dulu aja ya, biarkan Rehan

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 147 Kita perbaiki semuanya

    "Tania mau mampir dulu gak?" tanya Niar ketika sampai di rumah tantenya Niar. "Udah malam ya, besok-besok aja, udah main seharian mau istirahat dulu ya Tan," ucapku menolak. "Apa kita mampir dulu sebentar Yah, sebentar aja," rayu Tania padaku. "Kan udah main seharian ini, besok juga ketemu lagi sama tantenya," bujukku. "Sebentar aja, sebentaaaaar banget Yah," Tania terus saja merengek. "Ya sudah tapi bentaran aja," ucapku menyerah. "Oke, makasih Ayah," ucap Tania seraya ke luar mobil. Aku pun menepikan mobilku kemudian turun dari mobil. "Kayaknya ada tamu di dalam?" tanyaku seraya berjalan ke dalam. "Kayaknya si iya," jawab Niar dengan terus melanjutkan langkahnya. "Assalamu'alaikum," ucap kami serempak di depan pintu. "Wa'alaikumsalam.. " jawab serempak orang-orang dari dalam. Kemudian Niar membuka pintu dan masuk rumah, aku dan Tania lekas mengikutinya. "Niar ini Halim sudah lama nungguin kamu," ucap tantenya Niar. Aku mendekat menyalami semua orang di dalam tak lupa T

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 146 Tak ada yang tidak ku ketahui

    "Tunggu-tunggu, kok Mbak Niar bisa kenal juga sama suaminya Bening, dan berarti Bening masih punya suami?" ucap Nisa terlihat bingung. "Kan sudah ku bilang, gak ada yang gak aku ketahui," jawab Niar dengan khas sombongnya. "Tadi kebetulan kami lihat mereka di rumah makan yang kami datangi," jawabnya lagi menjelaskan. "Dia kayaknya masih berstatus istri orang tapi kemungkinan besar dia akan menceraikan suaminya, karena di lihat tadi dia sudah gak mau lagi peduli sama suaminya," ucap Niar yakin. Sekarang aku tau kenapa Niar begitu tertarik ingin tau masalah Bayu tadi, ternyata benar dia ingin membantu Nisa, aku yang kakanya bahkan tak ada usaha apapun untuk membantunya. "Terus untuk Rehan gimana Mbak, gimana kalau Bayu menuntut hak asuh anak juga," ucap Nisa khawatir. "Sebernarnya kalau Bayu terbukti dengan kuat dia selingkuh maka hak asuh anak akan jatuh padamu Nis," ucapku meyakinkan. "Tapi, percuma juga Rehan bersamaku kalau dia terus-terusan maunya sama ayahnya," keluh Nisa.

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 145 Sekarang jadi Bunda Niar

    "Assalamu'alaikum.. " ucapku seraya mengetuk pintu rumah Nisa. "Wa'alaikumsalam.. Oh Om Ardi Rehan kira Ayah yang pulang," ucap Rehan sambil membuka pintu rumah.“Siapa yang datang Re?” tanya Nisa dari dalam. “Tania Bun,” jawab Rehan. "Eh Mas Ardi kok sama mbak Niar, ada Tania juga sini masuk," ucap Nisa mempersilahkan kami masuk. "Duduk Mas, Mbak aku ambil minum dulu ya," ucap Nisa seraya berjalan ke belakang. "Kopi ya Nis," ucap Niar sedikit berteriak. "Iya Mbak,Mas Ardi juga kopi?" ucap Nisa juga berteriak. "Ya boleh," jawabku. "Rehan kok sedih, Rehan gak suka ya aku datang ke sini?" tanya Tania murung. "Suka kok, aku cuma kangen Ayah, Ayah sudah lama gak pulang," ucap Rehan sedih. "Kamu telepon aja, vidio call sama Ayahmu," ucap Tania memberi saran. "Bunda sudah mencoba, tapi Ayah gak bisa di hubungi," jawab Rehan putus asa. "Pakai ponsel Ayahku aja sini," ucap Tania seraya menggandeng tangan Rehan mendekat padaku. "Ayah coba telepon Ayahnya Rehan Yah," pinta Tania pa

  • Suami yang Kuperjuangkan   Bab 144 Dia ini anakku

    "Akhirnya bisa jalan-jalan dan makan di luar sama tante Niar, Tania seneng banget deh," ucap Tania semangat. "Jalan-jalannya memang udah tapi makannya belum, jangan bilang udah makan, tante lapar ini," ucap Niar seraya mengusap perutnya dengan ekspresi memelas. Niar nih lucu banget bersamanya bener-bener rame dan gak ada bosennya. "Oh iya kita baru mau makan ya, Tante jangan nangis dong yuk kita makan makanan kesukaan Tante," ucap Tania seraya menggandeng Niar ke dalam. "Mereka terlihat begitu kompak, Niar benar-benar memposisikan diri seperti teman bagi Tania," batinku. "Ayah kenapa senyum-senyum sendiri, ayo cepat masuk ini tante sudah kelaparan," ucap Tania mengagetkan dari lamunanku. "Aduh aw," teriak Niar karena tertabrak oleh orang tak di kenal. Untung saja aku sudah berada di dekatnya sehingga aku bisa menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Heh punya mata gak si, main tabrak aja!" teriak Niar. "Kamu gak papa?" tanyaku khawatir seraya membantunya berdiri tegak. "Heh berh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status