Share

Drama dihari minggu

"Bangun, Ge!"

"Isshhh ngantuk, Mas," Gea merengek kesal saat Nata terus berusaha membangunkannya. Menggoyang-goyangkan tubuhnya berkali-kali.

Hell! Ini hari minggu, masa dimana orang sibuk seperti dirinya akan menghabiskan minggu pagi dengan mengarungi pulau kapuk.

Nata memutar bola matanya jengah, "Ge, kalo kamu gak bangun juga, Mas jamin besok kamu gak bisa jalan," ancamnya yang berhasil membuat Gea melotot ngeri dari balik selimut yang membungkus seluruh tubuh.

"Fine! Aku bangun!" dengan kesal Gea membuka selimut dengan menyentaknya hingga terjatuh ke lantai. Dia melompat dari atas ranjang dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Satu hal yang membuat Gea tidak berkutik adalah pria itu yang tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Nata bukanlah tipikal orang yang suka dibantah, jika dia mengatakan A maka harus A, tidak boleh B apalagi C. Bisa dibabat habis kalo berani melawan.

Pernah satu kali dia membantah saat awal-awal pernikahan. Waktu itu Gea ngotot ingin pergi ke Mall sendiri tanpa didampingi Nata, alhasil begitu pulang dari sana dirinya mendadak diabaikan bahkan selama seminggu penuh pria itu tidak pulang ke rumah dan memilih tidur dikantor.

Ketika dia berusaha membujuk suaminya. Dengan santai Nata menjawab, "Bukannya kamu gak butuh Mas, ngapain cari-cari. Kan bagus kalo Mas engga ada di rumah, kamu bisa pergi sesuka hati kamu tanpa ada yang larang,"

Sontak Gea menangis kejar dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sejak saat itu, Gea sebisa mungkin tidak membangkang apalagi membantah pada setiap ucapan Nata.

"Ayo!" Gea menurut saja ketika tangannya ditarik oleh Nata. Rencananya pagi ini mereka akan melakukan jogging mengelilingi komplek. Ralat hanya Nata yang jogging, sementara dirinya hanya korban pemaksaan sang suami.

"Mas!! Kok ditinggal sih, katanya jogging bareng!" Gea memekik kesal melihat Nata yang terus berlari menjauh.

Karena malas berlari, Gea memutuskan untuk jalan santai saja. Toh yang penting dia gerak, iya kan?

Setelah berjalan sekitar 300 meter matanya berbinar terang begitu melihat Abang tukang bubur ayam. Tanpa pikir panjang, dia segera membelokan arahnya ke tempat tersebut yang tidak terlalu ramai.

Baru dua suap bubur itu masuk ke perutnya, tiba-tiba Nata datang dengan wajah datar. "Mas kira kamu ilang, gak taunya malah nyangkut disini,"

Gea menyengir lebar. Diulurkannya mangkok yang masih penuh tersebut ke arah Nata, "Mas mau?"

Meski sempat mendengus, namun dia tak menolak pemberian sang istri, "Olahraga itu bakar kalori bukannya nambahin," omelnya setelah menelan satu sendok penuh bubur ayam.

"Laper, Mas belum sarapan," elak Gea yang tak digubris oleh pria itu. "Lagi?" tawarnya.

Nata menggeleng, karena dia memang tidak terlalu suka makanan bertekstur lembek. Ketika Gea tengah menikmati sarapan paginya, sayup-sayup telinganya mendengar bisikan.

Begitu kepalanya menoleh ke arah kanan, dia mendapati 3 wanita muda seumuran dengannya sedang bergosip satu sama lain sambil sesekali tersenyum. Persis seperti orang gila.

Sontak Gea mengerucutkan bibir saat menyadari bahwa mata ketiga wanita tersebut melirik Nata penuh minat. Mendadak selera makannya hilang entah kemana.

Dengan kesal, dia menaruh mangkok yang sedang digenggamnya ke atas meja cukup keras, hingga menimbulkan reaksi bingung dari orang-orang disekitar termasuk Nata.

"Kamu kenapa?" tanya Nata.

"Pulang! Mas yang bayarin!" ketus Gea seraya melipat kedua tangannya didepan.

Nata menghela napas, melihat isi mangkok yang tinggal setengah. "Habisin dulu,"

"Udah gak napsu," ucap Gea masih dengan nada ketus. Dia kemudian bengkit berdiri lalu berjalan meninggalkan Nata yang sedang mengurus pembayaran.

Gea membanting tubuhnya diatas sofa. Meski sudah sampai di rumah, namun rasa kesalnya tak kunjung mereda. "Isshhh nyebelin. Dasar cewek ganjen! Ga bisa liat cowok bening dikit!"

Saking kesalnya Gea sampai memukul-mukul bantal sofa dan menjadikannya samsak pelampiasan.

"ini muka kenapa asem banget, hem?" tanya Nata seraya menjepit kedua pipi sang istri.

"Ga usah pegang-pegang!"

Sebelah alis Nata sontak terangkat, "Sok jual mahal,"  cibirnya yang semakin membuat muka Gea terkekuk masam. "Daripada marah-marah ga jelas, mending buatin, Mas jus. Haus abis lari,"

"Aku baru duduk loh," rengek Gea dengan tampang memelas. Namun tidak digubris oleh pria itu.

"Mau ngebantah suami?" tanya Nata yang berhasil membuat Gea diam tak berkutik. Masih dengan perasaan dongkol, Gea memasuki dapur lalu melakukan perintah sang suami.

Ketika dia sedang memotong buah apel menjadi beberapa bagian, tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang.

Perlahan Nata meletakan dagunya diatas bahu Gea, lalu berkata. "Secantik apapun perempuan diluar sana, mereka gak akan mampu menggantikan posisi kamu dihidup Mas,"

Seketika bulu kuduk Gea meremang tanpa dapat dicegah. Pipinya bersemu dibarengi senyum yang mengembang.

Jika terus diperlakukan seperti ini, bagaimana rasa kesalnya akan bertahan lama. Sialan memang!!

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status