/ Romansa / Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu / Bab 5. Tidak ada Toleransi Sedikit pun

공유

Bab 5. Tidak ada Toleransi Sedikit pun

작가: Senja Berpena
last update 최신 업데이트: 2025-10-11 14:06:50

Beberapa menit kemudian, Kiara tiba di halaman rumah sakit.

Ia berlari kecil menuju bagian administrasi sambil memeluk tasnya erat-erat agar tidak basah.

Napasnya terengah-engah, rambutnya berantakan, tapi dia tidak peduli dengan penampilannya. Yang penting, ibunya harus tetap hidup.

Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika seseorang memanggil dari belakang.

“Kiara.”

Kiara menoleh dengan cepat. Napasnya tercekat ketika melihat sosok pria jangkung dengan jas hitam berdiri di bawah naungan payung besar.

Wajahnya familier — rapi, tenang, dan terlalu profesional.

“Tuan Max?” Kiara bergumam dan sedikit terkejut. “Kenapa Anda ada di sini?”

Max menatapnya dengan ekspresi datar tapi sopan. “Tuan Julian memintaku untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar.”

Kiara membeku. Seketika hatinya mencelos. “Maksud Anda … Anda mengikutiku?”

“Perintah langsung dari Tuan Julian,” jawab Max dengan tenang.

Kiara langsung menghela napasnya mendengar ucapan Max tadi.

Dalam hati, Kiara menggerutu. ‘Jadi dia benar-benar tidak percaya padaku?’

Matanya panas menahan emosi. Di antara rasa malu dan kecewa, ada juga rasa sakit — karena pria itu bahkan tidak memberinya kesempatan untuk menunjukkan bahwa dia bukan pembohong.

“Baiklah,” katanya singkat dan berusaha terdengar tenang meski suaranya serak.

“Kalau begitu, tolong jangan menghalangiku. Aku harus membayar tagihan sekarang.”

Max mengangguk dan berjalan di belakangnya tanpa banyak bicara.

Mereka menuju meja administrasi. Petugas rumah sakit yang mengenali Kiara langsung berdiri.

“Ah, Nona Kiara, kami baru saja hendak menghubungi Anda lagi. Apakah pembayaran sudah—”

Kiara menaruh kartu hitam itu di atas meja sebelum kalimat itu selesai. Tangannya gemetar saat menyerahkannya.

“Gunakan ini. Tolong lunasi semua tagihan atas nama pasien Melisha Louis. Semuanya,” ucapnya cepat.

Petugas menatap kartu itu dengan mata membesar. “I-ini black card unlimited?”

“Ya,” jawab Kiara singkat. “Tolong cepat, aku mohon.”

Petugas itu segera memproses transaksi dengan hati-hati. Sementara itu, Max berdiri di belakang dengan diam seperti bayangan gelap yang mengikuti setiap langkahnya.

Beberapa menit kemudian, petugas mengembalikan kartu itu sambil menunduk hormat.

“Semua sudah beres, Nona. Tagihan sudah lunas. Termasuk biaya obat, perawatan, dan ruang ICU selama tiga hari ke depan.”

Kiara menunduk dengan lega. Bahunya bergetar dan napasnya keluar berat. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, beban besar di dadanya terasa sedikit berkurang.

“Terima kasih,” bisiknya dengan pelan.

Namun, rasa lega itu tak bertahan lama. Begitu dia hendak berbalik menuju ruang rawat ibunya, tangan seseorang menahan pergelangan tangannya.

“Maaf, Kiara,” kata Max pelan tapi tegas. “Kita harus pergi sekarang.”

Kiara menatap tangannya yang digenggam. “Apa maksud Anda? Aku ingin melihat ibuku dulu. Hanya sebentar. Lima menit saja.”

Max menggeleng. “Tuan Julian meminta saya membawa Anda segera setelah pembayaran selesai.”

Kiara menatapnya tidak percaya. “Apa? Sekarang? Tapi aku baru saja—”

“Perintahnya sudah jelas, Kiara,” potong Max lembut tapi tak memberi ruang untuk negosiasi.

Rasa marah dan sedih bercampur jadi satu di dada Kiara. “Dia bahkan tidak memberiku waktu untuk memeluk ibuku?” suaranya meninggi dan bergetar.

“Dia pikir aku ini apa? Barang kiriman yang bisa dibawa semaunya?”

Max menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dibaca. Ada sedikit rasa iba di sana, tapi wajahnya tetap profesional.

“Saya mengerti perasaan Anda, tapi saya tidak bisa melanggar perintah. Tuan Julian tidak suka menunggu. Ayo.”

Kiara hanya bisa terdiam. Rasa lelah dan putus asa membuatnya tak mampu melawan. Ia menarik tangannya perlahan dari genggaman Max, tapi tidak berkata apa-apa lagi.

Tanpa banyak pilihan, dia mengikuti langkah pria itu menuju pintu keluar.

Di luar, sebuah mobil hitam mewah sudah menunggu di bawah hujan tipis.

