Share

Bab 9 Sebenarnya, Aku Istri Bos Kalian

Keesokan paginya, Sienna menutupi bekas tamparan di wajahnya dengan alas bedak, lalu berangkat kerja.

Kantornya berada di sebuah gedung komersial yang terdiri dari dua lantai.

Sienna hanya bekerja paruh waktu di sini, jadi tidak perlu datang ke kantor setiap hari. Namun, dia tetap harus selalu menghadiri rapat evaluasi bulanan.

Biasanya, Herman adalah orang pertama yang datang. Akan tetapi, hari ini dia malah telat. Herman baru hadir setelah rapat dimulai setengah jam. Dia masih mengenakan jas yang sama seperti kemarin dan tampak tergesa-gesa.

Melihatnya, Sienna langsung menghentikan tangannya yang sedang memainkan pen. Dia merasa bahwa Herman sedang dalam masalah.

"Maaf, aku telat hari ini," ucap Herman sambil berjalan ke kursi utama. Setelah duduk, dia merasakan tatapan Sienna yang tampak khawatir. Herman hanya tersenyum dengan penuh rasa bersalah.

Sementara itu, karyawan lainnya telah selesai membawakan presentasi mereka.

Setelah rapat itu selesai, awalnya Sienna ingin pergi bersama karyawan lainnya. Namun, melihat Herman yang tetap duduk di kursinya, Sienna tidak tahan untuk menghampirinya dan bertanya, "Apa yang terjadi?"

Herman memijat dahinya dengan lelah dan menjawab, "Ada masalah di keluarga Jessica."

Suaranya terdengar serak, jelas sekali Herman tidak tidur semalaman. Dia tampak ragu-ragu seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya tidak jadi.

"Masalahnya serius sekali, ya?"

Herman hanya terdiam. Namun, mengingat keputusan yang mungkin akan dibuatnya, Herman akhirnya angkat bicara setelah terdiam beberapa saat.

"Aku sedang mempertimbangkan mau menjual studio ini. Tapi, aku nggak tahu mau bagaimana mengumumkannya pada kalian semua."

Sienna sontak terkejut mendengarnya. Saat ini, studio mereka sedang naik daun, mengapa Herman tiba-tiba mau menjualnya? Selain itu, seharusnya Herman juga bukan sedang butuh uang.

Studio ini adalah jerih payahnya selama bertahun-tahun. Kalau bukan karena terpaksa, Herman pasti tidak akan menjualnya.

"Masih kurang berapa?"

"Setidaknya 40 miliar," jawab Herman sambil mengerutkan keningnya. Dengan mata yang tampak merah, dia berkata, "Seandainya saja proyek Jacob semalam bisa berhasil. Sayang sekali ...."

"Akan coba kubicarakan lagi dengan Tuan Jacob," kata Sienna sambil mengambil barang-barang di sampingnya. "Jangan beri tahu orang lain tentang masalah ini dulu."

Herman menghela napas dan berkata, "Nggak perlu merasa tertekan kalau memang nggak bisa berhasil. Kejadian semalam itu memang salah istriku. Emosinya sedang nggak stabil, aku mewakilinya untuk minta maaf padamu."

Setelah meninggalkan ruang rapat, Sienna memutuskan untuk pergi ke Grup Yuwono untuk mencoba peruntungannya.

Saat ini, Jacob ada di sana. Sienna harus bertemu dengannya untuk membahas bisnis ini.

Gedung pusat Grup Yuwono berada di tengah ibu kota, sebagai salah satu bangunan ikonik tertinggi yang sangat mencolok. Konon, semua yang terlihat dari lantai tertinggi bangunan itu adalah kepemilikan Keluarga Yuwono.

Sampai pada generasi ini, kekayaan Keluarga Yuwono yang diwariskan turun-temurun telah mencapai nominal yang sangat mencengangkan.

Setelah mengisi berita acara tamu dan masuk ke lobi, Sienna langsung berjalan ke meja resepsionis. Melihat wajah yang asing ini, penerima tamu di resepsionis bertanya sambil tersenyum manis, "Halo, apa ada yang bisa saya bantu?"

"Aku mau ketemu Tuan Jacob. Apakah dia punya waktu sekarang?"

Senyuman penerima tamu itu langsung sirna. Dia menilai penampilan Sienna untuk sesaat, lalu berkata, "Maaf, Tuan Jacob tidak menerima kunjungan tanpa janji terlebih dahulu."

Mendengar penolakannya, Sienna kembali mendesak, "Bagaimana kalau aku datang untuk membahas kerja sama?"

"Untuk urusan bisnis, silakan hubungi Departemen Bisnis kami. Kalau ada dokumen yang perlu ditandatangani Tuan Jacob, akan kami serahkan padanya untuk diperiksa."

Melihat Sienna terdiam, resepsionis itu langsung memandangnya dengan tatapan merendahkan. Dia menganggap Sienna adalah wanita matre yang berusaha mengintai Jacob pada jam kerjanya agar bisa mengobrol dengannya.

Dalam dua hari terakhir, entah sudah berapa wanita seperti ini yang dihadapinya.

Sienna juga kesulitan memberikan penjelasan padanya. Tidak mungkin dia memberitahukan resepsionis itu bahwa dirinya adalah istri bosnya.

Namun, kalau terus menunggu seperti ini, entah sampai kapan dia baru bisa bertemu dengan Jacob. Apa Sienna benar-benar harus pergi ke kediaman Keluarga Yuwono demi hal ini?

Dalam keraguannya, tiba-tiba ponsel Sienna menerima sebuah pesan dari nomor tak dikenal.

[ Halo, Nona Sienna. Saya adalah pengacara Tuan Jacob. Sebelumnya, saya sudah datang dua kali untuk membahas masalah perceraian. Tapi, Anda tidak ada di rumah. Apakah sekarang ada waktu? ]  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status