Home / Romansa / Suamiku adalah Musuh bebuyutanku / Alasan yang tidak bisa di pungkiri

Share

Alasan yang tidak bisa di pungkiri

Author: Suzy Ru
last update Last Updated: 2025-07-30 05:17:33

"Menurut saya akan lebih baik nona melaksanakan pernikahan itu. Meski sangat bertolak belakang dengan hati nona, setidaknya nona bisa meneruskan masa depan nona sendiri. Sedangkan kalo di penjara, sudah pasti masa depan nona akan kelam. Pak David orangnya sangat baik tetapi beliau juga terkenal dengan raja tega. Jika ada yang membangkang perintahnya apalagi menyangkut dengan uang, beliau tak akan segan-segan memberikan hukuman yang setimpal. Seperti teman saya, sampai sekarang pun masih bertahan dalam jeruji besi!" Perkataan orang suruhan pak David kala mengantar Shera pulang.

Shera menghela nafas berat. Jemari tangannya meraih figura yang terdapat foto sang ayah, sang kakak dan dirinya.

"Ayah, jika ayah tau posisi Shera seperti ini, apakah ayah akan tetap meminta shera untuk mengalah pada kak Manda? Sungguh, Shera sangat keberatan, ayah!" gumam Shera meluapkan rasa kesal yang teramat sesak di dada.

Ceklek

Shera menoleh ke arah pintu yang mulai terbuka. Tatapan matanya memicing menatap sang kakak yang berjalan tersenyum menghampirinya. Tanpa ada beban dan rasa bersalah sedikitpun pada dirinya.

"Kamu kenapa menatapku seperti itu? Nih, aku bawakan makanan buat kamu. Bakmi goreng pedas level 3. Itu makanan favorit kamu kan?" Manda meletakkan makanan dan minuman yang di beli tepat di depan Shera.

"Kenapa kakak harus lari dari tanggung jawab?" Pertanyaan Shera yang membuat Manda menoleh. Terlihat begitu jelas, raut wajah cantik yang di miliki adiknya menyimpan kemarahan yang tertahan.

Manda menghela nafas panjang. Mencoba bersikap tenang menghadapi amarah yang menguasai diri adiknya itu.

"Bukankah aku sudah bilang padamu, kenapa aku melimpahkan semua itu padamu? Apa kamu tak membaca chat dari kakak?"

Brak

Manda tercekat seketika. Untuk pertama kalinya, ia melihat amarah Shera memuncak. Menendang kursi kayu begitu kerasnya, hingga terlempar menjauh darinya.

"Bagaimana mungkin kakak menjaminkan masa depanku, kak? Kakak bilang, kakak berhutang untuk pengobatan ayah? Tapi, kenapa hutangnya sebanyak itu? Dan Shera tau betul, pengobatan ayah tidak sampai lima ratus juta. Lalu, kemana sisanya, Kak?" Cecar Shera yang penuh dengan penyesalan.

Manda menghela nafas berat. Bibirnya mengecap seraya membenarkan rambutnya yang terurai panjang.

"Kamu mau tau, sisanya buat apa?" tanya Manda memegang pundak Shera.

"Nggak usah pegang-pegang!" tepis Shera menjauhkan tangan kakaknya.

"OK ok! Kakak tau apa yang kamu rasakan saat ini! Ok!" ucap Manda mencoba meredam amarah Shera."Tunggu sebentar!"

Shera menghela nafas berat. Sungguh, hari ini ia ingin sekali bertengkar dengan kakaknya. Menendang, menjambak dan menamparnya hingga rasa sakit yang tertahan hilang dari dirinya. Namun, keinginan itu tak terwujud ketika ia tau posisinya dalam keluarga.

Sejenak, kedua alisnya bertaut ketika Manda memberikan beberapa lembar kertas yang keluar dari amplop coklat.

"Nih! Lihatlah! Kakak sengaja menyimpan semua agar kamu tau apa yang sebenarnya terjadi!" ucap Manda dengan nada emosional.

Shera menegak salivanya dengan paksa. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap ketika melihat rincian pengeluaran yang tertera dalam kertas tersebut. Secara tidak langsung, dialah yang paling banyak memakai uang yang di pinjam oleh ayahnya.

"Apa kamu masih menyalahkan kakak lagi?" tanya manda yang membuat shera tak mampu menjawab.

Setengah jam kemudian, Shera duduk termenung seorang diri. Menatap ke arah koper yang bersiap menemaninya untuk pindah ke rumah pak David.

"Pesan ayah hanya satu! Apapun yang terjadi, jangan pernah menyakiti kak Manda! Ingatlah! Karenanya, kamu bisa bertahan hidup sampai detik ini."

