Keyla tak bisa melepaskan diri dari Darrel. Pria itu sungguh ... bagaimana ya mengatakannya? Nekat dan marah yang berbaur menjadi satu. Itu sebabnya tenaganya besar sekali.
"Apa kamu sanggup menahan yang ini?" batin Keyla yang pikirannya berubah jadi nakal.
Perempuan itu mengelus pundak Darrel yang lebar dan perlahan menuruni dadanya yang terlihat menonjol dibalik kaos putih ketat yang memeperlihatkan bentuk tubuhnya. Jari jemari Keyla memutar tepat di dadanya dan memelintir menggunakan jempol dan jari telunjuk. Di saat yang bersamaan, pria itu pun memekik dan melepaskan bibirnya.
"Kenapa kau suka menganiayaku di bagian ini?" protes Darrel dan Keyla mengabaikannya begitu saja.
"Kamu sendiri suka menciumku? Apa aku kekasihmu? Tunanganmu? Istrimu? Kita hanya orang asing Tn. Darrel Douglas!" Keyla beranjak dari sofa dan mengangkat kardus sisa makanan dari atas meja dan membuangnya ke tempat sampah.
Dalam hidup, terkadang ada hal yang tak perlu dikatakan. Cukup dilihat, didengarkan, dan dinikmati. Seperti suara angin yang menyapa aliran sungai Seine serta dihiasi pantulan lampu-lampu dan pucuk menara Eiffel yang seolah bercermin di sungai yang sedang membelah kota Paris menjadi dua bagian.Darrel mengeratkan pelukannya, sementara Keyla menghirup lekat-lekat aroma tubuh pria yang sedang memeluknya. Entah berapa lama dan berapa ribu kali ia merindukan aroma itu. Dekapannya hangat layaknya pelukan seorang ibu yang sedang menimang-nimang anaknya yang menangis karena sedang mengantuk. Hangat, menenangkan, dan merasa aman seperti sedang dilindungi seorang ayah dengan cinta yang sepenuh hati."Apa kau mau pulang sekarang? Kita sudah terlalu lama di sini." Darrel mengawali pembicaraan tanpa melepaskan pelukannya. Rasanya, ia ingin selamanya di posisi sekarang. Parfum Keyla yang manis membaui penciumannya dan mengisi paru-parunya dengan kehangat
"Apa yang kau inginkan untuk makan siang, sayang?" Darrel bertanya dari belakang kemudi setir dan sesekali melihat ke arah Keyla yang menatap lurus ke arah depan."Aku ingin makanan Asia." Keyla menjawab mantab karena lidahnya tak begitu cocok dengan makanan orang barat yang identik dengan roti dan makanan-makanan yang bumbunya--- menurut Keyla tanggung.Tiba-tiba di kepala perempuan itu terlintas bekicot. Atau nama kerennya escargot. Oh, tidak! Keyla tak akan mau memakan hewan dalam cangkang itu! Dia bergidik ngeri. Kulitnya merinding saat membayangkah bekicot itu melata sambil memperlihatkan sungut-sungutnya."Kau akan segera mendapatkan yang diinginkan." Sesegera mungkin Darrel melajukan mobilnya menuju jalan avenue d'lena menuju restoran Asia Shang Palace yang berlokasi di Shangri-La Hotel, Paris, Perancis."Steve?""Hmmm?" jawab Darrel memperlambat laju mobilnya dan melihat
"Kau sudah lama mengenalnya?" Victor bertanya sambil menyesap red wine di tangan kanannya. Ia sedang bersama Bima, seorang teman sekaligus model yang belakangan terkenal karena ketampanan dan bentuk tubuhnya yang bagus.Tak hanya menjadi model majalah, serta brand-brand fashion pria ternama. Ia juga kerap berjalan di atas catwalk dan tak jarang ia juga akan memamerkan otot-otot punggung yang terlihat kuat, serta bagian perut, dada yang akan mampu menyihir wanita-wanita dan tentunya kaum gay. Itu pun jika mereka sedang melihat acara fashion show itu.Sejak Keyla menikah, mereka sama sekali tak pernah bertemu. Pun tak bertukar kabar melalui telepon maupun SMS. Keyla sibuk dengan pernikahannya yang sempat gagal. Bima yang mulai memikirkan masa depan. Ia tak pintar, pun tak memiliki skill, oleh karena itu Bima memutuskan mengikuti ajang pemilihan model sampul di sebuah majalah.Berkat ketampanan dan tubuhnya yang lebih dari
