Share

SB - Part 007

Formasi Keluarga Fletcher saat ini hanya terdiri dari Tuan dan Nyonya Besar Fletcher, Aaron Fletcher dan Floretta. Mereka sedang menikmati sarapan di ruang makan dengan tenang. Rumah menjadi lebih tenang sejak kedatangan Eleanor Wilson. Nyonya Besar Fletcher tak lagi sakit kepala memikirkan Floretta, karena beberapa hari terakhir, cucu semata wayangnya itu tak lagi tantrum.

Bahkan suara tangis Floretta sudah menghilang sama sekali dari rumah ini.

Tiga orang dewasa itu melirik Floretta yang sibuk melahap sarapan dengan penuh semangat.

"Flow, kamu terlihat begitu bersemangat hari ini," ucap Nyonya Besar Fletcher dengan dahi berkerut.

"Oma, apa Anda lupa, hari ini aku akan jalan-jalan dengan Kak Elle." Floretta menjawab semringah.

Hari ini adalah akhir pekan. Seperti yang telah dijanjikan Eleanor sebelumnya, jika Floretta bersedia kembali ke sekolah, dia akan menemani Floretta jalan-jalan. Gadis kecil itu sudah tidak sabar menunggu datangnya hari ini.

"Apakah Nona Wilson masih di kamarmu?" tanya Nyonya Besar Fletcher.

"Kak Elle sudah pulang tadi pagi, akan kembali ke sini setelah urusan di rumahnya selesai." Floretta bicara sesuai apa yang diucapkan Eleanor tadi sebelum dia pulang.

Nyonya Besar Fletcher mengangguk mengerti. "Kamu sangat menyukai Nona Wilson, Flow?"

"Ya, Oma. Kak Elle sangat cantik."

Aaron Fletcher yang duduk di hadapan Floretta hanya mendengus pelan. Keponakannya itu selalu mengatakan hal yang sama pada semua orang. Alasan dia menyukai Eleanor Wilson karena gadis itu sangat cantik.

"Jadi, kalian akan jalan-jalan hari ini?" tanya Tuan Besar Fletcher.

"Iya, Opa." Floretta melebarkan senyuman saat menjawab pertanyaan sang Opa.

"Tapi, hari ini, Opa dan Oma akan pergi. Ada undangan yang harus kami datangi."

"Benar, Oma tidak bisa menemanimu jalan-jalan, Flow," sesal Nyonya Besar Fletcher dengan wajah sedih.

"Kalau begitu, kami akan pergi berdua. Aku janji tidak akan merepotkan Kak Elle." Floretta tidak terpengaruh dengan ucapan sang Nenek.

"Flow, Oma tidak tenang kalau tidak ada yang menemani kalian berdua." Wanita tua itu tidak tenang membiarkan Floretta pergi bersama Eleanor tanpa pengawasan.

Eleanor baru bekerja satu pekan, mereka belum mengenal sosok Eleanor lebih mendalam. Kemudian, Nyonya Besar Fletcher mengalihkan pandangan pada Aaron yang masih sibuk menyelesaikan sarapannya.

"Aaron, bukankah kamu hari ini senggang?" Melihat sosok Aaron yang hanya memakai boxer dan kaos rumahan, sang Mama bukan bertanya, tapi memberi tugas.

Aaron membuang napas gusar, "aku ingin bersantai di rumah, Ma."

Selama ini dia selalu sibuk dengan tugas-tugas kantor. Akhir pekan, dia ingin menghabiskan dengan tidur seharian di kamarnya. Sekarang, sang Mama malah menyuruhnya menemani Floretta yang akan jalan-jalan dengan Eleanor Wilson. Huh....

"Apa kamu tega, keponakanmu pergi dengan Nona Wilson sendiri?" cecar Nyonya Besar kemudian.

"Tapi, Ma---"

"Flow, Paman Aaron yang akan mengantar kalian jalan-jalan," ucap Nyonya Besar Fletcher acuh tak acuh. Tak peduli Aaron yang kesal dengan keputusan ini.

"Horee, aku akan diantar Paman Aaron." Floretta berseru kegirangan.

"See, apa kamu tega mengecewakan Floretta?" tekan sang Mama lagi. Aaron tak bisa berkutik. Terpaksa, dia mengikuti pengaturan sang Mama yang semena-mena.

Aaron tak kuasa untuk menolak, dia terpaksa merelakan waktu untuk tidur seharian di kamar demi Floretta. Lagipula, Floretta adalah segala-galanya di rumah ini.

"Baiklah, Paman akan bersiap mengantarmu, Flow." Aaron akhirnya tak punya pilihan lain. Suka tidak suka, demi Floretta dia tetap harus pergi.

Floretta mengangguk senang, "terima kasih, Paman Aaron."

