Share

Bab 2: Wanita Tanpa Malu

Author: Bemine
last update Last Updated: 2023-02-23 11:42:41

Bab 2: Wanita Tanpa Malu

“Aku, Mas?” tantangku seraya menunjuk dada. Seandainya saja Mas Janu tahu bagaimana berdarahnya hatiku saat ini, tentulah Mas Janu mungkin akan bersikap berbeda.

“Mak-maksudku, Sar ... jangan bersikap begini, kasihan Desty dan putrinya. Tidak ada yang menemani mereka di rumah sakit,” elak Mas Janu dengan wajah setengah memelas. Batinku bergolak saat melihat raut itu, seakan-akan balita yang terbaring itu adalah Nandya dan wanita yang berpiyama satin di sana adalah aku.

“Pantas memangnya, Mas Janu di sini? Ngejagain wanita lain?” Aku menunjuk Desty dengan jari tengah, karena telunjuk terlalu berharga untuk wanita itu.

Mas Janu seakan tersinggung, buru-buru diturunkannya tanganku, kemudian pria itu mulai membujuk yang membuat isi perutku bergolak hebat. “Pantas, kok. Kami sudah saling kenal, bahkan Desty pernah jadi tunanganku dulu, Sar.”

“Mantan tunangan, Mas!” Aku menekan kalimatku dengan bola mata yang bergetar. Meski terus berusaha menahan amarah, tetap saja perilaku Mas Janu saat ini membuat manik coklat ini basah dengan mudah.

“Ya sudah, Mas ... pulang saja dulu.” Desty bersuara. Nada bicaranya manja dan menjijikkan. Wanita itu bangkit dari duduknya di sudut ranjang, lantas berjalan anggun menuju Mas Janu, seolah-olah pria ini adalah miliknya.

Begitu kulihat tangannya terulur, aku segera menyambar lengannya dan mencengkeramnya dengan erat. Seketika, Desty meringis sakit namun kuacuhkan karena segala emosi saat ini tercurahkan di sana.

“Mas, sakit ... tanganku sakit,” rengeknya dengan intonasi yang semakin menjijikkan. Desty meliuk, menahan nyeri di lengannya karena kekuatan yang terus kutambah.

“Sari ... kamu apa-apaan?” Mas Janu turun tangan. Cengkeramanku di lengan Desty dia buka secara paksa, mengabaikan jika ternyata hal itu semakin menorehkan luka pada istrinya.

“Mbak, kok kamu jahat sih?” protes Desty padaku tanpa rasa malu.

“Aku jahat? Kamu nggak punya kaca di rumah? Perlu aku yang belikan?”

“Aku Cuma ....”

“Kalau anakmu sakit, panggil mak bapak, kakak adikmu, bukan suamiku! Ingat ya, Desty ... dulu kamu sendiri yang menolak menikah dengan Mas Janu demi pria kaya itu, sekarang hidupmu sulit kamu datang lagi mengganggunya. Punya malu enggak, sih?” selorohku seraya menunjuk wajahnya.

Aku tidak mampu mehanan gejolak di dalam dada saat melihat bagaimana tidak tahu malunya wanita ini. Dengan terang-terangan mengataiku jahat dan memanfaatkan Mas Janu untuk kehidupannya sendiri.

“Mbak enggak lihat anakku lagi sakit?” Desty mengisyarat dengan matanya. “Mbak bisa bangunin dia.”

“Anakmu sakit, itu urusanmu, Desty. Masalahnya, kamu memperalat suamiku!”

“Sari ... udah, ya? Udah! Malu!” Mas Janu menahanku sebelum menggapai surai Desty yang kecoklatan. Wanita itu pasti sudah mewarnai rambutnya, dan semoga bukan dengan gaji Mas Janu.

“Kita pulang, Mas.”

“Kasihan Desty kalau sendiri, Sar!”

“Oh, kamu enggak mau pulang?” Aku membalas tatapan mata Mas Janu yang sayu. Pria itu telah berubah sepenuhnya, memperlakukanku sebagai wanita asing dan menjadikan Desty bak ratu di dalam hidupnya.

“Mas ... pulang dulu, ya? Kita bisa ketemu besok.” Desty lagi-lagi bicara dengan intonasi yang bikin mual.

“Enggak ada kata besok! Ingat ya, Desty ... aku bukan wanita yang bisa kamu rusak hidupnya. Mas Janu ini suamiku, dan sudah menjadi milikku. Jangan harap bisa mengganggu hidup kami lebih jauh dari ini,” ancamku pada Desty.

