Home / Romansa / Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu / Bab 6. Kau masih Perawan?

Share

Bab 6. Kau masih Perawan?

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-10-11 14:13:32

Kalimat itu membuat Kiara membeku. “Pertunangan?” ulangnya dengan suara pelan.

“Ya,” jawab Max. “Sebuah pernikahan bisnis yang sudah lama direncanakan keluarga Romanov. Dan Tuan Julian membencinya.”

Kiara menatap ke luar jendela. Lampu-lampu kota berkelebat cepat dan memantulkan warna kuning dan biru di permukaan matanya yang masih basah.

“Jadi …,” katanya pelan, “aku hanya alat baginya untuk melarikan diri dari sesuatu yang dia tidak mau?”

Tidak ada jawaban dari Max. Hanya keheningan yang tebal di antara mereka. Tapi diam itu sudah cukup menjelaskan segalanya.

Kiara menunduk dan memejamkan matanya. Sebuah rasa pahit merayapi tenggorokannya.

Dia telah menjual dirinya bukan untuk cinta, bukan untuk harapan, tapi untuk menjadi pelarian seorang pria yang bahkan tidak mengenalnya.

Namun, di balik semua itu, dia tahu: keputusan itu menyelamatkan ibunya. Dan mungkin itu satu-satunya alasan yang bisa membuatnya tetap kuat.

Mobil berhenti di depan gedung tinggi berlapis kaca, Romanov Tower — tempat tinggal pribadi Julian Romanov. Lampu di puncaknya berpendar seperti cahaya dingin yang mengintai.

Max menatapnya sekali lagi sebelum turun. “Kita sudah sampai.”

Kiara membuka matanya perlahan dan menatap bangunan megah itu dengan dada berdebar.

“Dia menunggumu di lantai paling atas,” ujarnya pelan. “Saya akan mengantarmu sampai lift, sesuai perintah dari Tuan Julian.”

Kiara hanya mengangguk lemah. Langkahnya terasa berat ketika melewati lobi yang megah.

Lantai marmer berkilau dan dinding kaca menampilkan pemandangan langit malam yang seolah tak berujung.

Ia menatap pantulan dirinya di pintu lift — wajahnya tampak lelah, mata bengkak, dan senyum yang tak lagi ada.

Ketika pintu lift terbuka, Max menunduk hormat. “Selamat bersenang-senang, Ariana.”

Kiara menghela napas kasar. “Senang-senang hanya untuk Julian, bukan untukku. Justru, malam ini aku akan menyerahkan kehormatan yang sudah aku jaga mati-matian dan akan berakhir di malam ini.”

Kiara melangkah keluar dengan napas yang tak beraturan. Udara dingin dari pendingin ruangan menyambutnya, bercampur aroma kayu mahal dan parfum maskulin yang samar tapi tajam.

Pintu lift menutup di belakangnya, meninggalkan kesunyian yang mencekam.

Penthouse itu begitu luas—terlalu luas untuk dihuni satu orang. Lantai marmer putih mengilap memantulkan cahaya lampu gantung kristal di langit-langit tinggi.

Setiap langkah Kiara bergema pelan, membuat jantungnya berdetak semakin cepat.

Ia menelan ludahnya berkali-kali, mencoba menguasai diri, namun rasa takut dan gugup justru semakin membuncah di dada.

Tangannya menggenggam erat tali tas kecil yang berisi ponsel dan kartu hitam pemberian Julian.

Kartu itu seolah berdenyut di dalam sana—mengingatkannya pada harga yang harus dibayar malam ini.

Julian berdiri di depan jendela besar ruang tengah, punggungnya tegap, siluet tubuhnya dipantulkan oleh kaca jendela yang menghadap langsung ke hamparan kota.

Lampu-lampu gedung di luar berkelap-kelip seperti ribuan mata yang menatap mereka.

Kiara berhenti beberapa langkah di belakangnya. Napasnya tersengal pelan. Ia berusaha menenangkan dirinya, tapi suaranya saat akhirnya keluar nyaris terdengar seperti rintihan.

“Selamat malam, Tuan Julian. Aku sudah sampai.”

Julian tidak langsung menjawab. Hanya diam, membiarkan detik-detik berjalan di antara mereka.

Lalu perlahan, ia membalikkan tubuhnya. Tatapannya tajam, menghunjam dalam seperti belati yang berkilat di bawah cahaya lembut lampu gantung.

Kiara menahan napas. Matanya bertemu dengan mata pria itu—mata dingin berwarna abu gelap yang memantulkan sesuatu di antara kuasa dan rasa ingin tahu.

