Share

3 Memasang CCTV

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2023-03-18 19:18:31

Hari ini Rani belum pulang ke sekolah. Sengaja aku memasang CCTV di kamar anakku itu, termasuk di semua sudut rumahku. Aku hanya penasaran dengan lelaki yang merusak masa depan anakku. Selain itu, aku juga membutuhkan bukti agar Rani tak bisa mengelak.

Namun, belum sempat tukang pasang CCTV menyelesaikan pekerjaannya, telingaku mendengar suara deru mobil berhenti di depan rumah.

Aku segera melangkah dengan cepat guna memastikan siapa yang datang. Dadaku berdegup resah. Aku sepertinya kenal dengan suara mesin mobilnya.

Benar saja tebakanku, suara mobil itu ternyata dari mobil Mas Fery saat aku telah memastikan dari jendela depan rumah. Keresahan kian bertambah. Aku khawatir Rani menumpang dan pulang bersama Mas Fery. Bukan apa-apa, kalau Rani sampai tahu dengan CCTV itu maka rencanaku akan gagal.

Aku segera keluar membuka pintu utama yang ku tutup kembali. Aku berdiri di depan rumah dengan menatap ke arah pintu mobil Mas Fery. Namun yang keluar dari sedan hitam itu hanya Mas Fery sendiri. Dia berjalan mendekat ke arahku.

"Mas sudah pulang?" tanyaku basa-basi. Sedikit gugup. Aku masih khawatir ada Rani di dalam mobil suamiku.

"Iya. Hari ini pekerjaan selesai lebih awal," jawab Mas Fery dengan mengukir senyum tipis.

"Apa Rani bersama, Mas?" Aku segera bertanya lagi untuk memastikan.

Mas Fery menggelengkan kepala kemudian menjawab, "Tidak."

Aku menghela napas lega. Syukurlah kalau begitu. Aku mengusap dada dengan jemari tangan saat rencanaku ini masih aman dari anakku.

"Ada apa sih, Mia?" Mas Fery bertanya kemudian meluruskan jari telunjuknya pada mobil putih yang terparkir di depan rumah kami. "Itu mobil siapa?" imbuhnya bertanya lagi.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Mas Fery, tampak dua orang lelaki dengan seragam ala seles CCTV keluar dari rumahku.

"Permisi, Nyonya. Pekerjaan kami telah selesai," lapor dua lelaki yang telah memasang CCTV tadi saat telah keluar dari rumah dan masih berdiri di hadapanku juga Mas Fery.

Mas Fery tampak mengernyitkan dahi, mungkin merasa aneh. Aku yakin dia paham dengan seragam yang dipakai dua lelaki itu. Aku segera merogoh kocek lalu kuberikan pada salah satu dari seles yang memasang CCTV.

"Ini untuk uang sakunya. Terima kasih ya," ucapku pada dua lelaki itu yang dibalas anggukan kepala dan senyuman ramah. Mereka kemudian pergi dengan mobil serba putihnya.

Mas Fery masih dengan tatapannya kepadaku. Sorot matanya tajam seperti hendak marah namun aku yakin dia tak akan marah kok.

"Kamu pasang CCTV ya?!" Mas Fery bertanya lagi. Kali ini nada suaranya bahkan terdengar ketus. Aku tak mengerti. Mungkin karena tanpa sepengetahuannya.

"Kita bicara di dalam ya, Mas," ajakku seraya menarik tangan suamiku dengan lembut. Kami masuk ke kamar lalu duduk bersama di atas ranjang untuk berbicara.

"Kenapa sih?" Mas Fery bertanya lagi. Kedua alisnya bahkan terlihat naik ke atas.

"Iya, Mas. Aku memasang CCTV." Aku menjawab segera.

"Mengapa tak minta izin aku dulu?" Suara Mas Fery lagi-lagi terdengar ketus seperti tak suka dengan langkah yang sudah aku lakukan.

"Aku minta maaf, Mas. Aku tidak punya waktu banyak. Aku tergesa-gesa. Aku punya alasan," jawabku dengan alasan.

"Alasan apa?" Mas Fery mendengus kesal. Mungkin dia marah. Tapi aku yakin setelah aku jelaskan pasti marahnya akan hilang.

"Alasannya Rani, Mas," jawabku seraya tertunduk lesu. Aku terpaksa harus bercerita ini pada suamiku. Biar bagaimana pun dia suamiku. Dia harus tahu keluh kesah dan kegundahan yang tengah aku rasakan saat ini. Usia Mas Fery tak jauh denganku. Aku yang berusia tiga puluh enam tahun, sementara Mas Fery tiga puluh delapan. Kami masih belum terlalu tua dan masih bisa mengerti mengenai tingkah anak muda jaman sekarang.

"Kenapa dengan, Rani?" Mas Fery mendelik. Ia masih saja terlihat kesal kepadaku. Aku bisa melihat dari raut wajahnya dan hembusan napas yang dikeluarkannya dengan kasar.

