Kinara begitu terkejut melihat Arjuna dan Argan duduk di depannya. Kinara celingak-celinguk mencari keberadaan Agatha namun wanita itu belum muncul juga. Kinara kembali menatap Arjuna yang sejak tadi menatapnya juga dengan heran.
"Nyari siapa?" tanya Arjuna.
"Agatha," jawab Kinara.
"Masih telepon."
"Oh," jawab Kinara singkat. Lagi pula dia masih kaget dengan kedatangan Arjuna dan Argan yang begitu mendadak. Dia bahkan belum bertanya pada dua laki-laki itu kenapa bisa berada di sini.
"Kok disini?" tanya Kinara.
"Menjemputmu. Belanja lama sekali." Tatapan Arjuna me
"Juna banguuuun!" teriak Kinara.Entah sudah keberapa kali Kinara teriak membangunkan Arjuna, suaminya itu sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya untuk bangun. Kinara kesal karena sekarang sudah jam 9 sementara pesawat take off jam 10 pagi ini."Juna, bangun tidak?" Kinara menarik selimut Arjuna.Arjuna hanya menggeliat dan menarik selimutnya kembali. Kinara semakin kesal, kalau saja dia tidak ingat manusia ini adalah suaminya sudah Kinara ambilkan air segalon untuk mengguyurnya."Oke, tidurlah. Tidak usah berangkat sekalian dan tidak perlu melakukan challenge itu," ancam Kinara.Arjuna langsung mendudukkan tubuhnya dan menatap Kina
Argan membawa Kinara ke pantai, disana terdapat tenda-tenda kecil beserta meja dan kursi makan. Tempat ini ramai pengunjung karena makan malam ditemani deru ombak dan angin malam sangatlah menyenangkan. Argan membawa Kinara ke salah satu tenda berwarna putih yang agak jauh dari tenda lainnya dan disana sudah ada Arjuna duduk dengan manisnya. Kinara mengernyit heran dengan tingkah aneh Arjuna yang mempersiapkan makan malam romantis untuk mereka berdua. Aneh saja rasanya bagi Kinara karena baru saja dia melihat foto lama Arjuna makan romantis bersama wanita yang ia duga adalah Indira, sekarang gilirannya diberi kejutan makan malam oleh Arjuna.Kinara duduk dan memperhatikan suaminya yang sejak tadi duduk dengan senyum. Arjuna kemudian menyuruh Argan untuk meninggalkan tempat ini."Kenapa mempersiapkan ini semua?" tanya Kina
Arjuna melepaskan tautan bibirnya dan tersenyum sebelum bibirnya mengecup lembut kening Kinara. Cukup lama Arjuna melakukan itu dan Kinara memejamkan matanya begitu menikmati kelembutan yang Arjuna berikan. Selesai dengan kening, Arjuna mencium mata, hidung, pipi dan terakhir bibir Kinara. Ciuman lembut berubah menjadi kasar dan menuntut. Pegangan tangan Arjuna pada kedua tangan Kinara terlepas sehingga Kinara merubah posisi tangannya melingkar di leher Arjuna.Kinara mendorong tubuh Arjuna karena membutuhkan pasokan udara, Arjuna yang mengerti langsung melepas bibirnya dan berganti mencium leher kiri istrinya. Kinara menggigit bibirnya dan meremas rambut Arjuna untuk menyalurkan apa yang ia rasakan sekarang. Desahan keluar dari mulut Kinara saat Arjuna mengecup dan menggigit kasar lehernya. Puas dengan leher kiri, Arjuna berpindah ke leher kanan dan melakukan hal yang sama.&nb
Kinara dan Argan makan di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari hotel. Kinara lebih banyak diam karena hatinya tidak tenang, gelisah dan khawatir. Pikirannya hanya tertuju pada Arjuna. Firasatnya mengatakan kalau Arjuna berada di kafe tadi dan yang membuatnya bertanya-tanya, kenapa Argan sengaja menutupinya?"Kinara?""Kinara?"Kinara segera membuang pikiran-pikiran negatifnya dan kembali fokus dengan laki-laki di depannya."Maaf, Pak.""Kamu melamun?" tanya Argan."Hanya memikirkan sesuatu, hehe." Kinara tersenyum kemudian kembali memakan steak tenderloin di depannya.&n
Argan mengantar Kinara kembali ke hotel. Sambil menunggu Kinara mengemasi barangnya, Argan mencari penerbangan menuju Jakarta hari ini juga. Masih ada waktu 1 jam sebelum jam 12 siang pesawat take off. Kinara selesai mengemasi barang dan menghampiri Argan. "Aku sudah selesai, Pak." "Kamu yakin, Kinara?" tanya Argan. "Sangat yakin. Kalau aku sudah di pesawat dan Juna menanyakan keberadaanku, pak Argan bilang saja kalau aku pulang duluan," ucap Kinara dengan mata berkaca-kaca. "Baiklah, kita berangkat sekarang?" tanya Argan. Kinara mengangguk kemudian mereka berjalan menuju mobil Argan. Di dalam mobil, Kinara hanya diam melihat ke jendela. Dia masih teringat
"Maaf, Kinar. Aku tidak bisa melakukannya. Ini tidak semudah yang kamu pikirkan."Kinara ternganga mendengar jawaban Arjuna. Kenapa tidak mau bercerai? Apa yang dipikirkan Juna sebenarnya? Menahanku dan tetap berhubungan dengan Indira? Sungguh konyol. Batin Kinara."Jangan konyol, Jun. Kamu tinggal menceraikanku dan menikahi Indira. Apa susahnya?"Kinara melihat Arjuna sedang menghela napas berat. Entah apa yang sedang dipikirkannya, namun sepertinya ada sesuatu yang membuat Arjuna tidak bisa bercerai dengannya."Kenapa?" tanya Kinara lagi."Sejak dulu, ibu tidak setuju aku berhubungan dengan Indi. Dan saat tahu Indi menghianatiku, i
Kinara melihat jam tangannya, sebentar lagi Arjuna akan menjemputnya untuk bertemu dengan Indira. Wanita itu cantik, murah senyum dan sepertinya baik, itu kesan pertama yang dia lihat dari Indira waktu di Bali.Kinara melihat mobil Argan berhenti di depan panti, dan benar saja laki-laki itu turun dan menghampiri Kinara."Loh, pak Argan?""Maaf tidak memberitahumu dulu, Juna memintaku untuk menjemputmu," jelas Argan."Oh, baiklah. Kita berangkat Pak," ajak Kinara."Kinara?""Hm?" Kinara menghentikan langkahnya dan menoleh pada Argan.
Kinara mengemasi pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper. Hari ini tepat seminggu setelah keberangkatan honeymoon itu. Sudah waktunya dia pulang dan berpura-pura pada orang tua Arjuna bahwa mereka telah menikmati satu minggu di Bali dengan bahagia. Safira dan Ardi tidak boleh tahu kalau honeymoon yang mereka rencanakan berakhir menyedihkan bagi Kinara.Kinara menunggu kedatangan Arjuna di depan panti. Dua hari berlalu sejak pertemuannya dengan Indira di kafe itu, namun Kinara belum bisa menerima kenyataan bahwa dia harus berdamai dengan keegoisan Arjuna dan menerima keberadaan Indira. Selama dua hari itu Kinara berusaha untuk menghilangkan rasanya pada Arjuna dan melatih hatinya untuk cuek dengan segala hal tentang Arjuna. Sulit tapi Kinara harus bisa karena dia yakin setelah ini akan ada lebih banyak hal yang membuatnya sakit hati.