Share

Bab 4 (POV Al)

~ Takdir merupakan hal yang tak kasat mata. Tidak bisa di prediksi maupun direncanakan. Setiap makhluk telah memiliki garis takdir tersendiri. Yang sudah di tetapkan, maka tidak akan bisa diubah.~

*POV Preman Bertato

Namaku Rasya Almahesa, umur ku 21 tahun, terbilang cukup muda untuk menjadi preman. Bahkan banyak orang tak percaya jika diri ini preman, karena wajah yang ku miliki cukup tampan, dan diriku ini terlihat masih seperti anak SMA. Mereka tidak tahu jika aku ketua preman di kampung jawara ini. Tidak ada yang berani membuat masalah dengan ku, kecuali orang yang tak kenal dengan ku.

Alasan ku menjadi preman karena saat aku ke pasar mengantar ibu membeli kain, ku melihat banyak preman preman di pasar yang menagih dan memalak pedagang pedagang kecil. Hati ku memberontak marah saat melihat orang orang kecil menangis karena belum ada satu pun dagangan yang di jual, namun malah sudah di minta untuk membayar uang keamanan. Apa nya yang aman? Menurut ku mereka ini yang tidak memberi keamanan, namun malah merusuh. Jadi aku ingin menjadi preman untuk mengusir preman preman yang merusuh. Aku sudah banyak di kenal orang, aku pun terkenal sebagai preman tampan dan pemberani, karena sudah banyak membantu warga warga yang patut di lindungi. Hingga kini aku di segani orang banyak, orang lain saja ku lindungi, apa lagi kamu. Iya kamu masa depan ku.

Banyak sekali luka yang ada di tubuh ku, tak hanya luka kecil, namun juga ada luka yang parah. Ada luka bacok dimana mana, serta pergeseran tulang rahang yang kini ku miliki. Namun itu semua tak urung membuat ketampanan ku hilang. 

Aku bukanlah preman yang suka menodong, mencuri, merusuh. Aku tipe preman yang jika aku diusik, maka akan ku balas berkali lipat. Aku tidak pernah memukul duluan, karena ku tahu itu salah. Maka ku beri musuh kesempatan untuk memukul ku sekali, namun setelah itu apa yang akan terjadi? Ku habisi ia hingga tak dapat bangun lagi. Minimal tak sadarkan diri dan membuat nya masuk rumah sakit jika berani menantang ku.

Aku bukan peminum, penjudi, bahkan narkoba. Hanya saja aku memiliki tatto di beberapa bagian tubuh ku, yang membuat orang ngeri melihat ku. Aku menyukai tatto karena seni.

Kali ini ada masalah, sebuah geng motor bertampang preman melewati sebuah gang kecil yang terdapat banyak anak anak bermain. Saling kebut kebutan dan adu klakson membuatku yang sedang berjalan kearah warung naik pitam.

'Nyari gara gara nih'

Ku buat rekaman suara di grub sebuah aplikasi berwarna hijau yang berisi teman teman nongkrong ku, aku pun meminta bantuan 5 orang teman ku untuk mengejar para geng motor bertampang preman itu. Lalu kususul dengan mengendarai motor kesayangan ku, dengan kecepatan yang telah melampaui 100 km/jam, akhir nya aku tau tempat kemana mereka bersembunyi.

Sebuah Resto&Cafe, dasar perampok. Tampang tampang ga punya duit, tapi sok banget makan di salah satu Cafe terbesar di Ibu kota.

'Bakal jadi masalah nih kalo gua ga turun tangan.' Batin ku.

'Prok.. Prokk.. Prokk..' Tepukan tangan ku mengalihkan pandangan semua orang.

"Jadi sembunyi disini lu pada?" Ucap ku dengan santai nya.

"Woii orangnya disini!!" Teriak ku ke arah teman teman yang masih menaruh motor di parkiran.

Mataku menyapu satu per satu orang yang ada di ruangan ini, hingga tatapan ku terfokus pada gadis yang muka nya sudah pucat pasi di tengah gerombolan para geng motor itu. Kasihan sekali dia, ku tau dia pasti sangat ketakutan, akan ku bayar kan ketakutan mu nanti gadis gembul. 

Di saat aku masih memfokuskan diri pada gadis itu, lalu tanpa ku duga sebuah tonjokan melayang di pipi kiriku. Nyeri? Oh tidak, bahkan diriku sudah kebal dengan sebuah pukulan yang tak seberapa itu, senyum sumrik ku berikan, pertanda ejekan untuk para geng motor tersebut.

