Share

Permintaan Manda

Author: Suzy Ru
last update Last Updated: 2025-08-03 06:35:22

"Jika itu terjadi. Bagaimana dengan keinginan mama? Bisa-bisa keinginan mama gagal dong!" gumam batin pak David menghela nafas panjang."Tidak -tidak! Itu tidak boleh terjadi! Jika mama tau, tamat sudah riwayatku!"

"Pa!" kata Bara membuyarkan lamunannya.

"Ya," jawab pak David mendongak.

"Berapa hutangnya?" tanya Bara mengulang.

"Apa kamu berniat menceraikannya dalam waktu dekat ini? Kamu baru beberapa jam lho menikah dengannya. Dan, bagaimana dengan mama kamu? Terlihat jelas, mama sangat menyukainya. Apa kamu tega merusak kebahagiaan mama?" cecar papa.

"Itu urusan Bara! Dan, apa ini cukup membayar hutangnya?" tanya Bara memperlihatkan nominal uang satu miliar yang siap di kirim ke rekening sang ayah.

"Kamu tak perlu mengirimkannya. Papa hanya bercanda, lho!" gumam pak David tersenyum tipis. Namun, senyumnya memudar ketika Bara tetap mengirim uang tersebut.

"Jika itu kurang, papa bisa minta sewaktu -waktu sama Bara!" ujar Bara tersenyum tipis.

Pak David hanya terdiam. Sungguh, ia sangat menyesal bertanya seperti itu pada anaknya.

"Hah, tak seharusnya aku bertanya yang seharusnya tidak untuk di pertanyakan. Yah, begini nih akhirnya bila berbicara dengan orang yang IQ nya lebih tinggi dari papanya. Heh, tamat sudah riwayatku!" gumam batin pak David menghela nafas panjang seraya melihat Bara mengotak-atik ponsel yang berada di tangan.

***

Ceklek

Shera membuka pintu rumahnya yang tak terkunci itu. Bola matanya berputar melihat keadaan rumah yang biasa tertata rapi, bersih kini terlihat kotor dan berantakan.

"Ya ampun, Kak Manda! Baru saja aku tinggal satu hari, rumah ini seperti kapal pecah saja!" umpat Shera menggeleng kepala seraya mengambil piring dan gelas kotor yang berserakan di atas meja. Shera melangkah menuju ke arah kamar milik sang kakak.

Ceklek

Pintu terbuka. Dahinya mengernyit saat melihat sang kakak berbaring seraya tersenyum menatap ponsel yang berada dalam genggaman.

Buk

Manda terkejut saat bantal mengarah padanya. Ia terbangun dan tersenyum ketika melihat kedatangan Shera.

"Ahhhhhhh, Shera! Akhirnya kamu datang juga!" ucap manda beranjak dari tempatnya dan berlari memeluk shera begitu erat.

Sudut kedua mata Shera menyipit melihat keanehan yang terjadi pada kakaknya.

"Kakak sangat merindukanmu, Sher!" ucap manda melepas pelukannya. Senyumnya mengembang sembari memegang kedua tangan milik adiknya yang mulus itu.

"Heh, rindu? Haruskah aku percaya pada orang yang telah mengorbankan diriku?" tanya Shera tersenyum sinis seraya melepas tangan milik kakaknya.

"Iya, maaf! Kakak kan juga terpaksa melakukannya. Seandainya status kakak tidak miliknya mas Adit, sudah pasti kakak sendiri yang akan menikah dengan om David," tutur Manda duduk di samping Shera.

"Boong banget dengernya!" acap Shera menghela nafas panjang.

"Ehmmm, status kamu kan sekarang sudah menjadi orang kaya nih. Jadi, kakak minta tolong banget untuk menerima permintaan kakak ini!" tutur Manda memohon.

"Permintaan?"

"Yah, satu saja, kok! Dan om David nggak bakalan marah jika mengeluarkan uangnya lagi."

"Uang?"

"Kamu tau sendiri kan, kakak itu sangat males jika berurusan soal bersih-bersih rumah? Waktu kakak nggak cukup jika di bagi untuk mengurus pekerjaan rumah. Jadi, tolong ya, Sher! Tolong, carikan kakak seorang asisten rumah tangga."

"Tidak! Aku tak mau menuruti keinginan kamu itu. Dan jika kakak ingin mempunyai asisten rumah tangga, gaji dengan uang kakak sendiri," tegas Shera.

"Pelit banget sih! Mentang-mentang jadi istrinya om David!" gerutu Manda cemberut.

