Share

Pernikahan

Auteur: Suzy Ru
last update Dernière mise à jour: 2025-07-30 05:20:24

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kamu menjadikan Shera sebagai umpan?" Adit memicing. Tersirat begitu jelas dalam wajah tampannya menyimpan amarah yang siap untuk di lontarkan.

"Aduh! Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan? Tak mungkin juga aku bilang apa yang sebenarnya terjadi? Bisa-bisa dia akan memutuskan hubungan ini?" gumam batin Manda sembari merapatkan bibirnya yang merah merona.

"Kenapa diam? Apa itu benar adanya?"

"Apaan sih, Mas! Bagaimana mungkin aku menjadikan adikku sendiri sebagai umpan? Kayak mancing ikan saja!" gumam Manda mencoba untuk tersenyum meski dalam hati merasa takut akan amarah dari kekasihnya itu."Kalo mas nggak percaya, mas tanya sendiri pada Shera!"

Adit hanya terdiam. Kedua tangannya menopang di pinggang seraya berpikir sejenak.

"Rasanya sangat aneh jika tiba-tiba dia menerima tawaran untuk menikah. Apalagi menjadi istri kedua. Status yang tidak ingin terjadi selama hidupnya!" gumam adit dalam hati.

"Aku harus beritahu shera agar tidak memberitahu Adit tentang semua ini!" gumam batin Manda sembari menggigit bibir bawahnya.

"***

Matahari pagi menampakkan cahayanya. Lentik indah bulu mata Shera tak berhenti mengerjap ketika melihat wajahnya yang terpantul dalam cermin besar yang berada tepat di depannya. Begitu cantik dan mempesona saat polesan make up melekat di wajahnya.

"Ayah, jujur aku masih sangat berat menerima pernikahan ini. Jika waktu bisa di putar kembali, Shera tak mungkin menolak lamaran Digo waktu itu. Yah, meski tak ada rasa cinta di antara kami setidaknya umur kami tidak terlalu jauh. Beda dengan pak David yang seharusnya sangat pantas menjadi kakek shera," ucap Shera menahan airmata yang terkumpul di pelupuk mata.

Ceklek

Pintu terbuka lebar

Shera menoleh dan mencoba tersenyum saat mbok Darmi datang menghampirinya.

"Ya Allah, Non. Non Shera cantik banget!" puji simbok Darmi terkesima melihat calon majikannya itu.

"Makasih, Mbok!" jawab Shera mencoba menutupi kesedihan yang menyelimuti.

Sejenak, Shera menegak salivanya dengan paksa. Sentuhan lembut mbok Darmi membuat hatinya sedikit lega.

"Mbok tau, nona Shera terpaksa menerima pernikahan ini. Tapi, mbok yakin. Pernikahan ini akan membuat non bahagia!" tutur mbok Darmi mengusap punggung tangan gadis yang berusia dua puluh empat tahun itu.

"Bahkan, seorang mbok Darmi saja tau tentang pernikahan terpaksa ini! Padahal, posisinya hanyalah sebagai asisten rumah tangga bukan keluarganya pak David. Ya Tuhan, Mbok! Sungguh, aku tertekan menikah dengan pak David. Meskipun hidupku akan bergelimang harta nantinya, tapi mentalku belum bisa menerima untuk menjadi istri kedua dan memiliki anak tiri yang akan menghajar mentalku habis-habisan," gumam batin Shera bergemuruh.

"Mari, Non! Semua sudah menunggu di bawah!" ajak mbok Darmi yang begitu perhatian.

Shera menghela nafas panjang. Rasanya berat untuk melangkahkan kaki.

"Percayalah, Non! Ini yang terbaik buat nona!" gumam mbok Darmi memberikan semangat.

"Mbok, apa aku boleh memejamkan mata?" tanya Shera yang mengejutkan mbok Darmi."Atau aku diam di sini saja saat ijab qobul berlangsung ya, Mbok? Apa pak David mengijinkannya?"

"Kenapa, Non? Kenapa nona ingin menutup mata dan tak ingin ada di pernikahan?" tanya mbok Darmi penasaran.

"Jujur mbok! Aku belum siap dengan semua ini. Apalagi aku akan menjadi istri kedua. Aku benar-benar tidak sanggup melihatnya!" tutur Shera meluapkan uneg-uneg yang membebani dirinya.

"Istri kedua?" tanya mbok Darmi mengernyitkan dahi.

"Tolong aku ya, Mbok? Tolong bantu aku untuk berbicara dengan pak David?" pinta Shera memohon. Berharap, wanita paruh baya yang baru ia kenal mau menolong dirinya

Lima belas menit kemudian,

Shera mondar-mandir kesana kemari. Pandangan bola matanya terus tertuju ke arah pintu kamar yang tertutup rapat.

Ceklek

Senyum Shera mengembang melihat mbok Darmi tersenyum ke arahnya. Berharap mbok Darmi mengatakan perkataan yang akan membuat dirinya aman dan nyaman.

"Bagaimana, Mbok?" tanya Shera menghampiri asisten rumah tangga pak David.

Sejenak, senyum manis Shera memudar saat mbok Darmi menggelengkan kepala.

"Maaf ya, Non. Semua keluarga pak David ingin melihat nona Shera!" ucap mbok Darmi yang membuat harapan Shera pupus sudah.

Sepuluh menit kemudian

Tek tek tek

Hentakan kaki Shera menggema hingga membuat semua mata tertuju padanya.

"Pa, kenapa wajahnya di tutupi kerudung, sih? Kan mama ingin melihat dengan jelas wajahnya!" gumam ibu Dewi selaku istri pak David.

"Nggak apa, Ma. Yang terpenting dia mau menemui keluarga besar kita. Lagian juga, masih kelihatan kan kalo dia itu begitu cantik?" tunjuk pak David ke arah Shera.

"Iya, sih! Tapi kan ...," kata ibu Dewi terhenti.

"Setelah ijab Qabul selesai, mama bisa melihat dengan jelas dan berbicara dengannya." Jemari tangan pak David begitu lembut membelai rambut sang istri yang tersanggul itu."Ya sudah, papa ke sana dulu, ya! Papa bener-bener nggak mau melewatkan momen sakral ini!"

Ibu Dewi mengangguk tersenyum seraya melepas tangan suaminya. Tatapan matanya yang sayu tertuju ke arah suaminya yang mulai duduk dekat penghulu.

Shera terus tertunduk. Sungguh, ia benar-benar tidak mau melihat semua orang yang hadir dalam pernikahan tersebut. Antara malu dan malu. Ia tak mau semua orang menggunjingnya dan mencaci makinya hanya karena dirinya mau menikah dengan lelaki tua seperti pak David.

"Pelan-pelan, Non!" bisik mbok Darmi menuntun Shera yang tak mau lepas dari genggamannya.

"Iya, Mbok!" lirih Shera yang mulai duduk di kursi pelaminan yang tersedia. Tanpa memandang orang di sekelilingnya termasuk calon mempelai laki-laki yang duduk di sampingnya.

"Tinggal beberapa menit lagi, statusku akan berubah menjadi seorang istri. Hah! Lebih tepatnya menjadi ISTRI KEDUA!"desah batin Shera yang terus saja menunduk meski menahan rasa pegal di leher.

"Bagaimana Mas Bara? Apa bisa kita mulai ijab qobulnya?"

Glek

Tegakkan saliva mengalir dengan paksa. Spontan ia mendongak dan menoleh saat perkataan penghulu yang mengejutkan dirinya.

"Iya!" jawab Bara dengan singkat.

"Bara?" tanya batin Shera seakan tak percaya dengan kenyataan yang ada."Apa aku ini sedang bermimpi atau ini benar-benar kenyataan?"

Kedua bola mata Shera berputar. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap saat melihat pak David yang menjadi saksi pernikahannya.

Terlihat begitu jelas, semua orang tersenyum dan menantikan pernikahannya itu.

"Saudara Bara Abisatya bin David Abisatya, saya nikahkan Engkau dengan Shera Anjani binti Mahendra Barata dengan mas kawin tiga ratus juta delapan ratus dua ribu rupiah di bayar tunai!" Pernyataan wali hakim membuat suasana hening dan penuh penantian.

"Saya terima nikah dan kawinnya Shera Anjani binti Mahendra Barata dengan mas kawin tersebut di bayar TUNAI!" ucap Bara begitu lantang.

Shera merapatkan bibir mungilnya. Dirinya mendadak bingung dengan pernikahan yang membuat dirinya terkejut setengah mati.

"Bagaimana para Saksi? Sah?"

"Sah!"

Shera menitikkan air mata begitu saja. Ia benar-benar tidak menyangka akan menikah tanpa ada satu keluarga pun yang datang.

"Istrinya Bara?" batin Shera seakan tak percaya. Lentik bulu matanya tak berhenti mengerjap menatap punggung Bara yang terbalut jas putih yang di kenakan.

"Bagaimana bisa dan dengan tiba-tiba aku menikah dengan Bara? Sungguh hal yang sangat mengejutkan bagiku," gumam batin Shera tersenyum di atas buliran kristal yang jatuh membasahi pipi."Tapi, setidaknya aku bersyukur karena aku terbebas dari pernikahan dengan pak David. Terbebas dari gunjingan semua orang. Meskipun, neraka satunya dengan nyata akan aku hadapi," Shera menghela nafas panjang. Mencoba untuk tersenyum meski dirinya masih diselimuti kecemasan tiada tara.

Shera menoleh ke arah Bara yang masih sibuk dengan pena di tangan. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa. Shera tersadar bahwa ia menikah dengan lelaki yang dulu membencinya. Apa dia tau kalo aku adalah shera yang pernah di .... Ah! Sudahlah! Aku tak mau bertanya-tanya lagi. Otakku sangat lelah berpikir semua ini. Ya Tuhan, semoga saja ada keajaiban lagi dalam kehidupanku selanjutnya!" harap Shera dalam hati.

Sejenak, dua bola matanya tertuju ke arah jemari tangannya yang bersiap menerima cincin berlian yang akan melingkar dalam jari tengahnya. Suatu simbol yang akan menjadikan dirinya sebagai nyonya Bara Abisatya.

Dengan tangan gemetar, ia pun beralih memakaikan cincin di tangan suaminya itu.

"Duh, kepalaku!" batin Shera memejamkan kedua mata. Dan tiba-tiba semua berubah menjadi gelap.

Buk

Shera terkulai lemas dan tak sadarkan diri.

Semua bingung melihatnya. Dengan cepat dan sigap, Bara membopong tubuh ala bridal yang di miliki istrinya itu.

"Apa yang terjadi? Apa pengantinnya hamil?" Pertanyaan seseorang terdengar jelas di telinga Bara saat melintas di depannya.

"Hamil?" tanya Bara menatap wajah cantik Shera yang berada di gendongannya."Apa jangan-jangan dia menerima pernikahan ini karena tak mendapatkan pertanggungjawaban dari kekasihnya?"

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Pasar Malam

    "Sesudah dari rumah sakit, kita pergi ke pasar malam, yuk!" pinta Shera menggandeng tangan bara."Pasar malam?" tanya bara mengernyitkan dahi. Melirik ke arah Kevin yang berjalan tak jauh darinya sembari membawa bingkisan parcel tersebut.Kevin hanya menganggukkan kepala. Seakan memberi isyarat kepada tuan mudanya itu.Shera memicing menatap sang suami yang beralih menatapnya. Terlihat begitu jelas, ada sesuatu yang di sembunyikan dari mereka berdua."Jangan bilang kamu tak mengerti pasar malam?" "Kata siapa aku tak mengerti pasar malam. Mengertilah!" ucap bara menoel hidung mancung istrinya itu."Serius?" Shera seakan tak percaya.Bara menghela nafas panjang. Perlu ekstra hati-hati untuk berbicara pada istrinya saat ini. "Bukankah waktu sekolah dulu, kamu pernah bekerja di pasar malam?" tutur Bara mulai meyakinkan."Ternyata dia juga tau saat aku bekerja di pasar malam?" tanya batin Shera menyeringai. Benar-benar tidak menyangka, bara memperhatikan dirinya di saat hubungan mereka se

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    rindu seorang ibu

    "Kamu harusnya sadar diri. Jika perceraian itu tiba, jangan menuntut apa-apa lagi. Setidaknya, kamu dan keluargamu berterimakasih pada kami karena sudah melunasi hutang dan memberikan fasilitas yang layak. Dan apabila kamu melahirkan anak, sudah pasti kamu mendapatkan hadiah lebih dari istriku. Jadi, aku peringatkan sekali lagi. Untuk sadar diri!" Perkataan pak David sebelum pernikahan terjadi terlintas kembali dalam benaknya.Shera tersenyum saat Bara tiba-tiba melihatnya. Sosok lelaki yang dulu sangat ia benci kini telah mengisi relung hatinya. "Saling memiliki dan saling mencintai. Dia bilang seperti itu padaku! Tapi, tetap saja sepuluh tahun ke depan perceraian datang menanti. Gara-gara sebuah perjanjian, aku harus menelan kebahagiaanku bersamanya. Entah apa sebenarnya yang ia sembunyikan padaku, sampai-sampai dia tak mampu melawan perjanjian yang telah ditetapkan oleh pak David. Sebelum merubah isinya kembali, setidaknya dia berbicara dulu denganku. Mengubah salah satu perjanjia

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Masalah shera

    Mama Dewi mendongak. Bibirnya merapat mengimbangi rasa takut yang datang menghampiri."Aduh! Papa bangun lagi," gumam mama dewi memasukkan foto itu kembali ke dalam laci meja.Sesaat, ia menoleh. Bernafas lega saat sang suami tidur kembali."Syukurlah! Papa tak mendengarnya," ucap mama Dewi kembali merebahkan tubuhnya. Perlahan, jemari tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kedua matanya mengerling menatap ke arah atas seraya mengingat kenangan indah saat bersama Rony, anak angkat Mana Dewi dan pak David sebelum mempunyai Kiara dan Bara."Rony, mama sangat merindukanmu, Nak!" gumam batin mama Dewi memejamkan kedua mata. Meneteskan air mata yang tertahan di pelupuk mata. Rasa rindu yang membuncah terasa begitu sakit hingga menusuk hati."Semoga saja, waktu bisa mempertemukan kita kembali!" harap mama dewi.****Shera menyeringai melihat bara yang begitu sibuk dengan pekerjaannya. Melangkah perlahan sembari membawakan secangkir kopi untuk sang suami tercinta."Apa masih lam

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Rindu yang tak tertahankan

    "Kevin, siapkan mobil!" Suara bara terdengar dari balik handphone Kevin.Kevin terbangun. Baru saja ia merebahkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa lelah. Tiba-tiba, ada perintah yang menghampiri."Buat apa, Mas?Bukankah jadwal acaranya besok pagi?" tanya Kevin mencoba mengingatkan."Batalkan semua! Kita pulang ke Malang sekarang juga!" Bara mematikan ponselnya seketika.Kevin mengernyit heran. Sejenak, ia berpikir. Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga besar atasannya itu. Sampai-sampai, menyuruhnya untuk pulang secara tiba-tiba."Digo juga tak ada kabar. Biasanya, kalo ada masalah dengan keluarga besar, digo selalu memberi kabar padaku," ucap Kevin berpikir sejenak."Apa jangan-jangan mbak Shera kenapa-kenapa?"Drt ... Drt ...Kevin beranjak dari tempatnya. Bergegas berlari keluar dari kamar, saat panggilan bara tertuju kembali padanya.Sepanjang perjalanan, Bara mendesah sebal saat Pikirannya selalu tertuju ke arah shera. Kedua matanya memicing ke arah depan yang macet total.

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Keyakinan Manda

    "Dokter salah paham. Dia bukan suami saya," tutur Shera mencoba menjelaskan. Namun percuma saja. Dokter itu melangkah menjauh darinya saat ada panggilan mendesak yang datang."Huft!" Helaan nafas keluar dari mulut dan hidung mancungnya. Duduk kembali sembari menjinjing rok panjang yang ia kenakan. Memastikan keadaan kaki kirinya yang terluka."Pantes saja, masih nyeri. Ternyata, lukanya sepanjang ini," gumam Shera menutup kembali rok panjangnya.Sesaat, pandangan matanya beralih ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Hampir satu jam berlalu, ia duduk seorang diri menunggu orang yang telah ia tolong."Kenapa tak ada satupun keluarganya yang ke sini? Apa mungkin ...," kata shera terhenti saat ada seseorang lelaki yang datang menghampiri."Apa Anda yang menghubungi saya menggunakan handphonenya pak Rony?" tanya lelaki tersebut yang merupakan sopir pribadi."Iya. Ini dompet dan handphone beliau," ucap Shera menyerahkan dompet coklat kecil dan benda layar pipih yang te

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    curahan hati Adit

    "Jika ada waktu, kamu ke sini, ya! Kakak butuh kamu," sebuah chat manda yang mengingatkan Shera kembali."Apa karena ini? Kak Manda memyuruhku ke sana?" batin shera bertanya. Memicing ke arah wanita yang terus saja melingkarkan tangan di lengan sahabatnya itu."Mas Adit, ada banyak hal yang perlu kita bicarakan!"Shera mendesah sebal. Memalingkan muka dan tak ingin melihat sikap manja yang keluar dari kekasih baru sahabatnya itu.Melangkah pergi meninggalkan mereka berdua yang masih saja berdiskusi.Lima menit sudah, Shera duduk seorang diri. Menunggu seseorang yang seharusnya bisa menyelesaikan beberapa pertanyaan yang bergelut dalam pikirannya.Shera mendongak. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa ketika Adit mulai datang dan duduk di sampingnya."Shera!" "Bagaimana dengan kak Manda, Mas?" Shera menoleh. Tersirat jelas, adit menunduk dan tak mampu menatapnya. Seakan rasa bersalah mulai datang menyelimuti diri lelaki berusia dua puluh tujuh tahun tersebut."Mas Adit telah putus d

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status