LOGINSeakan terjebak oleh keadaan, Shera harus menerima kenyataan pahit yang menyangkut masa depannya. Cita-cita untuk menjadi seorang pramugari harus terkubur dalam angan. Menikah adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah yang telah di hadapi keluarganya. Namun, siapa sangka ia harus menikah dengan Bara Abisatya. Orang yang selalu membully dan menindasnya di masa sekolahnya dulu. Lantas, apakah pernikahan Shera akan bahagia atau menjadi pernikahan tragis?
View More"Ayah menjaminkan salah satu di antara kita untuk melunasi hutangnya. Dan syarat itu adalah menjadi istri pak David. Kamu tau sendiri kan, kakak sudah mempunyai mas Adit. Dan tak mungkin juga kakak meninggalnya. Untuk itu, kakak berharap kamu yang menjadi istri pak David. Ok!"
Sebuah chat Amanda seketika membuat Shera tak mampu menahan air mata yang terkumpul di pelupuk mata. Jemari tangannya mengepal mengimbangi rasa sakit yang begitu menyesakkan dada. "Bisa-bisanya dia berkata seperti itu tanpa harus berbicara terlebih dahulu padaku," gumam batin Shera menahan rasa amarahnya."Tidak-tidak! Itu semua tak boleh terjadi. Dulu, ayah pernah bercerita kalo pak David sangat sayang pada istrinya dan tak mungkin juga jika beliau menjadikanku sebagai istri keduanya. Ya, itu tidak mungkin? Mungkin saja, ini hanya akal-akalannya kak Manda untuk tidak membantuku membayar hutangnya ayah." Shera mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Mencoba tersenyum meski hatinya tak karuan jika teringat dengan pernyataan sang kakak yang jelas-jelas akan merusak masa depannya."Dan, kalaupun persyaratannya seperti apa yang di bilang kak Manda, aku akan mencoba berbicara dengan pak David untuk mengubah persyaratan yang konyol itu." Tok tok tok Shera menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka lebar. Dahinya mengernyit, bibirnya merapat saat melihat sosok orang yang tak lain adalah orang suruhannya pak David, berdiri tersenyum ke arahnya. Setengah jam kemudian, Shera duduk termenung. Bibirnya merapat seraya menatap selembar kertas yang menjadi bukti perjanjian antara sang kakak dengan pak David. "Lima ratus juta? Bagaimana bisa dia meminjam uang sebanyak ini? Bukankah pengobatan ayah selama ini hanya ...," kata Shera mendesah sebal. "Sungguh keterlaluan! Bisa-bisanya dia menjaminkan masa depanku untuk masa depannya!" umpat Shera dalam hati sembari mendongak menatap kembali ke arah orang suruhan pak David yang masih duduk di depannya. "Saya harap Anda tidak seperti kakak anda, Nona. Tolong kerjasamanya!" harap orang suruhan pak David yang mungkin seumuran dengan almarhum sang ayah. "Apa sekarang, saya bisa menemui pak David?" tanya Shera hati-hati. Berharap orang itu mau membantunya. *** Shera terdiam duduk terpaku seorang diri. Dua bola matanya berputar mengamati sekeliling rumah mewah yang merupakan milik pengusaha ternama di kota Malang tersebut. Sejenak, dua bola manik mata indahnya tertuju ke arah foto keluarga yang terpampang jelas dan besar di dinding rumah. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa ketika melihat seseorang yang sangat tak asing baginya. "Bara! Bukankah itu Bara Abisatya?" tanya Shera dalam hati. Alisnya bertaut, bibirnya merapat ketika teman sekelasnya dulu ternyata adalah bagian dari keluarga pak David."Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?" lirihnya seraya membuang nafas."Wait! Apa dia putranya pak David atau jangan-jangan dia itu menantunya pak David?" tanya Shera menerka-nerka saat ada wanita cantik yang berdiri di samping Bara. "Ya Tuhan, kalo benar persyaratan itu terjadi. Otomatis, aku akan menjadi ibu tiri atau ibu mertua bagi Bara. Oh, tidak!" gumam shera bergelut dalam batin."Sungguh! ini semua mimpi buruk untukku! Setelah bertahun-tahun, aku mengobati luka traumaku ini tiba-tiba aku harus berurusan dengan orang yang dulu menindasku habis-habisan." Sesaat, ia mendongak. Dua bola matanya tak berhenti menatap ke arah lelaki tua bertongkat menuruni anak tangga seraya mengembangkan senyum yang teramat manis. "Apa itu pak David?" tanya shera tak percaya jika orang yang meminjamkan uang pada keluarganya yang usianya terbilang jauh lebih tua dari sang ayah."Ya Tuhan, apa iya aku akan menikah dengan lelaki yang usianya sudah terbilang aki-aki?" Shera tak berhenti berucap dalam hati. Dadanya terasa sangat sesak saat melihat kenyataan pahit yang datang menghampirinya. "Jadi, kamu adiknya Amanda?" tanya pak David yang begitu mengenal sang kakak. "Iya, Pak! Saya Shera Anjani!" kata Shera memperkenalkan dirinya seraya menatap pak David yang mulai duduk di depannya. "Shera Anjani?" tanya pak David mengernyit heran mendengar namanya. "Maafkan saya sebelumnya, Pak. Sebenarnya, kedatangan saya kemari hanya ingin melakukan negosiasi dengan bapak," tutur Shera begitu hati-hati. "Negosiasi?" pak David mulai bingung dengan apa di katakan perempuan yang seumuran dengan putranya. "Tentang persyaratan itu, saya benar-benar tidak mau memenuhinya, Pak. Saya tak tau apa-apa tentang semua ini!" Pak David menghela nafas panjang. Jemari tangan kanan dan kirinya menyatu seraya menatap ke arah Shera yang memohon. "Lalu? Jika kamu tidak mau memenuhi persyaratan itu, bagaimana uang itu? Kakakmu tak mau tanggung jawab dan ayah kamu juga sudah tiada." "Saya akan tanggung jawab untuk mengembalikan uang itu, Pak. Dan saya akan menyicilnya setiap bulan," ucap Shera mencoba tersenyum di atas rasa takut yang mulai datang menguasainya. "Menyicilnya?" "Ya, saya akan menyicilnya!" ucapnya dengan pasti. "Maaf, cantik! Saya tak mau menunggu terlalu lama lagi! Saya ingin kamu memenuhi persyaratan itu atau kamu masuk dalam jeruji besi seumur hidup!" Senyum Shera hilang seketika. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat perkataan yang tak di harapkan keluar dari mulut pak David. "Tapi, Pak!" kata Shera terhenti. "Percayalah! Masa depanmu akan cerah jika kamu memenuhi syarat itu," tutur Pak David mengedipkan mata seraya tersenyum ke arahnya. "Apabila di kemudian hari tak ada kecocokan, kamu bisa melakukan gugatan perceraian. Dan, pernikahan itu harus melewati lima tahun lamanya. Tapi, saya yakin kamu tidak akan melakukannya!" Shera tercekik. Untuk kesekian kalinya ia harus berhadapan dengan lelaki yang bermata jelalatan. "Tamat sudah riwayatku! Ya Tuhan, haruskah aku menikah dengan dia? Dan, lima tahun lamanya, aku baru bisa terlepas dalam pernikahan ini. Sungguh, tak ada pilihan yang baik untukku," gumam batin Shera menahan air mata yang seakan sulit untuk keluar. "Pulanglah! Ambil barang berhargamu dan tinggallah di rumah saya sebelum pernikahan itu berlangsung. Ok!" Shera tak mampu berucap. Bibirnya seakan beku dan tak mampu berucap saat kata pernikahan terdengar olehnya. *** Bara Abisatya menoleh ke arah Shera keluar dari rumah sang ayah. Membuka kaca mata hitamnya seraya menatap ke arah Shera yang masuk ke dalam mobil milik sang ayah. "Kamu sudah pulang?" Suara pak David seketika mengalihkan pandangan Bara. "Iya!" jawab Bara berjalan menghampiri sang ayah. "Bagaimana menurutmu? Apa kamu suka dengan wanita yang barusan pergi?" tanya pak David berharap sang putra tertarik dengan pilihannya. "Jika itu pilihan ayah, lakukanlah!" ucap Bara memasuki rumah yang sudah terbuka lebar itu. "Yes! Akhirnya dia mau