“Iya, Mbak ... iya. Kita lih ....”

“Kita pulang!” Aku menyeret paksa Mas Janu dengan seluruh kekuatan, masa bodoh dengan ocehan Desty. Mas Janu sempoyongan sepanjang jalan karena keseimbangannya yang tidak stabil berkat tarikan tangaku.

Tidak kuperdulikan tatapan dari orang-orang serta perawat yang masih berkeliaran di sepanjang koridor. Saat ini, aku hanya ingin membawa pria tidak sadar diri ini pulang, dan menyadarkannya tentang siapa yang harusnya menjadi tanggung jawabnya.

Sepanjang perjalanan, aku menyetir dengan pandangan yang nanar. Beberapakali celah mataku basah menahan sakit akibat perilaku Mas Janu dan Desty. Dua sosok orang yang ternyata belum mengakhiri ikatan mereka.

Begitu tiba di rumah, aku menggedor pintu dengan keras. Mbok Sunem yang menjaga Nandya menjawab dari dalam rumah.

“Ibu ... sudah pulang?” Mbok Sunem terlihat khawatir begitu membuka pintu.

“Sudah, Mbok. Sambil bawa bapak yang nyasar.” Aku tidak lagi menjelaskan terlalu panjang, selain menyeret lagi Mas Janu dengan seluruh kekuatan ke dalam rumah.

Ruang keluarga rumah kami berserakan dengan mainan-mainan Nandya, serta beberapa potong pakaiannya yang belum selesai dilipat Mbok Sunem. Mas Janu mengitari pandangannya, menatap benda-benda itu seolah-olah semuanya baru pertama kali dilihatnya.

Beranjak dari ruang keluarga, kami masuk kembali ke kamar, dan di ranjang Nandya sudah terlelap dalam posisi yang menggemaskan. Kuhempas tubuh Mas Janu yang tidak melakukan perlawanan hingga membentur sisi kasur. Pria itu mengusap wajahnya, terlihat begitu kebingungan.

“Jangan pura-pura kamu, Mas!” Aku menunjuknya lagi.

“Ini ... ini yang seharusnya kamu urus! Bukannya wanita penggoda itu!”

“Kamu lihat anak itu? Nandya, putrimu yang baru satu tahun. Kamu tinggalkan di rumah dan lebih memilih merawat anak pria lain!” pekikku lagi lebih tinggi.

Aku acuh jika ternyata tetangga kami yang rumahnya berdekatan mendengar pertikaian ini, rasa sakit yang disebabkan Mas Janu dan mantan tunangannya mengalahkan seluruh rasa peduliku. Sekarang, aku hanya menginginkan kepastian dari pria ini, tetap bersama atau berpisah.

“Jawab aku!” Suaraku melengking lagi.

Mas Janu terus saja diam. Perlahan-lahan dia melepas kaos kaki, kemudian meringsek naik menuju ranjang tempat di mana Mbok Sunem menidurkan Nandya. Hatiku tersayat-sayat melihat momen ini. Seketika, pikiranku membayangkan bagaimana hari-hari kami jika pria ini meninggalkanku dan Nandya sendiri, lalu datang pada Desty.

Mas Janu, meski beberapa kali kuteriaki tetap bergeming. Dia merebahkan dirinya di sisi Nandya, mengulurkan tangannya yang besar dan kokoh, menarik selimut kecil milik putri kami, merengkuh tubuh Nandya yang mungil lalu mulai memejamkan mata.

Tangisku pecah lagi saat melihat hal itu. Aku memang tidak sanggup jika Nandya harus tumbuh tanpa sosok Mas Janu, apalagi jika pria ini pergi pada wanita lain dan meninggalkan Nandya kecil seorang diri.

Kuputuskan untuk keluar dari kamar, membiarkan Mas Janu dan Nandya tidur dengan tenang. Aku membawa serta hati yang terluka serta tangis yang enggan berhenti menuju meja makan, tempat paling tepat untukku mengurai rasa seorang diri.

Aku duduk di salah satu kursi seraya mengusap kedua pipi yang kian menghangat. Tangis yang tidak kunjung usai ini, rupanya mengusik Mbok Sunem yang kamarnya bersebelahan dengan dapur.

Wanita paruh paya itu perlahan-lahan keluar, mendekati meja makan dengan raut wajah iba. “Bu ....”