Keyla mengerjapkan matanya, mengedarkan pandangan mencari sosok Darrel yang semalam tidur dengannya. Dia tak ada di ranjang. Tidak ada juga di kursi rotan yang menjadi singgasananya. Laptopnya masih terabai di sana."Sayang ... apa kamu sedang di kamar mandi?" Tak ada jawaban. Keyla memutuskan untuk bangun. Dijuntaikannya kaki ke bawah lalu mulai berjalan menjauh dari tepian ranjang menuju kamar mandi. Tak ada seorang pun di dalam. Keyla menyapu wajahnya dengan air dan mengeringkan menggunakan tisu yang tergantung di sebelah wastafel. Dia memandang dirinya sendiri di cermin, wajahnya cukup segar meski masih sedikit mengantuk. Disisirnya rambut yang tergerai itu menggunakan jari tangan dan membuang rambut-rambut rontok ke dalam tempat sampah.Keyla menuruni tangga dan menangkap sosok Darrel yang tidur di sofa. Perlahan ia mendekat dan berjongkok. Dilihatnya wajah Darrel lekat-lekat, entah kapan terakhir kali pria itu mencukur bulu-bulu di wajahnya. A
Selamat membaca ... pastikan teman² berlangganan novel ini dan komen, ya ....🙏______🗼🗼🗼🗼🗼______"Key ... nanti malam datanglah ke acara pembukaan film bersamaku," ajak Darrel yang sedang duduk di sofa sambil mengetik pada laptop yang ada di pangkuannya."Huuufffttt." Keyla yang sedang membersihkan lantai berlapis karpet dengan mesin penyedot debu pun menghela napas. Wajahnya tiba-tiba mengisyaratkan kegelisan.Apakah mulai sekarang dia harus menghadiri acara-acara semacam itu? Bukan hal buruk karena paling tidak, jika dia ikut tak akan ada perempuan-perempuan yang cari-cari perhatian di depan Darrel. Tapi di sisi lain, ia tak banyak memiliki bagus yang bisa untuk menghadiri pesta. Pakain-pakaiannya yang dulu, buatan Sabrina, telah menyempit di beberapa bagian. Dada dan bokong! Dua tempat itulah yang mengalami perubahan drastis sejak melahirkan Bintang. Makin berisi, padat dan sering kesulitan membeli beberapa jenis paka
Darrel menghentikan mobilnya di depan sebuah toko dengan bangunan art deco yang terletak di Avenue Georges V, Paris, Perancis. Tadinya Keyla tak menyadari tempat apa itu. Tapi, setelah melongok keluar kaca mobil ada tulisan LY, mendadak kepalanya pusing dan semua darah stuck di kepalanya."Akan kubukakan pintu untukmu." Darrel berkata lembut. Melangkah keluar dari mobil sementara Keyla mengeratkan pelukannya pada Bintang yang duduk di pangkuannya."Aku tidak mau turun. Pokoknya tidak! Ini toko pakaian yang sangat mengerikan dan sangat mahal. Bahkan lebih mengerikan dibanding ketemu mantan secara tiba-tiba saat makan siang." Keyla berucap pada dirinya sendiri. Tepat di telinga Bintang.Tok ... tok ... tok ....Pria itu mengetuk pintu kaca tiga kali. Saat hendak ditarik, Keyla menguncinya dari dalam."Keyla!" Darrel melongok melalui kaca pintu mobil yang berwarna gelap."Kemarilah!" K
"Hai, sayang! Cuci tanganmu dan kemarilah," kata Keyla begitu melihat Awan masuk melewati pintu. Ia baru saja pulang dari sekolah. "Siapa gadis di belakangmu? Teman sekolah?" sambungnya lagi ketika melihat seorang anak perempuan perambut emas dan bola matanya kehijauan. Sangat cantik.Keyla dan Darrel tengah menikmati makan siang. Pizza dan ayam goreng tergeletak di meja sedangkan Bintang, sedang berputar putar di ruangan dengan menaiki sepeda barunya."Kakak!" teriak Bintang begitu melihat Awan."Sepeda baru?" tanya Awan datar."Yeup!""Kau senang?""Sangat!""Baguslah. Hati-hati saat menaikinya.""Tentu!"Awan pun masuk ke kamarnya, sedangkan gadis asing yang tadi bersama Awan, mendekati Keyla yang sedang duduk di karpet berdekatan dengan suaminya. "Halo, Mrs....?" gadis itu berhenti berucap sam
Keyla menekan bell yang ada di dekat pintu. Apartemen nomor 901 dan beberapa saat kemudian perempuan usia tiga puluhan dengan rambut blonde dan mata hijau pun membukakan pintu."Benarkah ini rumah Nn. Missy?" Darrel membuka pembicaraan dan perempuan itu tidak nampak kaget."Mr ad Mrs. Douglas?""Ya." Keyla menimpali."Silakan masuk." Perempuan itu mempersilakan. Darrel menggandeng istrinya memasuki rumah itu. Rumah nuansa biru dan toska."Missy sudah mengirim pesan bahwa ia ada di rumah kalian. Aku minta maaf karena telah banyak merepotkan," jawab perempuan itu dengan nada tenang dan bibir yang tersenyum menawan."Tidak masalah, Mrs ...?" jawab Keyla dengan senyum yang ramah."Smith. Angela Smith. Panggil saja Angel.""Baiklah. Kami tidak bisa berlama-lama di sini. Kami hanya ingin memastikan bahwa kamu tahu Missy ada