Lampunya menyala lembut, dan interiornya terlihat hangat dari balik kaca.

Pintu belakang dibukakan untuknya.

Kiara melangkah masuk tanpa sepatah kata pun, duduk di kursi kulit yang empuk tapi terasa seperti penjara.

Mobil mulai melaju menembus malam kota. Suasana di dalam mobil sunyi. Hanya suara mesin dan rintik hujan di jendela yang menemani.

Kiara menunduk, memandangi kartu hitam di tangannya yang kini terasa berat seperti dosa.

Ia meneguk ludahnya lalu berdehem pelan. “Tuan Max?”

“Ya?” suara Max terdengar lembut dari kursi depan.

“Aku boleh bertanya sesuatu?”

“Tentu.”

Kiara menarik napasnya sebelum bicara. “Apakah aku … wanita kesekian yang dijadikan teman tidur oleh Tuan Julian?”

Pertanyaannya meluncur begitu saja diiringi rasa ingin tahu yang sedari tadi menekan dadanya.

Max menoleh sedikit melalui kaca spion, lalu menggeleng pelan. “Tidak. Bahkan Tuan Julian belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya.”

Kiara mengernyit. “Maksud Anda … belum pernah?”

“Ya.” Max menatap lurus ke depan.

“Selama bekerja bersamanya, saya tahu beliau bukan pria yang tertarik menjadikan siapa pun seperti itu. Banyak wanita mencoba mendekat, tapi dia selalu menolak.”

Kiara terdiam, bingung. “Kalau begitu, kenapa dia melakukan ini padaku?” tanyanya lirih. “Apa yang membuatku berbeda?”

Max mengangkat bahu ringan. “Sepertinya hanya satu alasan yang bisa menjelaskan alasan dia mau membantumu, Kiara.”

“Apa itu?” tanya Kiara ingin tahu.

Max menatapnya dari spion, lalu menjawab datar, “Dia sedang berusaha lari dari pertunangan yang diatur oleh ayah dan ibunya.”

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (5)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
ouhhh jadi c Julian mau tunangan tapi malahh Kiara jadi korban pelariannya kasian kamu Kiara.
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Pantas aja Julian langsung ngasih penawaran ke kiara ternyata ada uang dibalik bakwan
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
besok aja Ki pelukkk ibumu . yg penting dia masih bisa mendapatkan perawatan
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 30. Tidak ada yang Abadi, Kiara

    “Ada yang ingin aku tanyakan tentang Natasha. Kenapa kalian dijodohkan?” tanyanya seraya menatap wajah Julian yang sedang memeluknya.Mereka merebahkan tubuh setelah bergulat beberapa jam yang lalu dengan kondisi tubuh yang masih sama-sama tak mengenakan apa pun.“Urusan bisnis,” jawab Julian dengan santai.Kiara menatap wajah pria itu, berusaha membaca setiap garis ketegangan yang tampak di sana.“Jadi, semua ini karena urusan bisnis?” tanya Kiara dengan nada pelan, nyaris seperti bisikan yang takut terdengar oleh dinding sekalipun.Julian memejamkan matanya sejenak, lalu membuka lagi dengan tatapan yang dingin. “Ya. Sebagian besar karena itu. Aku tidak punya pilihan waktu itu.”Kiara menggigit bibir bawahnya. Ada sesuatu yang mencengkeram dadanya ketika mendengar kalimat itu—pahit, getir, dan entah kenapa terasa menyakitkan.“Lalu kenapa tidak menolak sejak awal?” tanyanya lirih, walau dalam hati dia sadar pertanyaan itu mungkin terdengar terlalu berani.Julian membalikkan tubuhnya,

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 29. Aku Lebih Senang Melihatmu Seperti ini

    Kiara baru saja selesai mandi. Uap hangat masih menempel di kulitnya, membuat handuk putih yang melilit tubuhnya terasa lebih tipis dari biasanya.Rambutnya masih basah, menetes perlahan sepanjang leher hingga tulang selangka.Ia menarik napas panjang sambil membuka pintu kamar mandi, siap bergegas mencari pakaian sebelum Julian masuk ke dalam kamar.Namun begitu pintu terbuka, Kiara langsung berhenti kaku.Julian sudah ada di sana.Pria itu berdiri di depan jendela kamar membelakangi cahaya sore yang redup.Tubuh tegapnya menciptakan siluet kuat, garis bahu dan rahangnya terlihat makin tajam.Ia baru saja melepas jas kerjanya; hanya kemeja hitam tipis yang masih melekat, bagian lengan sudah digulung sampai siku, membuat nadinya terlihat jelas.Kiara mematung, jantungnya melompat seolah tertangkap sedang melakukan sesuatu yang salah.“Ju-Julian?” gumamnya dengan mata menganga.Julian menoleh lambat ke arah Kiara. Tatapannya langsung turun menyapu tubuh Kiara dari kepala sampai kaki.K

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 28. Yang Polos yang Berbahaya