“Tidak apa, Mbok ... lanjut tidurnya.” Aku menepuk tangan Mbok Sunem yang sudah mendarat di pundak. Wanita paruh baya yang selama ini menggantikan posisi ibu dan bapak, menemani dan merawatku setulus hatinya, entah apa jadinya saat ini jika Mbok Sunem tidak ada.

“Bu ... yang sabar,” bisiknya iba.

“Aku akan bersabar sebentar lagi, Mbok ... tapi jika Mas Janu tetap tidak berubah, maka semuanya akan berakhir sampai di sini. Aku tidak mau hidup dalam luka yang berkepanjangan. Ada Nandya yang harus kurawat hingga dewasa, dan Mbok Sunem juga.”

“Bu ... jangan berpikir begitu, pertahankan pernikahan ini sekuat hati, Bu ...,” nasihat Mbok Sunem.

“Entah, Mbok ... kita lihat saja nanti.” Aku mengangguk lagi pada Mbok Sunem agar wanita itu segera beranjak tidur. Tidak tega rasanya membiarkan wanita sepertinya ikut merasakan resah dari pernikahanku dan Mas Janu.

Biar aku saja yang menghadapinya seorang diri. Aku bukanlah wanita lemah yang akan membiarkan diriku dikhianati dan dibodohi oleh lelaki. Apalagi seorang Desty, yang bagiku hanya seujung jari.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nada Azzah
Suami bodoh perlu di rukiyah kyknya ...
goodnovel comment avatar
Nyaprut
jedotin tuh kepala suami mu biar otak nya waras
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
buktikan klu desty hanya seujung jari mu dan jgn kasih kendor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku Terjerat Mantan Tunangannya yang Menjanda   Bab 56: Pilihan Terakhir (Tamat)

    Bab 56: Pilihan Terakhir (Tamat)“Pengantin prianya, tolong geser ke kanan, lebih dekat dengan pengantin perempuan!” perintah itu turun dari pria yang memakai kemeja berkerah dengan tulisan Gun Foto.Pria yang memakai setelan pengantin putih dan batik khas yang melilit pinggang tersenyum lagi. Dia mendekat perlahan ke arah kanan sesuai dengan instruksi dan langsung mengapit lengan mempelai perempuan yang tidak lain adalah diriku.Ya ... ini adalah hari pernikahan kami. Tidak ada tamu undangan, tidak ada pesta pernikahan dan kemewahan.Semuanya sangat sederhana, termasuk gaun putih dan jilbab yang saat ini membalut tubuhku. Kami sepakat akan hal ini sejak satu bulan lalu saat permintaan ibu mertua kupenuhi.“Oke ... senyum!” Pria itu berseru kembali.Aku hampir saja lupa melengkungkan bibir karena gugup melihat ibu mertua terus memandang ke arah kami berdua. Ditambah lagi

  • Suamiku Terjerat Mantan Tunangannya yang Menjanda   Bab 55: Jawaban yang Ditunggu

    Bab 55: Jawaban yang DitungguKata orang, wanita itu kerap kali buta matanya jika sudah berbicara soal cinta. Sepintar dan semandiri apa pun dia, seluruh indranya akan mati saat berurusan dengan perasaan. Mereka sering kali terjebak, terjerat dan terseret dalam. Jatuh dari ketinggian ke lembah tanpa dasar. Terdorong dan terperangkap dalam penjara yang dibangun olehnya sendiri. Akibatnya, mereka terluka parah, sampai kritis dan koma. Kadang ada yang mati rasa lalu menganggap semua pria itu sama. Jika sudah begitu, para wanita sering kali menyalahkan orang lain. Menuduh para prialah yang membuatnya seperti ini, tanpa sadar jika mereka sendiri yang memberi kontribusi dan memudahkan semua kejahatan itu terjadi.Buruknya lagi, ada yang sudah terluka, namun masih berusaha dan bertahan. Angan mereka terus melayang dan terikat dengan masa lalu yang sebenarnya kelam. ‘Mereka