Perkataan sang ayah beberapa tahun silam melintas kembali dalam ingatannya. Hati yang tadinya terasa bergemuruh menentang keadaan perlahan mulai menerima kenyataan yang ada.

"Mungkin ini sudah takdirku untuk menikah dengan lelaki tua seperti pak David. Dan, dengan cara ini, aku bisa membalas apa yang telah dilakukan kak Manda waktu itu. Meskipun aku tau, aku akan masuk ke dalam ke neraka kembali," gumam Shera mencoba mengembangkan senyum meski terasa masih berat.

***

Di rumah pak David

Shera mendongak menatap ke arah rumah mewah yang ukurannya minimalis itu. Sungguh, seperti keinginan waktu dulu memiliki rumah sederhana namun berkelas.

"Selamat malam, nona Shera!" Suara serak basah keluar dari wanita paruh baya yang berdiri tersenyum menyambut kedatangannya.

"Malam!" jawab Shera membalas senyumannya itu.

"Saya Mbok Darmi, asisten rumah tangga di rumah ini! Mari masuk! Saya bawakan kopernya!" ujar mbok Darmi meraih koper milik Shera.

"Tidak usah, Mbok! Biar saya saja!" tolak Shera memegang tangan mbok Darmi.

"Tak mengapa, Non! Ini tugas simbok melayani tamu istimewa di rumah ini. Tolong kerjasamanya, ya!" Perkataan mbok Darmi yang seketika membuat Shera tak mampu menolaknya lagi.

Untuk kedua kalinya, ia mendengar orang suruhan pak David memohon padanya.

Shera mengikuti langkah kaki yang berjalan terlebih dulu darinya.

Sejenak, dua bola matanya berputar mengamati seisi rumah yang begitu rapi nan cantik.

"Andaikan saja, rumah Ini adalah milik orang yang aku suka. Sudah pasti aku akan sangat bahagia hidup bersamanya. Sungguh, dekorasinya sangat persis dengan keinginanku waktu dulu," gumam batin Shera tersenyum dalam hati.

"Nah, ini kamar untuk nona Shera! Jika nona membutuhkan sesuatu, jangan sungkan-sungkan memanggil saya!" pinta mbok Darmi yang begitu ramah kepadanya.

"Iya, Mbok! Terimakasih," acap Shera melihat wanita paruh baya itu mulai keluar dari kamar.

Shera menghela nafas berat. Sejenak, dua bola matanya memicing ke arah figura yang tertempel di dinding kamar.

Tenggorokan Shera tercekik hebat. Sungguh, ia tak menyangka jika besok ia akan menjadi ibu tiri dari orang yang dulu pernah menindasnya habis-habisan.

"Ya Tuhan, aku tak bisa bayangkan kalo aku bertemu dengannya. Sudah pasti, dia akan mengataiku sebagai wanita murahan, matre ataupun apa!" gumam shera merebahkan tubuhnya tepat di kasur empuk yang tersedia.

Tok tok

Shera bangkit dari tempatnya. Berjalan ke arah pintu yang tertutup rapat.

Ceklek

Shera membuka pintu tersebut. Senyumnya kembali mengembang saat simbok Darmi menghampiri dirinya lagi.

"Maaf, Non. Ini makan malam dari Mas Bara!" Kata simbok Darmi menyodorkan kotak makanan beserta minuman untuk Shera.

Shera mengernyit heran. Bagaimana bisa Bara memberikannya makan malam untuknya. Pertanyaan itu menaungi pikirannya saat ini.

"Mas Bara?" tanya Shera memastikan.

"Iya, Non. Mungkin mas Bara lelah, jadi mas Bara menyuruh simbok mengantar makanan ini untuk nona shera," kata simbok menjelaskan.

"Jadi, dia tinggal di sini, Mbok?" tanya Shera memastikan.

Simbok Darmi terkekeh saat pertanyaan itu terlontar dari bibir Shera.

"Ya iya, Non. Ini kan rumahnya mas Bara. Nona Shera lucu banget sih!" acap mbok Darmi yang membuat shera terdiam."Ya sudah, simbok ke dapur dulu. Silahkan di makan non!" ucap simbok Darmi melangkah pergi meninggalkan shera yang seakan tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Ya Tuhan, bagaimana bisa pak David menyuruhku bermalam di rumahnya Bara? Apalagi, sebentar lagi dia akan menjadi anak tiriku! Sungguh, aku belum siap untuk bertemu dan bertatap muka dengannya,"gumam Shera menatap ke arah kotak nasi tersebut.