Tanpa babibu, teman teman ku pun berlari dan menghajar satu persatu para geng motor tersebut, karena telah berani memukul ketua nya. Aku tidak membalas memukul nya kali ini, karena ada nyawa yang harus ku selamatkan.

Aku kembali melihat dimana tempat gadis itu berdiri namun sudah tak ada orang nya. Kemana dia?

Orang orang berlarian kesana kemari menyelamatkan diri, hingga kini Resto & Cafe sudah tidak ada bentuk nya.

Ku lihat orang orang yang berlarian satu persatu, namun tak kunjung ku temui gadis itu, masih ku ingat betul pakaian dan wajah nya.

'Toilet' satu kata terlintas di otakku, kubuka satu persatu pintu, namun tak ada hasil nya.

'Dapur.' Ya, dia pasti akan bersembunyi didapur. Ku buka pintu dapur, tapi terkunci, aku tau kau pasti di dalam, aku pun mendobrak pintu dapur, dan ku temukan dia yang sedang duduk beralaskan lantai disudut ruangan, melipat tangan pada kaki dan membenamkan wajahnya di lutut. Aku pun berjalan dengan santai mendekati diri nya, sengaja aku tak memanggil nya.

Aku pun berjongkok di depan nya, lalu.. Ia mendongak dan menatap ku, lalu berteriak dengan kencang nya, Aku merasa geli, melihat dia mengompol di usia nya yang terbilang dewasa. Aku pun menahan tawaku, ku tutup mulutku dengan telapak tangan.

Ku lihat dia ingin mengomel, namun segera aku memandang nya dengan tatapan melotot, aku tahu dia takut denganku, dia pun kembali menundukkan kepala. Ku pegang dagunya, ku dongakkan kepalanya agar matanya bertemu dengan mataku.

'Manis dan cantik' dua kata yang bisa ku deskripsikan untuk nya. Ku perhatikan setiap inchi wajah nya, alis yang tebal dan rapi, bulu mata lentik, hidung kearab araban, dan bibir tipis yang sungguh menggoda.

Ah bicara apa aku, belum tentu wanita ini berbeda dengan wanita yang lain, semua wanita sama saja. Akan meninggalkan lelaki yang tulus demi lelaki yang lebih dari pasangan nya.

Tapi kasihan juga wanita ini, celana nya telah basah oleh air seninya. Kutarik pergelangan tangan nya menuju butik sebelah cafe.

"Tolong lepaskan, pergelangan tangan saya sakit." Ujarnya. Ku renggang kan sedikit kaitan tanganku di pergelangan tangannya, namun tetap langkahku terburu buru. Sesampai nya di butik,

"Mbak, tolong berikan beberapa setelan untuk dia" Perintahku kepada penjaga butik. Kutatap dia yang menatap ku dengan mulut terbuka.

'Lucu sekali.' aku pun sedikit membungkuk, mensejajarkan tingginya, dan menutup mulutnya.

"Tutup mulutmu, sana ambil baju yang kau mau." Perintahku, diapun menurut, berjalan mendekati pegawai butik. Tatapan jijik dari karyawan itu membuatku muak, kudekati gadis itu dan ku rangkul.

"Kenapa? Ada yang salah dengan pacar saya?" Spontan bibir ini mengucap hal yang bahkan diriku sendiri terkejut, apa lagi orang yang sedang ku rangkul, terlihat dia mengamati diriku dan tangan ku yang berada di bahu nya secara bergantian. Ku lihat dia ingin protes, segera ku injak kaki kecil nya, dia hanya meringis.

"Ti-tidak mas, silahkan dipilih setelannya"

"Pilihkan saja, saya tidak tau setelan wanita, satu hal lagi, jangan pernah memandang jijik pacar saya, atau akan saya copot bola matamu." Ujar ku memperingatkan.

Di tengah kesibukan mencari baju untuk nya, kini aku beradu dengan pikiran ku yang menurut ku tak masuk akal.

Aku bahkan tidak mengenal nya, bagaimana mungkin aku menyukai nya. Apa ini yang dinamakan cinta pandangan pertama? Apa benar aku menyukainya? Perasaan ini ragu, namun melihat wajah nya saja diriku sudah sangat bahagia.

'Aaarrrggghhh....' ku mengacak rambut frustasi dengan pikiran ku yang mengingat setiap inchi wajah nya. Matanya yang teduh, bulu mata nya, hidung nya yang mancung namun juga pesek, dan bibir nya yang menggoda. Membuat pikiran ku traveling, otak mesum ku telah kumat membuat ku susah menghilangkan nya dari isi kepalaku.

*Bersambungg...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status