menyetujuinya!" gumam pak David merogoh ponsel yang berada dalam saku celananya. Dengan mata mengernyit, jemari tangannya mulai mencari nama seseorang yang akan mengurus pernikahan itu. "Halo, Diandra. Besok kamu urus semuanya! Saya tak mau ada kesalahan yang terjadi!" ucap pak David penuh penekanan. "Baik, Pak!" jawaban yang keluar dari balik benda layar pipih tersebut. "Ok!" Pak David mematikan ponsel miliknya. Senyumnya mengembang saat apa yang ia inginkan akan segera terjadi. "Tak sabar menanti hari esok!" kata pak David memasuki rumahnya kembali. Sedangkan Shera harus meratapi kesedihan yang teramat dalam dengan kenyataan yang ada. "Kenapa harus menikah dengan pak David? Apa kata orang nanti jika tau kalo aku menikah dengan seorang aki-aki?" gerutu Shera seorang diri. Helaan nafas keluar dari hidung mancungnya. Mencoba memejamkan mata saat isi kepalanya penuh dengan pertanyaan. Shera membuka kedua matanya kembali. "Tapi, kenapa ini harus terjadi padaku? Dan kenapa aku harus menikah dengan ayahnya Bara?" Shera meneteskan air matanya kembali. Rasa sakit yang terpendam sekian lama seakan kembali lagi."Daripada aku mati pelan-pelan berhadapan dengan Bara, apa lebih baik aku mendekam dalam penjara saja?""Saya turut prihatin dengan apa yang terjadi pada lea, Bu. Tapi, maaf beribu maaf. Saya tak bisa memenuhi keinginannya itu. Saya sudah menikah!" ucap Bara dengan pasti.Ibu meta tercekat seketika. Harapannya seakan hancur ketika pernyataan itu keluar begitu mudahnya."Jika kamu tak keberatan, kamu bisa menjadikan lea menjadi istri kedua kok, Bar! Kamu nggak perlu buru-buru mengambil keputusan. Kamu juga bisa merundingkan semua ini dengan istri kamu!" ucap ibu Meta yang seketika mengejutkan bara. Sungguh, ia tak menyangka ibu meta memberikan pendapat yang sangat dibenci oleh putrinya."Maafkan saya, Bu. Saya sangat mencintai istri saya. Saya tak mungkin mengkhianati dia!" tegas Bara."Lalu, bagaimana dengan nasib lea, Bar. Kamu tega ya, menyakiti perasaannya di saat terakhirnya? Kamu nggak kasian sama ibu juga?""Maafkan saya, Bu!" Ibu meta terdiam sejenak. Memikirkan alasan yang bisa di terima oleh bara."Ok, Bara. Kalo kamu nggak mau menikah dengan lea. Setidaknya, tolong beri wakt
Sejenak, dua bola manik mata shera beralih ke arah jemari tangan sang oma yang menggenggam kedua tangannya. Perlahan, ia mendongak. Tatapan mata sayu sang oma seakan telah berpihak padanya."Maafkan oma ya, Nak. Tadi oma tak memberitahu lea tentang siapa kamu sebenarnya." Oma menjelaskan."Iya, Oma. Tak apa!" ucap shera menorehkan senyum."Dulu, bara pernah berpesan pada oma untuk tidak memberitahukan statusmu kepada orang lain. Itulah alasan kenapa oma berbohong di hadapan lea. Sungguh, oma tak bermaksud melukai hati kamu, Nak!" tutur oma yang sangat menyesal akan ucapannya satu jam lalu."Iya, Oma. Shera sudah tau, kok!" jawab Shera menorehkan senyum yang masih terasa berat."Syukurlah! Oma lega mendengarnya. Kamu tak usah khawatir. Bara itu tipe yang setia kok. Tak mungkin jika dia tertarik dengan Lea," ujar oma mengembangkan senyumnya kembali. "Semoga saja seperti itu, Oma! Tapi, entah kenapa? Aku merasa bara terpikat kembali dengan mantan kekasihnya itu," gumam batin shera berha