***

"Argh, untung saja aku merencanakannya dengan semaksimal mungkin. Rasanya lega banget jika Shera yang memenuhi persyaratannya pak David!" gumam batin Manda seraya tersenyum saat Adit menghampiri dirinya.

"Kamu sendirian?" tanya Adit celingak-celinguk sembari duduk di depan Manda.

"Iya, Mas! Dan, aku ke sini mau memberikan sesuatu padamu!" ucap Manda merogoh sesuatu dalam tasnya.

Adit terbelalak kaget saat Manda memberikan setumpuk uang untuknya.

"Ini Mas! Semoga bisa membantu pengobatan ibu!" ujar Manda menyodorkan uang untuk Adit.

"Darimana kamu mendapatkan uang ini?" tanya Adit penasaran.

"Ehmmm, aku mendapatkan uang ini dari shera, Mas!" jawab Manda yang seketika mengejutkan kekasihnya itu.

"Shera?" tanyanya memastikan.

"Heem. Besok, Shera akan menikah dengan pengusaha Batu Bara. Makanya dia memberikanku uang sebanyak ini. Dia benar-benar adikku yang baik hati," gumam Manda duduk di bangku yang tersedia.

"Menikah?" tanya Adit seakan tak percaya dengan penuturan kekasihnya itu. Padahal, dua hari yang lalu. Shera pernah bercerita kalo dia tak mau di madu.

"Ya, meskipun menjadi istri kedua, sih!" Pernyataan Manda semakin membuat Adit tercekat.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa dia menerima pernikahan yang menjadikannya sebagai istri kedua?" tanya Adit dalam hati.

Adit dan Shera bersahabat dari kecil. Apapun yang terjadi mereka selalu sharing satu sama lain. Meskipun, Adit memilih Manda untuk menjadi kekasihnya namun adit tetap memberikan perhatian lebih pada Shera.

Sejenak, Senyum Manda memudar tatkala pandangan Adit tertuju padanya.

"Apa yang terjadi? Apa kamu menjadikan Shera sebagai umpan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Pasar Malam

    "Sesudah dari rumah sakit, kita pergi ke pasar malam, yuk!" pinta Shera menggandeng tangan bara."Pasar malam?" tanya bara mengernyitkan dahi. Melirik ke arah Kevin yang berjalan tak jauh darinya sembari membawa bingkisan parcel tersebut.Kevin hanya menganggukkan kepala. Seakan memberi isyarat kepada tuan mudanya itu.Shera memicing menatap sang suami yang beralih menatapnya. Terlihat begitu jelas, ada sesuatu yang di sembunyikan dari mereka berdua."Jangan bilang kamu tak mengerti pasar malam?" "Kata siapa aku tak mengerti pasar malam. Mengertilah!" ucap bara menoel hidung mancung istrinya itu."Serius?" Shera seakan tak percaya.Bara menghela nafas panjang. Perlu ekstra hati-hati untuk berbicara pada istrinya saat ini. "Bukankah waktu sekolah dulu, kamu pernah bekerja di pasar malam?" tutur Bara mulai meyakinkan."Ternyata dia juga tau saat aku bekerja di pasar malam?" tanya batin Shera menyeringai. Benar-benar tidak menyangka, bara memperhatikan dirinya di saat hubungan mereka se

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    rindu seorang ibu

    "Kamu harusnya sadar diri. Jika perceraian itu tiba, jangan menuntut apa-apa lagi. Setidaknya, kamu dan keluargamu berterimakasih pada kami karena sudah melunasi hutang dan memberikan fasilitas yang layak. Dan apabila kamu melahirkan anak, sudah pasti kamu mendapatkan hadiah lebih dari istriku. Jadi, aku peringatkan sekali lagi. Untuk sadar diri!" Perkataan pak David sebelum pernikahan terjadi terlintas kembali dalam benaknya.Shera tersenyum saat Bara tiba-tiba melihatnya. Sosok lelaki yang dulu sangat ia benci kini telah mengisi relung hatinya. "Saling memiliki dan saling mencintai. Dia bilang seperti itu padaku! Tapi, tetap saja sepuluh tahun ke depan perceraian datang menanti. Gara-gara sebuah perjanjian, aku harus menelan kebahagiaanku bersamanya. Entah apa sebenarnya yang ia sembunyikan padaku, sampai-sampai dia tak mampu melawan perjanjian yang telah ditetapkan oleh pak David. Sebelum merubah isinya kembali, setidaknya dia berbicara dulu denganku. Mengubah salah satu perjanjia

