"Hari ini jadwal saya apa saja?" Nata bertanya kepada Gea yang baru saja masuk ke dalam ruangannya sambil membawa beberapa berkas untuk segera ditanda tangani.Dengan cekatan, Gea segera memeriksa schedule yang sudah dia rampung untuk sebulan ke depan didalam i-pad yang selalu dibawanya."Hari ini Bapak ada rapat dengan Departemen Marketing pukul 10 nanti. Dilanjut pertemuan dengan investor dari PT Tjai Tji Constraction sampai jam makan siang," jelas Gea lancar.Nata hanya mengangguk sekilas tanpa perlu susah payah melihat ke arah Gea, karena fokusnya saat ini pada lembar-lembar berkas yang tengah dibolak-balik.Sekian detik berlalu dalam keheningan. Nata yang sibuk membubuhkan tanda tangannya dan Gea yang senantiasa berdiri dibelakang kursi pria itu. Jika kalian berpikir akan ada adegan-adegan intim yang terjadi saat keduanya bersama. Maka tolong segera hempaskan khayalan tersebut, karena nyatanya tidak ada perlakuan manis atau istimewa yang didapatkan Gea selama bekerja bersama sa
Ditengah kesadaran yang hanya 1 persen saja, Gea merasakan ranjang sebelah kanannya kosong tak berpenghuni, ketika tangannya mencoba meraba bagian tersebut.Dibukanya sedikit kelopak mata yang terasa berat demi bisa melihat keadaan luar lewat celah jendela yang mengintip malu-malu.Gea mendesah napas berat saat hanya gelap yang tertangkap oleh netranya. Kini bingung mulai melanda, antara melanjutkan tidur yang sempat terganggu atau bangun lalu mencari keberadaan Nata yang entah dimana rimbanya.Dengan rasa malas dan muka bantal miliknya, Gea memilih untuk beranjak dari ranjang tercinta. Bergerak pelan untuk mengambil baju tidur yang berserakan di lantai kemudian dipakainya cepat. Tanpa memakai alas kaki, Gea menuruni anak tangga satu persatu dengan hati-hati karena suasana rumah yang hanya diterangi cahaya temaram, akibat lampu utama yang tak dinyalakan.Tepat diundakan tangga terakhir Gea segera membelokan langkahnya ke bagian sudut kanan rumah, saat telinganya tanpa sengaja mendeng
Kebahagiaan terhaqiqi versi seorang Gea adalah ketika di pagi sabtu yang begitu cerah, tiba-tiba masuk sebuah notifikasi dari layar hp nya yang berisi informasi bahwa duit gajian sudah mengalir memenuhi ATM. Belum lagi ditambah uang jajan yang diberikan Nata, semakin membuat Gea bahagia bak disurga. Setelah melakukan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri yang baik nan budiman, Gea segera membersihkan tubuhnya. Ditengah kesibukannya mempoles wajah menggunakan alat make up, baginda raja tiba-tiba terbangun lalu memusatkan seluruh atensinya pada Gea yang sedang menggunakan lipstik."Mau kemana?" tanya Nata dengan suara serak nan seksi khas bangun tidur. Tubuh bagian atasnya yang tak tertutupi apapun terpampang nyata begitu pria itu mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang.Gea berdecak pelan. Merasa kesal pada tubuhnya yang selalu bereaksi berlebihan jika dihadapkan dengan manusia penggoda iman tersebut.Laki gue gak ada akhlak banget pagi-pagi bikin kepenge
Gea memijat keningnya yang berdenyut nyeri akibat menatap tumpukan berkas yang tak pernah ada habisnya. Entah hanya perasaannya saja atau kertas-kertas itu memang selalu bertambah banyak setiap hari, membuat Gea tanpa sadar selalu mengerang frustasi.Dan belum sempat dia move on dari segala masalah per'berkas'an, kini sang suami justru ikut serta menambah beban pikirannya dengan terus mengeluarkan amukan level boncabe miliknya yang dapat merusak sel jaringan otak. Selama satu bulan ini, mulut Nata tak pernah absen mengucapkan kata-kata mutiara yang sangat membekas dihati para karyawan. Dan itu semua terjadi, tidak lain dan tidak bukan karena ulah Gea sendiri.Semenjak perbincangan dengan teman semasa SMA nya tempo hari, hari-hari Gea yang semula adem ayem tanpa beban, perlahan berubah dipenuhi kecemasan. Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang bercokol di dalam kepala Gea, membuat wanita itu sering kali mengalami rasa gelisah secara berlebihan, hingga akhirnya berimbas pada