Shera menghela nafas panjang. Mencoba tersenyum meski hatinya masih merasa tak terima dengan apa yang telah terjadi."Meski aku tau oma sedang bersandiwara di depan lea. Tapi kenapa, aku masih merasa tak ikhlas melihat wanita itu masuk dalam keluarga ini? Apalagi sedekat itu dengan oma," gumam shera mengerucutkan bibir mungilnya."Dan bagaimana jika nanti mereka CLBK?""Kenapa mbak Shera?" tanya mbok Darmi yang membuat Shera menoleh. Senyumnya mengembang dan spontan memeluk wanita paruh baya yang dulu pernah menolongnya."Mbok Darmi!" Shera memeluk erat."Shera sangat merindukan mbok Darmi." "Mbak Shera apa kabar? Baik-baik saja kan? Selama mbok pulang kampung?" Mbok Darmi memastikan.Shera melepas pelukannya. Mencoba untuk tersenyum meski hatinya berkata lain."Baik, Mbok!" jawab Shera datar."Tuh kan! Mbok juga bilang apa. Mas bara itu orangnya sangat baik dan penyayang. Apalagi mas bara sampai mengenalkannya sama oma , sudah pasti mbak Shera itu sangat spesial," ucap mbok Darmi Me
FlashbackShera membersihkan meja kerja bara. Beberapa berkas menumpuk berserakan di atas meja."Dari dulu dia memang pintar! Kalo aku yang menghadapi buku sebanyak ini, otakku bisa kopyor seketika," gumamnya menunduk saat ada sesuatu yang terjatuh.Sejenak, Dahi shera mengernyit. Perlahan, ia mengambil sebuah kertas kecil yang mirip dengan foto.GlekTegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Sosok lelaki dan wanita mengenakan seragam sekolah terpampang jelas dalam sebuah foto tersebut. Meskipun, terlihat dari belakang, shera sangat tau jika lelaki itu adalah bara, suaminya."Siapa wanita ini?" tanya batin Shera mengusap foto wanita itu. Terlihat begitu jelas, wanita itu bersandar di bahu bara begitu mesranya."Apa jangan-jangan dia?" Shera terhenti saat bara meraih foto tersebut dan memasukkannya dalam laci."Itu kenangan masa kecilku! Aku harap kamu tidak membuangnya," pinta Bara.Shera hanya mengangguk tanpa kata. Rasanya, tak ada keberanian dalam hati untuk bertanya tentang siapa
Shera?" Rony menegakan salivanya dengan paksa. Mengingat kembali wajah cantik Shera saat berdiri di hadapannya."Ya, mungkin saja itu dia, Pak!" tebak ega begitu sumringah."Mungkin saja itu hanya kebetulan. Dan kalaupun dia orang yang menolongku, sudah pasti dia akan bilang padaku. Bukankah begitu?" tutur Rony yang tak mau membenarkan tebakan dari orang kepercayaannya itu."Ya, tapi kan nggak ada yang mungkin, Pak. Nyatanya, tadi saya juga melihat orang itu berjalan dari lorong deretan kamar ini," kata ega mencoba memastikan."Sudahlah! Kupaskan apel untukku!" perintah Rony.Dengan cepat, ega mengambil buah apel yang tersedia. Mengambil pisau dan mulai mengupas buah berwarna merah hati tersebut."Pak Rony, apakah pak Rony tak berniat mencari seorang istri?" Pertanyaan ega seketika membuat Rony menoleh tajam ke arahnya."Maaf sebelumnya, Pak. Hanya saja, saya kasihan sama bapak. Setiap kali sakit, tak ada yang memperhatikan ataupun menjaga.""Apa bayaran kamu selama ini kurang?" tanya
"Tapi, Kak! Mobil kakak lecet parah, lho! Dan tolong, terimalah ganti rugi ini. Kalo kakak nggak mau menerimanya, bisa-bisa saya nggak bisa tidur karena kelakuan saya kemarin," tutur shera menjelaskan.Rony hanya terdiam. Menatap sendu ke arah shera yang memohon kepadanya."Tolong di terima ya, Kak!" Shera menyerahkan amplop coklat tersebut. Senyumnya mengembang saat rony mau menerimanya."Nanti, kalo kakak sudah sembuh. Dan melihat kondisi mobil kakak yang lecet parah. Dan ternyata uang yang saya berikan kurang, kakak bisa hubungi saya ke nomor ini," tutur Shera menyerahkan nomor telepon yang sudah ia persiapkan sebelumnya.Rony menegak salivanya dengan paksa. Entah kenapa, wanita yang ada di hadapannya itu begitu mahir dan fasih memanggil dirinya dengan sebutan Kakak. "Kakak? Apa kakak baik-baik saja? Kakak sudah makan, kan?" suara manja gadis berumur lima tahun itu terasa masih membekas dalam ingatannya."Kenapa dia mengingatkanku dengan ...," gumam batin rony terhenti tatkala she






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments