Beranda / Romansa / Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh / Syarat untuk Menjadi Lebih Pintar

Share

Syarat untuk Menjadi Lebih Pintar

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-13 18:27:51

Mendengar Reinan memanggilnya dan bersiap hendak masuk, Esme sontak panik. Dengan tergesa, ia mendekat ke pintu, meraih kenopnya seakan itu pelampung penyelamat.

Dengan suara parau, Esme berseru, “Aku baik-baik saja! Sudah selesai mandi!”

Namun Reinan tak kunjung beranjak, malah bertanya dengan nada melengking yang terdengar penasaran.

“Kalau sudah selesai, kenapa belum keluar?”

Esme menggigit bibirnya sebelum menjawab. Meski Reinan tak bisa melihatnya, entah mengapa degup jantungnya semakin tak terkendali.

“Karena…aku butuh bantuanmu,” balas Esme gugup.

“Katakan saja apa yang perlu kubantu,” jawab Reinan.

Dengan jemari gemetar, Esme menempelkan telapak tangannya di daun pintu. Ia berusaha memakai bahasa yang paling sederhana untuk menggambarkan benda yang dimintanya. Berharap agar Reinan bisa mengerti.

“Tolong bukakan koperku… lalu cari benda berwarna putih. Bentuknya seperti bantal kecil, tipis dan dibungkus plastik bergambar bunga. Biasa dipakai oleh perempuan.”

Suara Esme patah-
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
rein jangan lama" oon nya ya.... kasihan Esme....sport jantung trs tu bini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Penentu Kesetiaan

    Di apartemen, ponsel Reinan yang masih berada di tangan Esme bergetar pelan. Layar menyala menampilkan nama Sela. Senyum Esme mengembang. Dunia yang tadinya sepi seketika ramai oleh kehadiran teman yang paling ia rindukan.Dengan ceria ia menyambungkan panggilan. “Sela, halo.”Suara riang Sela langsung terdengar.“Esme, cepat turun ke lobi. Aku dan Seli sudah di sini. Jangan lama-lama, nanti kami dikira sales panci keliling yang salah alamat masuk apartemen mewah. Security dari tadi melirik kami terus.”Esme terkekeh, bayangan dua sahabat kembarnya yang selalu jenaka melintas jelas di kepalanya. “Mungkin security itu bukan curiga, tapi malah terpikat kecantikan kalian. Jangan-jangan dia ingin minta nomor telepon," canda Esme.Tawa di ujung sana terdengar berderai. Kali ini suara Seli menyahut cepat. “Sekarang kamu mulai pintar menggoda kami, ya? Sepertinya efek semalam bersama Reinan.”Pipi Esme seketika merona, ia menggigit bibir bawahnya malu-malu. "Duduk saja di lobi. Aku seger

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Terjerat Sandiwara

    Melihat Isabella sudah bertindak di luar batas, Reinan seketika maju. Ia meraih pergelangan tangan Isabella, menahannya agar tidak melucuti seluruh pakaian yang tersisa.“Jangan lakukan ini, Bella. Membuka pakaian di hadapanku itu nggak pantas,” cegah Reinan.“Kamu sedang sakit, tubuhmu lemah. Seharusnya kamu beristirahat, bukan melakukan hal memalukan seperti ini.”Kata-kata itu bagaikan cambuk yang memecah udara di antara mereka.Isabella terhuyung mundur, menatap Reinan dengan napas terengah. “Jadi, begitu pendapatmu tentang aku,” bisiknya getir, hampir tak terdengar. “Sekarang kamu menganggapku sebagai gadis yang memalukan?”Suara Isabella bergetar, disertai air mata yang mengalir deras membasahi pipi pucatnya.“Rein, kamu benar-benar jahat. Kamu bukan lagi Reinan yang dulu kukenal… yang selalu menjagaku, yang selalu menginginkan aku."Reinan menahan napas. Hatinya terusik melihat luka yang ia tinggalkan untuk Isabella, meski ia tahu ia harus tetap teguh demi Esme. Detik selanju