"Kamu lagi diet?" Pertanyaan Bunda Lita siang itu membuat tiga orang yang sedang menyuapkan nasi ke dalam mulutnya terhenti sejenak.Seketika tatapan Nata dan Ayah Baskara langsung teralih pada Gea yang duduk tepat diantara keduanya. "Enggak, Bun. Memangnya kenapa?" Netra wanita paruh baya itu tampak menelisik penampilan sang menantu, meskipun tidak dilakukan secara terang-terangan.Lita tersenyum singkat, "Kamu kurusan," ucapnya tepat sasaran.Ringisan kecil keluar begitu saja dari mulut Gea tanpa dapat dia cegah. Padahal dia sudah berusaha menutupinya dengan cara menggunakan pakaian over size demi menghindari pertanyaan tersebut. Namun sepertinya semua itu akan sia-sia jika menyangkut Bunda Lita.Dan sayangnya, Gea lupa jika ibu mertuanya sangat peka terhadap lingkungan sekitar.Kadang Gea merasa heran sendiri, kenapa Bunda Lita selalu tahu apa yang tersimpan diotak anak-anaknya, tanpa harus bersusah payah bertanya. Mungkin itulah yang disebut ikatan batin seorang ibu."Suami kamu
Masih terekam dengan jelas saat Bunda Lita memberi nasihat yang mengatakan, jika ingin hubungan pernikahan selalu harmonis meski diterpa masalah berat sekalipun, maka haruslah menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan.Dan kini Gea mengerti betapa pentingnya sebuah kejujuran. Tidak lain agar kesalah pahaman tak akan menjadi boomerang bagi kehidupan pernikahan mereka. Sekali lagi Gea dibuat bersyukur. Bayangan perang dingin yang mungkin terjadi ketika Nata mengetahui semuanya, nyatanya tak pernah terjadi. Justru pria itu memberikan tangannya dengan suka rela demi bisa mengeluarkan Gea dari lubang keputus asaan.Sudah kah dia mengatakan, bahwa dia beruntung menikah dengan seorang Adinata Baskara?Mungkin jika suaminya bukan pria itu dapat dipastikan Gea akan dihakimi secara sepihak atau yang lebih parah dituntut dengan segala tuduhan tak mengenakan hati.Tukk!"Aawww!" Gea berjengit kaget saat rasa panas diiringi sakit menerpa bagian keningnya yang terekspos.Bibirnya mengerucut seb
Karena kelelahan Nata terpaksa melewati kegiatan sarapan bersama dan memilih melanjutkan tidurnya usai melaksanakan sholat subuh.Sementara pagi-pagi sekali Ayah Basakara, Bunda Lita beserta Dion sudah berangkat menuju lokasi peternakan ikan lele milik sang Ayah mertua. Kecintaan pria paruh baya itu pada salah satu jenis ikan air tawar dengan ciri khas berkumis, membuat Ayah Baskara memutuskan untuk memeliharanya dalam skala besar.Setiap masa panen tiba, puluhan bahkan ratusan ton ikan lele akan dikontribusikan ke rumah-rumah makan bahkan restoran. Yang nantinya uang hasil penjualan akan diberikan pada orang-orang yang bertugas menjaga empang tersebut.Tidak ada sepeserpun uang yang diambil Ayah Baskara dari keuntungan penjualan ikan, karena sejak awal dia mencetuskan ide membuat empang ya hanya untuk dikonsumsi sendiri. Jika ada lebih dan dijual, maka itu menjadi urusan dan hak para pekerja.Kalau kata Gea. Apalah arti uang recehan hasil penjualan ikan dibandingkan nominal kartu kre
Tanpa terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Kini perusahaan sedang sibuk-sibuknya mengingat pembangunan kantor cabang baru sudah berlangsung sejak 3 bulan lalu. Belum lagi dengan proyek-proyek lain yang bekerja sama dengan BASKARA GROUP, membuat Nata yang pada dasarnya sudah sibuk menjadi semakin sibuk.Pekerjaan yang semakin menggunung tak ayal berimbas pada jam kerjanya yang juga turut bertambah. Entah kapan terakhir kali dia pulang tepat waktu, rasanya Nata sudah lupa. Mengingat dirinya yang selalu dipaksa untuk lembur.Hal itu bukan hanya dialami oleh Nata seorang, tapi juga sekretaris sekaligus istrinya.Meski jam kerja Gea masih terbilang cukup normal, namun tetap saja wanita itu merasa sangat kelelahan karena pekerjaannya yang membludak.Dan sekarang, entah sudah keberapa kalinya dalam beberapa minggu terakhir, Gea harus mengisi meja makan seorang diri tanpa di dampingi sang suami.Kesibukan pria itu membuatnya jarang ada di rumah saat jam makan malam tiba dan baru akan pu