****

Gelanggang es yang luas menjadi tujuan jalan-jalan Floretta dan Eleanor hari ini. Keduanya terlihat begitu akrab saling berpegangan tangan satu sama lain, saat bersenang-senang meluncur di arena es.

Suara tawa renyah terdengar dari segala penjuru. Di tempat ini, ada banyak orang yang menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarganya.

Eleanor dan Floretta terlihat seperti sepasang Bibi dan Keponakan jika dilihat dari usia mereka.

"Flow, apa kamu senang hari ini?" tanya Eleanor renyah.

"Sure, aku sangat senang."

"Bagus, jika kamu lelah, kamu bisa beritahu aku. Mengerti?"

Floretta mengangguk senang. Setelah tiga bulan tenggelam dalam kesedihan, hari ini gadis kecil itu seakan telah lupa pernah begitu sedih kehilangan kedua orang tuanya.

Eleanor senang melihatnya. Anak sekecil itu, sudah seharusnya bermain lepas tanpa beban.

"Aku akan berisitirahat di sebelah sana, kamu bermain sendiri tidak apa-apa, kan?" pamit Eleanor yang kelelahan.

"Baik." Floretta yang belum puas bermain, tidak keberatan jika harus bermain sendiri. Sementara, Eleanor duduk di pinggir melepas lelah sambil mengawasi Floretta dari kejauhan.

Sebuah botol minuman tiba-tiba menghalangi pandangan Eleanor. Ketika gadis cantik itu mengangkat wajahnya, ternyata Aaron dengan wajah acuh tak acuh yang mengulurkan botol tersebut. Dia berdiri di sisi Eleanor.

Seketika, Eleanor berdiri. "Tuan Aaron Fletcher," sapanya sungkan.

Sejak berangkat, Aaron hanya terdiam tanpa bicara apapun padanya. Eleanor tahu, majikannya itu terpaksa ikut ke tempat ini karena menggantikan Nyonya Besar Fletcher.

"Maaf, jika telah merepotkan Anda hari ini, Nona Wilson. Di akhir pekan, seharusnya Anda menghabiskan waktu bersama dengna teman atau kekasih Anda." Aaron berkata basa-basi.

"Ah, itu tidak masalah. Saya sudah berjanji pada Floretta untuk menemaninya akhir pekan ini," sahutnya sopan.

"Nona Wilson, ada hal yang ingin saya tanyakan pada Anda."

"Silakan Anda sampaikan, Mr. Aaron Fletcher."

"Di hari pertama Anda bekerja, kenapa Anda curhat pada keponakan saya tentang masa lalu Anda? Bukankah Floretta masih terlalu kecil," ucap Aaron tanpa ekspresi.

"Hah? Itu...." Eleanor terkejut. Dia tidak menduga sama sekali jika Aaron bisa mengetahui hal ini.

Mungkinkah Floretta menceritakan semua padanya?

"Jangan salah paham, malam itu saya tanpa sengaja mendengarkan Anda menceritakan masa lalu Anda pada keponakan saya." Aaron menjeda ucapannya.

"Saya tidak tahu, apakah itu hanya trik Anda untuk mendapatkan simpati Floretta?" Aaron menatap Eleanor tajam.

"Aah, itu ... saya sebenarnya juga tidak ingin bercerita, tapi...." Eleanor menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung bagaimana menjawab pertanyaan Aaron Fletcher.

"Maaf, itu ... karena Floretta terus bertanya. Jadi saya terpaksa menjawabnya."

"Anda berkata demikian, seakan keponakan saya yang memaksa Anda bercerita, begitu?" Aaron Fletcher tertawa, merasa hal ini terlalu konyol.

Mungkinkah Floretta memaksa orang asing bercerita tentang masalah pribadinya?

Tidak mungkin!

Floretta sangat introvert. Sebelumnya, dia bahkan selalu menutup diri. Mana mungkin keponakannya itu bisa bersikap seperti itu padanya.

"Aaah, tidak, bukan begitu. Maksud saya ... kami pernah bertemu sebelumnya."

Aaron menyipitkan mata. Dia sama sekali tidak menyangka Eleanor akan berkata seperti ini.

"Kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" tanyanya penasaran.

"Tidak bisa dibilang demikian juga." Eleanor menjeda ucapannya.

"Itu hanya pertemuan tak disengaja. Saat itu Floretta menangis di pinggir jalan sendirian. Saya ... saat itu sedang mengeluhkan mantan kekasih saya. Jadi...."

Aaron Fletcher memutar bola mata malas. Tak menyangka dibalik perubahan sikap keponakannya, ternyata ada rahasia kecil yang terjadi antara Floretta dengan Eleanor.

Bersambung

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sultan Kenan Alfarezi
baguss, betul betul betuulll. alur ceritanya natural.
goodnovel comment avatar
Ani
sangat bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status