  • Suamiku Terjerat Mantan Tunangannya yang Menjanda   Bab 54: Pengakuan Mas Janu

    Bab 54: Pengakuan Mas Janu “Bagaimana dengan masa laluku dan Mas Janu, Bu? Aku tidak yakin masih bisa bertemu dengannya jika kami kesbali ke Jakarta,” sahutku pada ibu mertua.Ada banyak faktor yang harus aku pertimbangkan lebih dulu, bukan? Jika kembali dengan Mas Surya, itu artinya kami harus pulang ke Jakarta. Di sana ada terlalu banyak orang yang mengetahui kisah pedih hidup kami. Lalu, ada Desty dan Yulia yang telah mempermainkan diriku.Membayangkannya saja sungguh saat memuakkan. Aku tidak ingin bekerja keras membiasakan diri dengan lingkungan yang menjijikkan.“Aku paham maksud dan keinginan Ibu, tapi di sini aku merasa nyaman dan tenang. Duniaku dan Nandya sudah tumbuh di sini.”Manik mata ibu mertua memendar mendengarku. Dia berusaha menahan perasaan kecewa dengan seutas senyum tipis.Lekas dia berpaling, lalu mengambil secarik tisu yang diletakkannya dekat dengan Nandya. Ibu mertua mengusa

  • Suamiku Terjerat Mantan Tunangannya yang Menjanda   Bab 53: Permintaan

    Bab 53: Permintaan “Silakan, Bu?” Mbok Sunem bertutur lembut pada ibu mertua dan Mas Surya yang memaksa ikut dengan kami ke rumah setelah pertemuan sesaat lalu.Meski sebenarnya aku belum yakin dengan jalan ini, sangat tidak mungkin kubiarkan ibu mertua yang bahagia melihat kami menerima luka penolakan. Akhirnya, aku memaksa diri dan mengajak mereka mampir ke rumah baruku dan Mbok Sunem.Sebuah rumah kecil yang sedang kucicil di pemerintahan itu terlihat agak memalukan. Apalagi jika mengingat hidupku selama bersama Mas Janu cukup mewah, bahagia dan tentu bergelimang rupiah.“Maaf, Bu ... hanya ....”“Kamu bagaimana di sini?” Ibu mertua langsung memotong.Wanita paruh baya itu tidak mendengar ucapan penyesalan soal hunian sederhana yang kuberikan untuk cucunya. Padahal, jika diingat-ingat lagi, di Jakarta sana Nandya mendapatkan semuanya. Rumah bagus, mobil dan

  • Suamiku Terjerat Mantan Tunangannya yang Menjanda   Bab 52: Tiga Tahun Kemudian – Kota Baru

    Bab 52: Tiga Tahun Kemudian – Kota BaruTiga Tahun Kemudian.22 April 2023, 07.10 WIBAku menatap halaman masjid yang kini penuh sesak. Banyak jemaah sudah lebih dulu berdatangan jauh sebelum diriku, bahkan tidak ada lagi ruang yang tersisa hingga beberapa perempuan terpaksa berdiri sembari menunggu lowong.“Mbok, sempit sekali kayanya,” lirihku pada wanita itu.Mbok Sunem yang menggendong Nandya hanya terpaku. Ini sudah kali ketiga lebaran Idul Fitriku di kota orang, namun tidak pernah berhasil mendapat tempat yang nyaman. Kami sering terlambat karena harus menunggu Nandya bangun. Jika dipaksa, gadis kecil itu malah akan rewel jadinya. “Nggak apa-apa, Bu ... kita berdiri saja.” Begitulah Mbok Sunem yang penuh rasa sabar itu berujar.Dia langsung mendahuluiku, menuju teras masjid yang terbuka dan sedikit disiram hangat matahari . Aku mengekor di belakang dengan harapa

  • Suamiku Terjerat Mantan Tunangannya yang Menjanda   Bab 51: Perpisahan

    Bab 51: Perpisahan “Maaf, Mas ... dan terima kasih,” lirihku seraya memutar ujung jari di permukaan cangkir.Ini sudah ketiga kalinya kata itu aku ucapkan pada pria yang telah memberiku Nandya. Mas Janu ... kami bertemu kembali setelah sekian lama berperang. Uniknya, pertemuan ini sangat sunyi, seolah kami masih saling mengerti.Lelah mengulur waktu dengan cangkir, aku mulai menurunkan kedua tangan ke bawah meja dan memilih memilin ujung blouse putih dengan lambang C di dada. Tidak lupa, kutatap juga heels dengan dua tali yang menyilang di depan. Lalu, melirik sepatu mungil yang dipakai oleh gadis kecilku.Ada Nandya di pangkuan. Anak kecil itu tidak rewel meski di depannya ada Mas Janu̶ sang ayah. Sedangkan Mas Janu hanya melirik sesekali, dia tidak menyentuh, berusaha menekan diri setelah mendengar ucapan dariku.“Ma ... a.”“Katakan hal lain selain kata maaf. Aku muak mendengarnya, Sari!&rdq

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status