Share

Part 41

“Raihan, anak Mama. Mama yakin Raihan pasti kuat melawan rasa sakit. Lâ Ilâha illalLâh...Lâ Ilâha illalLâh...,” bisikku seraya terus memeluk tubuh Raihan yang mengejang.

Aku lihat Gus Azmi juga terus menyeka air matanya. Laki-laki dengan garis wajah tegas itu enggak menjauh sedikit pun dari putraku, mungkin karena dia sudah menganggap Raihan seperti putranya sendiri.

“Allahu Akbar! Allahu Akbar!” teriakku ketika nafas anakku terlihat sudah tersengal-sengal.

“Ya Allah, Nak. Jangan tinggalkan Mama. Mama mohon kamu kuat, Sayang. Kamu satu-satunya kekuatan Mama. Tolong jangan buat Mama takut.” Tangisku kini pecah melihat keadaan permata hatiku semakin memburuk.

Gus Azmi membaca surah yaasin sambil menangis tersedu. Begitu juga Abraham yang sejak tadi hanya duduk sambil merapalkan doa.

Mas Ibnu, ke mana dia. Kenapa dia tidak juga sampai. Apa dia tidak khawatir dengan keadaan anaknya?

Aku terus memeluk tubuh kejang Raihan hingga akhirnya dia mulai melemas dan nafasnya mulai terlihat beratur
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status