Mataku mulai berkaca-kaca. Kesedihan kembali menyeruak di dalam dada tatkala harus mengingat kembali kecurigaanku terhadap anak tunggalku itu.

"Aku menemukan kondom di dalam kamar, Rani," jelasku terpaksa. Mas Fery tampak terkejut. Bola matanya membulat sempurna. Kali ini tak terlihat marah. Namun lebih terlihat kaget mendengar ungkapanku barusan.

"Maksud kamu, alat kontrasepsi pria dewasa?" Mas Fery memastikan. Aku segera mengangguk lesu.

"Tempo lalu saat kamu tak pulang, aku bahkan mendengar suara desahan di kamar, Rani. Aku mencurigai Rani tengah membawa laki-laki masuk ke rumah ini, Mas. Maka dari itu aku segera pasang CCTV sebelum Rani pulang sekolah," jelasku dengan sendu. Bagaimana tidak, aku benar-benar takut kalau Rani telah berbuat yang aneh-aneh

"Mungkin kamu salah, Mia. Bisa saja itu bukan milik, Rani." Mas Fery terdengar membela Rani. Mungkin lebih tepatnya berusaja bijaksana dalam menyikapi masalah. Tatapannya kini berubah. Tak terlihat marah. Namun lebih terlihat gelisah, sama seperti aku.

"Aku yakin itu milik, Rani. Aku mendapatkan kondom itu tepat di bawah selimut Rani. Kita semua tahu, Rani tak pernah membawa teman pria ke rumah ini, kecuali teman perempuannya, Lusi." Aku menekan kembali.

"Bisa jadi, Lusi. Dia memfitnah Rani, Mia." Mas Fery masih saja bersikukuh tak mau berpikiran buruk pada Rani.

Aku tahu, Mas Fery sudah menganggap Rani bagai anak kandungnya sehingga ia terus saja membela anak itu belakangan ini. Bahkan pernah beberapa bulan lalu saat Rani tak pulang dua hari dua malam, di situ aku marah besar. Namun tidak dengan Mas Fery, dia malah melindungi Rani dari kemarahanku. Dia yang sibuk bekerja dan sering lembur memang tak begitu mengetahui keseharian Rani semenjak duduk di bangku SMA.

"Tapi, Mas. Mba Parni bahkan sudah lebih dari tiga kali, menemukan kondom itu di tempat sampah kamar mandi. Lalu, apa aku harus diam saja? Aku tidak mau kalau sampai masa depan anakku hancur, Mas!" tekanku lagi pada Mas Fery.

Mas Fery kembali mendengus kesal. Ia tampak memijak pelipisnya. Mungkin isi kepalanya sudah berat dengan pekerjaan kantor dan malah ditambah lagi dengan masalah yang baru saja aku ceritakan.

"Ya sudah terserah kamu!" ucap Mas Fery seraya melonggarkan lilitan dasi yang mengikat lehernya. Wajahnya terlihat lelah.

"Maafkan aku ya, Mas," ucapku merasa bersalah. Aku salah karena selalu saja menambah beban pada suami yang baru saja dua tahun menikah denganku. Segera kupeluk tubuhnya dari samping. Aku sangat menyayangi suamiku dengan semua perhatiannya.

"Tak usah minta maaf. Apa pun yang terbaik untuk anak kita, aku akan selalu mendukung," kata Mas Fery. Terdengar datar. Ia terlihat mengukir senyum hambar. Namun, aku tetap berterima kasih atas semua kebaikan yang dia berikan kepasaku dan anakku.

Setelah CCTV terpasang, usahaku nihil. Tak pernah ada suara desahan bahkan penemuan kondom lagi. Tak ada yang mencurigakan lagi.

Sampai tiba di malam ini, aku sendiri dan kesepian saat Mas Fery ada tugas di Magelang selema dua hari. Sementara Rani meminta izin menginap di rumah Papah kandungnya dalam beberapa hari.

Suara bell yang berbunyi di depan rumah seketika membuyarkan lamunanku. Aku beranjak dari sofa ruang tengah lalu berjalan menuju pintu utama dan membukanya.

'Mantan suamiku! Ada apa dia datang ke rumahku?' batinku saat terkejut.

"Ada apa?" Aku segera bertanya pada Papah kandung Rani.

"Saya ingin bertemu, Rani," pintanya tanpa basa-basi.

Aku terkejut seraya menautkan kedua alisku. Bukankah Rani menginap di rumah dia?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (17)
goodnovel comment avatar
NNiah YGceria
mia itu polos apa bodoh si....
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
wah iniiii
goodnovel comment avatar
Ummul Mustamin
ahahahahhaaamacanx adalah suamimu sendiri Ong ongggg bego amat loooo dikadalin sama anak n suami... pelakux suamimu laaa ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status