Share

24. Pov Aksara

Author: Rinda
last update Last Updated: 2025-09-15 22:50:30

Sejak pertemuan pertamaku dengan Indira, hari-hariku kembali berjalan seperti biasa meski pikiranku tak bisa lepas sepenuhnya dari Indira. Sesekali aku sempat terpikir untuk membantu Indira mencari suaminya, namun hatiku selalu ragu untuk mencampuri urusan rumah tangganya. Aku cukup sadar diri, aku hanyalah serpihan kisah masa lalu yang mungkin sudah tak punya tempat lagi di hatinya.

Hingga suatu sore, ponselku berdering. Nama Livia muncul di layar. Begitu kuangkat, suara paniknya langsung terdengar jelas.

“Aksa… Indira kecelakaan!” serunya terburu-buru.

“Kecelakaan?” ulangku cepat, memastikan telingaku tidak salah dengar. Jantungku langsung berdegup kencang.

“Ya! Dia kecelakaan bersama temannya,” jawab Livia, napasnya terdengar memburu di ujung telepon. Ada getar cemas yang tidak biasa dalam suaranya.

“Bagaimana keadaannya?” tanyaku, ikut panik. Tanganku refleks mengepal, menahan gelombang perasaan yang mendesak keluar. Saat itu aku sedang praktik di rumah sakit, sementara Livi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suamiku Hilang saat Aku Hamil   32. Aku bisa mengantarmu bertemu Farhan

    Mobil Aksara melambat, kemudian berhenti tepat di depan rumah kedua orang tua Indira. Setelah turun dari mobil, Aksara segera mengetuk pintu dan mengucap salam. Aksara menunggu pintu dibuka dengan perasaan cemas, tak tau bagaimana respon Indira saat melihat kedatanganya. Meski begitu, hatinya telah mantap untuk datang menemui Indira. Bagaimanapun respon Indira, dia ta akan membiarkan Indira mengalami penderitaan seorang diri.Setelah menunggu beberapa saat, pintu dibuka perlahan. Seorang perempuan masih menggunakan atasan mukena putih muncul dari balik pintu. Wajahnya terlihat sembab dan matanya merah, sudah dipastikan dia habis menangis."Kak Aksa?" Ucap Indira dengan suara serak.Aksara merasakan sesak yang menekan dadanya. Jemarinya sempat tergerak, ingin menyapu kesedihan dari wajah itu, tapi segera ia urungkan. “Indira…” suaranya lirih, nyaris pecah, “kamu… baik-baik saja?”Indira menunduk, matanya menghindar. Alih-alih menjawab, ia membuka pintu lebih lebar. “Mari masuk, Kak.”A

  • Suamiku Hilang saat Aku Hamil   31. Indira, kita hadapi bersama?

    Aku spontan menoleh, mataku membesar. “Musibah?” suaraku nyaris tercekat.“Mertuanya Indira baru meninggal, dua hari lalu,” kata Livia perlahan.“Ibunya Farhan?” tanyaku, keningku berkerut, tak percaya dengan kabar itu.“Ya, siapa lagi mertuanya Indira?” jawab Livia lembut.Aku terdiam sesaat, pikiranku langsung melayang ke sosok Farhan. “Apa Farhan tahu?” tanyaku lirih, lebih seperti berbicara pada diriku sendiri.Livia menggeleng pelan. “Soal itu aku kurang tahu. Tapi yang jelas, aku tidak melihat Farhan di pemakaman ibunya.”"Sepertinya pria itu benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya!” geramku, rahangku mengeras hingga gigi terasa bergemeletuk. Nafasku memburu, berusaha menahan bara yang sejak tadi mendidih di dada.Livia menatapku, keningnya berkerut dalam, matanya dipenuhi rasa tak percaya. “Kamu sudah menemukan Farhan?” tanyanya hati-hati, seolah khawatir dengan ledakan emosi yang sedang kutahan.“Ya!” suaraku meninggi tanpa sengaja. “Dia bersembunyi di sebuah desa kecil, me