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Masalah shera

    Mama Dewi mendongak. Bibirnya merapat mengimbangi rasa takut yang datang menghampiri."Aduh! Papa bangun lagi," gumam mama dewi memasukkan foto itu kembali ke dalam laci meja.Sesaat, ia menoleh. Bernafas lega saat sang suami tidur kembali."Syukurlah! Papa tak mendengarnya," ucap mama Dewi kembali merebahkan tubuhnya. Perlahan, jemari tangannya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kedua matanya mengerling menatap ke arah atas seraya mengingat kenangan indah saat bersama Rony, anak angkat Mana Dewi dan pak David sebelum mempunyai Kiara dan Bara."Rony, mama sangat merindukanmu, Nak!" gumam batin mama Dewi memejamkan kedua mata. Meneteskan air mata yang tertahan di pelupuk mata. Rasa rindu yang membuncah terasa begitu sakit hingga menusuk hati."Semoga saja, waktu bisa mempertemukan kita kembali!" harap mama dewi.****Shera menyeringai melihat bara yang begitu sibuk dengan pekerjaannya. Melangkah perlahan sembari membawakan secangkir kopi untuk sang suami tercinta."Apa masih lam

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Rindu yang tak tertahankan

    "Kevin, siapkan mobil!" Suara bara terdengar dari balik handphone Kevin.Kevin terbangun. Baru saja ia merebahkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa lelah. Tiba-tiba, ada perintah yang menghampiri."Buat apa, Mas?Bukankah jadwal acaranya besok pagi?" tanya Kevin mencoba mengingatkan."Batalkan semua! Kita pulang ke Malang sekarang juga!" Bara mematikan ponselnya seketika.Kevin mengernyit heran. Sejenak, ia berpikir. Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga besar atasannya itu. Sampai-sampai, menyuruhnya untuk pulang secara tiba-tiba."Digo juga tak ada kabar. Biasanya, kalo ada masalah dengan keluarga besar, digo selalu memberi kabar padaku," ucap Kevin berpikir sejenak."Apa jangan-jangan mbak Shera kenapa-kenapa?"Drt ... Drt ...Kevin beranjak dari tempatnya. Bergegas berlari keluar dari kamar, saat panggilan bara tertuju kembali padanya.Sepanjang perjalanan, Bara mendesah sebal saat Pikirannya selalu tertuju ke arah shera. Kedua matanya memicing ke arah depan yang macet total.

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    Keyakinan Manda

    "Dokter salah paham. Dia bukan suami saya," tutur Shera mencoba menjelaskan. Namun percuma saja. Dokter itu melangkah menjauh darinya saat ada panggilan mendesak yang datang."Huft!" Helaan nafas keluar dari mulut dan hidung mancungnya. Duduk kembali sembari menjinjing rok panjang yang ia kenakan. Memastikan keadaan kaki kirinya yang terluka."Pantes saja, masih nyeri. Ternyata, lukanya sepanjang ini," gumam Shera menutup kembali rok panjangnya.Sesaat, pandangan matanya beralih ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Hampir satu jam berlalu, ia duduk seorang diri menunggu orang yang telah ia tolong."Kenapa tak ada satupun keluarganya yang ke sini? Apa mungkin ...," kata shera terhenti saat ada seseorang lelaki yang datang menghampiri."Apa Anda yang menghubungi saya menggunakan handphonenya pak Rony?" tanya lelaki tersebut yang merupakan sopir pribadi."Iya. Ini dompet dan handphone beliau," ucap Shera menyerahkan dompet coklat kecil dan benda layar pipih yang te

  • Suamiku adalah Musuh bebuyutanku    curahan hati Adit

    "Jika ada waktu, kamu ke sini, ya! Kakak butuh kamu," sebuah chat manda yang mengingatkan Shera kembali."Apa karena ini? Kak Manda memyuruhku ke sana?" batin shera bertanya. Memicing ke arah wanita yang terus saja melingkarkan tangan di lengan sahabatnya itu."Mas Adit, ada banyak hal yang perlu kita bicarakan!"Shera mendesah sebal. Memalingkan muka dan tak ingin melihat sikap manja yang keluar dari kekasih baru sahabatnya itu.Melangkah pergi meninggalkan mereka berdua yang masih saja berdiskusi.Lima menit sudah, Shera duduk seorang diri. Menunggu seseorang yang seharusnya bisa menyelesaikan beberapa pertanyaan yang bergelut dalam pikirannya.Shera mendongak. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa ketika Adit mulai datang dan duduk di sampingnya."Shera!" "Bagaimana dengan kak Manda, Mas?" Shera menoleh. Tersirat jelas, adit menunduk dan tak mampu menatapnya. Seakan rasa bersalah mulai datang menyelimuti diri lelaki berusia dua puluh tujuh tahun tersebut."Mas Adit telah putus d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status