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Obsesi Gila

    Isabella menatap wajah Reinan dengan mata berkaca. Jemarinya yang pucat masih mencengkeram lengan pria itu, seperti takut jika Reinan tiba-tiba menghilang lagi.“Kenapa semalam kamu pergi, Rein?” tanya Isabella dengan ekspresi sedih. “Apa kamu ingin menghindariku? Apa kamu keberatan kalau aku tidur di kamarmu?” cecar Isabella.Reinan menunduk sedikit. Ia balas menatap Isabella dengan wajah polos, yang biasa ia gunakan untuk menyamarkan kecerdasannya. “Nggak begitu, Bella. Aku sudah mengatakan semalam, kaamu boleh tidur di kamarku,”Isabella menggeleng cepat, tatapannya memanas. “Tapi, kenapa kamu malah pergi bersama Esme? Seharusnya, kamu menemaniku sepanjang malam.”Reinan tidak langsung menjawab. Ia bangkit sebentar, mengambil nampan di meja nakas yang masih penuh makanan tak tersentuh. Dengan gerakan tenang, Reinan kembali duduk di samping Isabella sambil menyendok mashed potato yang masih mengepulkan aroma hangat.“Makan dulu, tiga suap. Baru aku jawab pertanyaanmu.”Isabella me

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Cepat Pergi, Cepat Kembali

    Reinan menatap istrinya lekat-lekat, seolah ingin membaca isi hatinya yang terdalam. “Esme, kamu mendengar semuanya, kan?Esme mengangguk pelan. “Iya, aku mendengarnya.”Melihat kebimbangan di mata Reinan, Esme meraih tangan pria itu dan menggenggamnya erat. Ia yakin sang suami sedang mengalami dilema, antara keinginan menolong Isabella, tetapi juga khawatir membuatnya salah paham.“Pulanglah dan bantu Isabella, Rein. Dia teman masa kecilmu, pernah sangat dekat denganmu. Mungkin dia sangat kecewa karena kamu pergi tiba-tiba semalam,” tutur Esme. “Hanya kamu yang bisa membujuknya."Sorot mata Reinan meredup, tergores rasa bersalah dan kagum sekaligus. Tangannya terulur membelai pucuk kepala Esme dengan penuh kelembutan, seperti ingin mengabadikan kebaikan hati itu di dalam dirinya. “Kamu memang pantas menjadi Cinderella-ku,” tuturnya lirih. “Hati sebaik ini… hanya kamu yang punya.”Reinan merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam berkilau dari dalam dompet

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Pulanglah Sekarang!

    Pagi itu, Esme terbangun oleh aroma manis vanila yang hangat. Lalu, dalam kondisi setengah sadar, ia merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Tatkala membuka mata, wajah Reinan sudah begitu dekat. Pria itu memberikan ciuman, seolah ingin membangunkannya dengan cara paling indah di dunia.Esme mengerjap, kaget sekaligus malu. Tubuhnya refleks terbangun, tetapi seketika ia tersadar, tak ada suara yang bisa ditangkap telinganya. Dunia terasa sunyi.Reinan justru tersenyum hangat. Dengan penuh kesabaran, ia memasangkan alat kecil di kedua telinga Esme. "Aku sengaja melepasnya semalam, supaya kamu bisa tidur dengan tenang," tuturnya lembut sambil menyentuh bibir Esme sekali lagi.Wajah Esme merona. Ingatannya langsung melayang pada malam panas yang mereka habiskan, di mana jiwa dan raganya telah benar-benar ia serahkan pada Reinan. Sebelum Reinan menggodanya, Esme menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut, ingin bersembunyi dari tatapan pria itu.Namun, Reinan tak memberi celah. Ia menyiba

  • Suamiku (Bukan) Tuan Muda Bodoh   Kupasrahkan Diri dalam Dekapanmu

    Mendengar tawaran tak terduga dari bibir Esme, Reinan berbalik perlahan, seakan ingin memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Ia menatap wajah mungil sang istri yang terlihat berani sekaligus rapuh.Saat tatapan abu-abu itu menancap padanya, Esme hampir tak bisa bernapas. Ada bara hasrat yang berpendar di mata Reinan. Sorot itu bagaikan lingkaran api, mengurung Esme tanpa memberi jalan untuk lari.Wajah tampan Reinan terukir oleh bias cahaya redup lampu nakas, menambah aura misterius sekaligus menggetarkan. Senyum tipis yang muncul di sudutnya justru membuat Esme semakin berdebar. Mustahil ada wanita yang sanggup bertahan, bila ditatap penuh damba oleh seorang pria seindah itu. Dalam diam, Reinan bergeser mendekat, hingga jarak di antara mereka kian menipis. Esme merasa seluruh pertahanannya runtuh dalam sekejap. Degup jantungnya terdengar jelas di antara hening kamar.“Kalau aku menerima hadiahmu, kamu nggak bisa menariknya kembali,” tutur Reinan dengan suara rendah.Kepala Esme

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status