"Lebih tepatnya menjadi menantunya pak David, Kak!" jelas Shera yang membuat manda tercekat seketika.

"What? Serius?" Manda memastikan.

"Yah, itu kenyataannya!" jawab Shera datar.

Manda terdiam. Bibirnya komat-kamit sembari mencerna pernyataan yang keluar dari mulut Shera.

"Aku juga tau saat dia mengucapkan ijab Qabul, Kak!"

"Bagus dong! Dengan begitu, kamu terhindar dari status istri keduanya om David! Ya, kan?" gumam Manda senang mendengarnya. Rasa bersalah yang telah ia lakukan kepada adiknya seakan terobati dengan kabar baik itu."Seharusnya, kamu senang, bahagia bukan malah masang muka bete seperti ini. Kakak tau banget, kalo putranya om David itu cakepnya minta ampun."

"Ya. Tapi sayangnya, dia itu adalah orang yang membully diriku waktu sekolah dulu, Kak!" tutur Shera membuat Manda terkejut bukan main.

Manda terdiam kembali. Mulutnya seakan terkunci rapat saat pernyataan itu terlontar. Karena ia tahu betul bagaimana Shera waktu itu merasakan trauma yang teramat dalam.

"Ehmmm. Tapi, Sher. Bagaimana kalo ternyata dia sudah berubah? Dan siapa tau, dia ingin menebus kesalahannya waktu itu sama kamu?" tanya Manda mencoba melegakan rasa kecewa yang tertancap dalam diri Shera.

"Lupakanlah! Aku tidak mau membahasnya lagi," gumam Shera merebahkan tubuhnya di kasur.

"Ya Tuhan, kasihan banget Shera!" gumam batin Manda merasa bersalah kembali.

Manda melirik ke arah cincin berlian yang di pakai Shera. Lentik bulu matanya tak berhenti mengerjap mengimbangi mulutnya bergerak kagum hingga berbentuk huruf 'o'.

"Wow! Cincin kawin kamu bagus banget, Sher!" Manda meraih tangan kanan Shera. Mengamati dan memegang cincin yang harganya sudah pasti sangat fantastis.

"Cincin kawinnya saja bagus seperti ini. Sudah pasti maharnya mobil, rumah atau uang miliaran?" kata Manda asal menebak.

"Saudara Bara Abisatya bin David Abisatya, saya nikahkan Engkau dengan Shera Anjani binti Mahendra Barata dengan mas kawin tiga ratus juta delapan ratus dua ribu rupiah di bayar tunai!" Perkataan wali hakim terlintas kembali dalam benak shera.

"Tiga ratus juta delapan ratus dua ribu rupiah, Kak. Itu mahar yang di berikan atas pernikahan terpaksa ini. Kalo di dasari dengan perasaan mungkin beda lagi," tutur Shera.

"Tiga ratus juta delapan ratus dua ribu rupiah?" tanya manda memastikan.

"Heem!"

" Apa kamu nggak sadar kalau mahar itu sesuai dengan tanggal lahir kamu?" Pertanyaan Manda membuat Shera menoleh ke arahnya."Tiga puluh bulan delapan tahun dua ribu. Bukankah itu tanggal lahir kamu?"

Shera menegak salivanya dengan paksa. Sungguh, ia tak menyadari mahar yang di berikan oleh bara merupakan tanggal lahirnya.

"Iya juga ya. Kenapa aku tak menyadari hal itu?" gumam batin Shera tersenyum tipis."Ahhh, kenapa aku jadi GR begini, sih. Mungkin saja itu hanya kebetulan."

"Wah, kakak jadi iri deh melihatnya. Di berikan mahar tepat di tanggal lahir.Bikin meleleh banget, Sher! Dan, siapa tau juga, suami kamu benar-benar berubah. Dan, tanpa kamu sadari dia mencintai kamu dari dulu. Ya nggak?" ucap manda.

"Sudahlah! Jangan bahas lagi!" kata Shera beranjak dari tempat tidur dan melangkah pergi meninggalkan manda. Namun langkahnya terhenti dan berbalik ke arah sang kakak kembali.

"Jika kakak ingin menjadi istrinya mas Adit. Alangkah baiknya, kalo mulai sekarang kakak mulai belajar mengurus pekerjaan rumah. Kalo nggak mau, ya siap-siap saja untuk kehilangannya," ucap Shera tersenyum tipis dan pergi begitu saja.

Manda menghela nafas berat. Wajahnya memelas saat syarat itu benar-benar membebani dirinya.