  • Suamiku Hilang saat Aku Hamil   30. Perhatian Aksara

    “Apa itu, Pak Bram?” tanyaku cepat, tak sabar mendengar fakta yang hendak diucapkan Pak Bram. “Farhan membawa kabur uang perusahaan sebesar dua ratus lima puluh juta sebelum pergi,” ucapnya pelan namun tegas. “Dua ratus lima puluh juta?” Suaraku meninggi tanpa kusadari. “Untuk apa uang sebanyak itu?” Amarahku semakin mendidih, hanya saja kini kutahan agar tidak meledak di tempat. Pak Bram menghela napas, lalu menatapku lurus. “Untuk membangun rumah yang sekarang ia tinggali bersama Mayangsari dan anaknya. Sisanya, mungkin untuk biaya hidupnya hingga saat ini” Kata-kata itu menghantamku seperti palu godam. Gambar rumah dalam foto yang kulihat semalam seketika berubah menjadi simbol pengkhianatan yang lebih dalam dari yang kubayangkan. Aku menggeleng, seolah tak percaya dengan apa yang disampaikan Pak Bram tentang Farhan. “Untuk kasus itu, perusahaan sudah melaporkannya ke pihak kepolisian,” lanjut Pak Bram dengan nada berat. “Sekarang, status Farhan resmi masuk dalam Daftar

  • Suamiku Hilang saat Aku Hamil   29. Fakta terbesar

    POV AksaraPak Bram sudah duduk di sudut kafe yang kami sepakati semalam. Dari kejauhan kulihat tubuhnya sedikit membungkuk, matanya fokus pada secangkir kopi yang masih mengepulkan asap tipis. Aku melangkah cepat melewati beberapa meja yang dipenuhi aroma kopi panggang dan suara orang bercakap-cakap pelan.“Aduh, maaf Pak Bram, saya agak terlambat,” ucapku begitu sampai di hadapannya. Aku menarik kursi di seberang meja dan duduk, merapikan napas setelah bergegas dari rumah sakit.Pak Bram mendongak, garis kelelahan tampak di wajahnya namun ia menyunggingkan senyum kecil. “Tidak apa, Dokter Aksa. Saya tahu pekerjaan Anda pasti padat.”Aku membalas senyumnya singkat, lalu memesan segelas kopi pada pelayan yang lewat. Saat pelayan pergi, aku kembali menatap Pak Bram. Ada keseriusan yang tergambar jelas di matanya, membuatku tahu bahwa percakapan kami kali ini tidak akan ringan.“Jadi… apa yang Bapak temukan tentang Farhan?” tanyaku perlahan, berusaha menjaga nada suara tetap tenang mesk

  • Suamiku Hilang saat Aku Hamil   28. Fakta paling menyakitkan

    POV AksaraNamun betapa kagetnya aku ketika yang kuterima bukanlah kalimat balasan atas pertanyaanku, melainkan sebuah foto. Di layar ponsel tampak seorang pria duduk santai di teras rumah, jemari tangan kanannya mengapit sebatang rokok. Ekspresinya tenang, seolah sedang menikmati sore tanpa beban.Aku mengamati foto pria itu dengan seksama. "Apakah benar ini Farhan?" bunyi pesan teks dari Pak Bram yang masuk ke ponselku.Aku terdiam. Farhan… Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, tak tahu seperti apa wajahnya selain dari cerita Indira. Dengan tangan sedikit gemetar, aku meneruskan foto itu kepada Livia, berharap dia bisa memberi kepastianTak sampai satu menit, balasan pesan dari Livia masuk. "Itu benar Farhan, suami Indira. Apakah kamu berhasil menemukannya?"Jantungku berdegub kencang saat membaca pesan Livia. Pak Bram telah berhasil menemukan Farhan.Aku segera membalas pesan Pak Bram, memastikan bahwa pria di foto itu memang Farhan.Tak lama kemudian ponselku kembali bergeta

  • Suamiku Hilang saat Aku Hamil   27. Jawaban dari Pak Bram

    Namun sedetik kemudian, keraguanku perlahan memudar. Pak Bram adalah orang yang direkomendasikan langsung oleh Reza—seseorang yang sudah lama kupercaya. Rasanya tak mungkin ia akan memperkenalkanku pada seseorang yang berniat menipuku. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak di dadaku, lalu memantapkan hati untuk mengikuti instruksi Pak Bram.“Baik, Pak. Saya akan kirimkan dana akomodasi sekarang juga,” ucapku mantap. Bagiku, biaya itu tidak seberapa dibanding berharganya Indira di hidupku. Meski aku sadar, mungkin aku sudah bukan siapa-siapa lagi baginya.Setelah telepon ditutup, aku segera membuka aplikasi perbankan untuk mentransfer uang yang diminta Pak Bram. Jantungku masih berdebar, separuh karena harapan, separuh karena cemas apakah langkahku benar.Tiba-tiba suara Livia memecah konsentrasiku. Saat aku menoleh, ia sudah berdiri santai di ambang pintu ruang praktik.“Sudah selesai dengan semua pasienmu, Dok?” tanyanya dengan nada ringan, bibirnya melengkung memben

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status