    Natasha duduk di belakang meja riasnya, roknya yang ketat terasa menekan paha. Ia menopang dagu sambil menatap pantulan wajahnya di cermin besar berlampu itu.Makeup-nya sempurna, bibir merah, mata tajam. Tapi aura murka dan rasa ingin tahu membuat kecantikannya tampak seperti kilap pisau.Ponselnya bergetar di meja. Nama yang muncul: Hansen – Private Investigations.Natasha langsung mengangkatnya. “Sudah dapat?” tanyanya dengan suara datarnya.“Semuanya, Nona,” jawab Hansen. “Tentang Kiara Devina.”Natasha mengusap pelan sudut alisnya. “Jelaskan!” titahnya.Hansen terdengar membuka berkas. Lalu mulailah laporan itu.“Kiara Devina. Usia 23 tahun. Baru lulus kuliah satu tahun yang lalu, jurusan administrasi perkantoran. Masuk sebagai pegawai magang di Romanov Group tiga bulan sebelum diangkat menjadi sekretaris pribadi Tuan Julian.”Natasha mendengus kecil. “Sejauh ini tidak mencurigakan.”“Ya. Riwayat hidupnya bersih,” lanjut Hansen.“Tinggal bersama ibunya di rumah kecil di sebuah pe

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 27. Kau Punya Aku, untuk apa Takut?

    Kiara meletakkan laptop kerja Julian di atas meja kaca ruang kerja itu dengan sangat hati-hati, seolah benda itu bisa meledak kalau ia salah menaruh.Hatinya masih belum benar-benar stabil sejak kejadian di kantor tadi. Rasanya suasana antara Julian, Natasha, dan dirinya seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.Ia menarik napas panjang, menahan dinginnya udara AC yang menusuk kulitnya.Begitu keluar dari ruang kerja, Kiara menemukan Julian sudah duduk santai di sofa ruang tengah.Pria itu menyandar, satu kaki terangkat sedikit, satu tangan memegang remote TV.Tayangan berita mengisi ruangan, tapi jelas sekali Julian hanya menonton layar itu tanpa benar-benar memperhatikan isinya.Kiara mendekat dengan langkah ragu. Detak jantungnya berantakan. Duduk di samping pria itu saja rasanya seperti berdiri di tepi jurang.“Tuan?” Kiara membuka suara pelan. “Kenapa Anda seolah sengaja membuat Natasha mencurigai kita?”Julian tidak langsung menoleh. Ia hanya memindah saluran televisi deng

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 26. Mencari Tahu Tentang Kiara

    Hujan rintik mengguyur halaman luas rumah keluarga Romanov sore itu.Langit kelabu memberi kesan muram, seolah ikut mencerminkan suasana hati Natasha yang sejak pagi tercekik rasa tidak nyaman. Ia mengetuk pintu rumah besar itu dengan gerakan cepat, hampir tak sabar.Tak sampai satu menit, seorang pelayan membukakan pintu dan mempersilakan Natasha masuk.Di ruang keluarga yang megah, Monna Romanov duduk sambil menikmati teh hangat.Wanita itu elegan dengan balutan setelan krem mahal, tatapan matanya tajam namun tetap mengandung keanggunan ibu pejabat kelas atas.“Oh, Natasha,” sapa Monna dengan lembut. “Kau datang tanpa kabar.”Natasha mencoba tersenyum, tapi tegangnya terlalu jelas. “Aku ingin bicara, Bibi,” katanya sambil duduk di sofa berhadapan dengan wanita itu.Monna meletakkan cangkirnya. “Tentang Julian?”Natasha mengangguk sambil menarik napas panjang. “Ya, Bibi, aku rasa ada yang janggal. Sangat janggal dengan sikap Julian akhir-akhir ini.”Alis Monna sedikit naik. “Apa maks

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 25. Menaruh Curiga yang Mendalam

    Natasha berhenti tepat di depan meja Max, yang langsung berdiri dengan sopan.“Selamat siang, Nona Natasha,” sapanya ramah, seolah tidak terpengaruh aura panas yang dibawa wanita itu.“Aku ingin bicara denganmu,” jawab Natasha tanpa basa-basi. Suaranya dingin, namun ada getir kemarahan yang jelas tak bisa disembunyikan.Max mengangguk dan mempersilakan Natasha ke ruang kecil di belakang area resepsionis eksekutif. Pintu ditutup.Begitu mereka duduk, Natasha langsung mencondongkan tubuh ke depan, kedua tangannya bertumpu di meja.“Aku ingin tahu,” ujarnya langsung memotong, “Julian benar-benar sibuk dengan pekerjaannya, atau dia hanya sedang menghindar dariku?”Max tetap tersenyum ramah, meski dia bisa merasakan bara emosional di balik kata-kata Natasha. Tanpa menjawab secara langsung, Max membuka laci dan mengeluarkan sebuah buku agenda tebal berisi jadwal resmi Julian.“Silakan lihat,” katanya sambil mendorong agenda itu ke arah Natasha. “Ini jadwal Tuan Julian dari minggu lalu hingg

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status