"Memang sih, mas Adit pernah berkata kalo dia ingin mempunyai istri yang pandai memasak dan mengurus pekerjaan rumah," gumamnya cemberut."Hah! Benar-benar ujian yang sangat berat untuk wanita sepertiku ini!" ucap manda merebahkan tubuhnya kembali. Menatap ke atap sembari mengatur nafasnya yang tak beraturan."Tapi, aku sangat mencintainya. Kalaupun ujiannya sangat berat, aku harus mampu!"

***

Di mobil, Shera tak berhenti menatap ke arah jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebuah benda yang merupakan hadiah ulang tahun dari sang ayah tercinta.

"Ayah berharap suatu saat nanti kamu mempunyai suami yang bisa meratukanmu." Perkataan ayah kembali melintas dalam benaknya.

"Shera hanya pasrah, Ayah. Pasrah dengan keadaan yang ada. Harapan ayah sangat jauh untuk di capai. Karena ayah telah mendapatkan seorang menantu yang akan mengembalikan putrimu ini ke dalam masa lalunya kembali. Lebih tepatnya masuk ke dalam 'NERAKA'. Dan, semoga saja lima tahun ke depan aku terbebas dari neraka ini dan bisa mendapatkan keinginan ayah itu," gumam batin Shera terkejut saat mobil yang di tumpanginya berhenti mendadak.

Glek

Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa.

Dua bola matanya mengerling menatap ke arah mobil hitam yang menghadang mobil yang di tumpanginya.

Terlihat begitu jelas dua orang berpakaian serba hitam keluar dari mobil tersebut dan berjalan menghampiri.

"Siapa mereka? Apa mereka begal di wilayah ini?" gumam batin Shera melihat keadaan sekeliling yang sangat sepi.

"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Tangkai Mawar

    "Sama persis dengan punyaku dulu!" gumam Shera menyentuh dan meraba tulisan tersebut.Flashback TUARRRTamparan keras melesat mengenai pipi Bara. "Kamu benar-benar tak punya hati! Apa kamu tahu, butuh perjuangan aku mendapatkan tanaman ini. Dan bisa-bisanya, kamu dengan mudahnya menginjak-injak dan membuangnya begitu saja! Keterlaluan!" ucap Shera berderai air mata.Bara hanya terdiam. Untuk kali pertamanya, ia membiarkan Shera mencaci maki dan menampar dirinya.Shera duduk berjongkok. Mengambil tangkai pohon bunga mawar yang rusak akan ulah Bara dan temannya."Bagaimana ini? Bagaimana dengan nilaiku? Tak mungkin ada waktu untuk menanamnya kembali," kata Shera menangis.Lamunan Shera buyar. Dua bola matanya mengarah ke arah bunga yang bermekaran begitu indah."Apa mungkin dia mengambil pohonku yang telah aku buang dan menanamnya kembali?" tanya Shera seorang diri."Hah, tapi rasanya tidak mungkin terjadi!""Tapi itu memang kenyataannya!" tegas Bara yang mengejutkan Shera.Shera berba

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Mie instan

    Jantung Shera berdetak kencang. Kedua tangannya meremas mengimbangi rasa tak karuan yang bergejolak di dada."Lagi dan lagi! Kenapa tubuhku seakan tak berdaya setiap kali bersamanya? Sulit sekali untuk di gerakkan! Padahal, seharusnya di saat seperti inilah aku bisa membalas dendamku padanya. Menendangnya, menamparnya bahkan membunuhnya! Tapi entah kenapa, saat dia memperlakukanku dengan baik, dendam yang dulu terasa menguasai diriku perlahan mulai menipis. Dan tak seharusnya juga aku menolak jika dia meminta haknya padaku. Karena, hutang keluargaku padanya sudah membuat harga diriku jatuh di hadapannya," gumam batin Shera pasrah dengan keadaan."Apa kamu sudah makan?" suara khas Bara membuat Shera membuka kedua matanya. Dua bola matanya mengerling menatap wajah tampan rupawan yang di miliki suaminya itu. Melirik ke arah tangan kekar yang mulai berani membelai rambut panjangnya."Kamu sudah makan?" ulang Bara memastikan.Shera bangkit dari tidurnya. Dengan cepat, ia berpindah menjau

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Data pribadi Shera

    "Jadi, apa yang di katakan kak Manda itu memang benar adanya toh?" cecar Maudy yang baru menyadari akan pernyataan yang terucap dari kakak Shera beberapa jam yang lalu."Jadi, kak Manda memberitahu Maudy tentang pernikahanku?" tanya batin Shera melirik ke arah teman-teman lainnya terbelalak kaget dengan perkataan yang terlontar dari bibir tipis Maudy.Sesaat, Shera menelan ludahnya dengan paksa. Tatapan mata mereka beralih memandang intens pada dirinya."Serius, Ra?" tanya mereka serempak.Terlihat begitu jelas, mereka menanti sebuah jawaban yang pasti darinya."Apa yang harus aku katakan? Apa aku harus jujur saja sama mereka tentang apa yang terjadi padaku? Dan, apabila aku berbicara sejujurnya, apakah Bara akan mempermasalahkannya?" batin Shera bergejolak."Sungguh, aku sangat takut jika mulutku salah dalam berucap."TekJentikan tangan Maudy membuyarkan lamunannya. Helaan nafas panjang keluar dari hidung mancung mengimbangi rasa bimbang yang menyelimuti hatinya."Malah ngelamun? K

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Ganti Rugi

    "Kamu itu liat nggak sih, kalo di depan ada mobil dan lampu rambu-rambu lalu lintas berwarna merah! Apa kamu baru belajar mengemudi? Sampai -sampai kamu bingung antara rem dan gas?" Suara ibu Lena menggelegar memekakkan telinga. Semua mata tertuju ke arah wanita paruh baya bertubuh besar itu melabrak Shera.Shera membuka helmnya dan turun dari motor."Maaf, Bu Lena. Saya benar-benar minta maaf!" kata Shera menangkupkan kedua tangannya.Bu Lena mengernyit. Sudut matanya memicing ke arah kerah baju yang muncul di balik jaket yang di kenakan Shera."Tolong, maafkan saya, Bu!" ucap Shera memohon."Kamu karyawan Pt Horizon?" tanya Bu Lena memastikan."I-ya!" jawab Shera hati-hati.Bu Lena menghela nafas panjang. Dua bola matanya mengerling saat melihat ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Kita selesaikan di tempat kerja!" gegas Bu Lena mengambil name tag yang menggantung di leher Shera.Shera mendesah sebal. Bibirnya memanyun memandang Bu mandor yang mulai naik ke da

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Pasrah dengan keadaan

    Shera menghela nafas panjang. Rasa lapar yang mendera tiba-tiba hilang saat mendengar nama orang yang merupakan musuh bebuyutannya."Ternyata mereka masih berhubungan sampai sekarang?" tanya Shera seorang diri. Ia mendesah sebal. Sudut matanya memicing sinis ke arah Bara yang berdiri di sudut ruangan. Sejenak, ia berpaling ke arah hidangan yang tersaji di depannya."Apa mereka berencana meracuniku melalui makanan ini?" tanya Shera seorang diri."Sampai dunia terbalikpun posisi kamu itu tetap di bawah Luna Margaretha! Dan, satu lagi, Bara itu milikku dan jangan sampai kamu atau teman kamu mempunyai rasa padanya. Ya, meskipun Bara akan menolak kalian! Tapi, aku tak suka jika ada orang yang menyukainya kecuali diriku! Mengerti!" Hinaan yang terkubur dalam masa lalunya kini kembali teringat kembali.Luna Margaretha, salah satu sahabat Bara yang juga membully dirinya habis-habisan. Bahkan, melebihi Bara.GlekTenggorokan Shera tercekat saat memori yang begitu pahit terlintas kembali.Tubuhn

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Makanan favorit

    Rasa takut dan was-was mulai datang saat dua orang berpakaian serba hitam itu mengetuk pintu mobil dengan tatapan tajam.Dua bola mata Shera tertuju ke arah sopir taksi online yang membuka pintu mobil begitu saja. Terlihat begitu jelas, orang asing itu menarik tubuh sopir hingga keluar dari mobil."Seharusnya kamu menginap di sini saja, Sher! Kamu tau kan ini sudah malam. Dan kamu juga tau betul kan, kalo jalanan rumah ke rumahnya pak David itu sangat sepi jika menginjak pukul 9 malam. Atau nggak? Kamu naik taksi online saja," perkataan Manda melintas kembali dalam benaknya.Shera tertunduk. Memejamkan mata seraya berdoa untuk keselamatannya."Ya Tuhan, aku sudah pasrah. Jika aku akan mati di tangan dua begal itu, aku sudah ikhlas!" gumam batin Shera menitikkan airmata.KlekShera membuka matanya bersamaan saat pintu itu terbuka."Tenang Shera tenang. Sebentar lagi, kamu akan bertemu dengan ayah!" kata batin Shera menyemangati dirinya sendiri."Maaf ya, Mbak. Saya menghentikan kendara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status