“Sudah siap melewati malam denganku, Kiara?” suaranya dalam, berat, namun tenang.

Pertanyaan itu menghantam batinnya seperti ombak besar. Ia ingin menjawab tidak. Ia ingin memohon waktu—setahun, sebulan, seminggu, apa pun.

Ia ingin berkata bahwa ia akan melunasi utang itu dengan cara lain, dengan kerja keras, lembur, bahkan tanpa tidur sekali pun.

Tapi lidahnya kelu. Suaranya menguap di udara, hilang dibawa dinginnya malam.

Julian masih menatapnya. Tidak ada senyum, tidak ada kelembutan. Hanya diam yang penuh tekanan.

Kiara menggigit bibirnya, jemarinya bergetar. “Tuan … aku ….”

“Diam dulu,” potong Julian dengan nada pelan, tapi tegas.

Ia melangkah perlahan ke arah Kiara, langkahnya berat dan berwibawa. Setiap langkah membuat tubuh Kiara semakin kaku.

“Namun sebelum aku menyentuhmu,” katanya pelan, suaranya serak tapi stabil, “ada satu hal yang ingin aku tanyakan dulu padamu.”

Kiara mengangkat kepalanya perlahan, mencoba menatap mata pria itu. “Apa itu, Tuan?” tanyanya dengan suara nyaris berbisik.

Julian berhenti tepat di depannya. Jarak mereka hanya sejengkal.

Kiara bisa mencium aroma parfum mahal yang tajam, bercampur aroma kulit dan kayu manis yang samar. Tangannya terangkat, lalu dengan gerakan lembut, ia menyentuh sisi wajah Kiara.

Sentuhan itu membuat Kiara menegang. Tubuhnya bergetar kecil, bukan karena dingin, tapi karena campuran antara takut, bingung, dan sesuatu yang bahkan tak bisa dia namai.

Kulit Julian terasa hangat di wajahnya, berbanding terbalik dengan tatapannya yang dingin.

“Kau masih perawan?” bisiknya kemudian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 8. Aku Menyukainya

    Kiara tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan sampai di titik ini—menjadi barang, menjadi sesuatu yang bisa dilihat, diperintah, bahkan dimiliki oleh seorang lelaki yang telah “membelinya” dengan uang.Semua yang terjadi begitu cepat. Baru beberapa hari lalu dia hanyalah seorang karyawan magang biasa di Romanov Group, dengan seragam lusuh dan pikiran penuh kekhawatiran tentang tagihan rumah sakit ibunya.Kini, tubuhnya berdiri di depan cermin besar dalam kamar mandi mewah, dengan pakaian yang bahkan tak pantas disebut sebagai kain.Cahaya lampu berwarna keemasan memantul di permukaan kaca besar di hadapannya. Kiara menatap refleksi dirinya yang nyaris tidak ia kenali.Tubuhnya terbalut lingerie merah transparan yang membalut ketat di setiap lekuknya.Gaun tipis itu terlalu kecil untuknya, sehingga setiap inci kulitnya terekspos dengan gamblang. Dada padatnya tampak menyembul, nyaris keluar dari belahan kain yang seolah menolak menutupi apa pun.Jari-jarinya gemetar saat menyentu

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 7. Kau Harus Patuhi semua Perintahku

    “Ma-maksud, Tuan?” ucap Kiara dengan suara kecil. Ia tidak mengerti dengan pertanyaan barusan.Julian menatapnya tanpa ekspresi, kedua tangannya disilangkan di depan dada. Sorot matanya gelap, dalam, seolah bisa menelusup masuk ke dasar jiwa Kiara.“Aku hanya ingin tahu,” katanya datar namun tegas, “bahwa apa yang sudah kubeli di hadapanku kini masih original.”Kata-kata itu membuat tubuh Kiara seketika menegang. “Original?” gumamnya pelan, mencoba mencerna arti di balik kalimat sinis yang baru saja diucapkan Julian.Namun sebelum sempat ia berpikir lebih jauh, langkah kaki berat lelaki itu mendekat.Julian maju satu langkah, jaraknya kini hanya beberapa jengkal dari wajah Kiara.Tubuh tinggi tegapnya menutupi sebagian cahaya lampu gantung di ruang itu, membuat bayangannya jatuh menutupi tubuh Kiara yang tampak mungil di hadapannya.“Belum tersentuh oleh siapa pun,” lanjut Julian, suaranya lebih rendah, bergetar dengan nada yang sulit didefinisikan—antara ancaman dan godaan.Kiara men

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 6. Kau masih Perawan?

    Kalimat itu membuat Kiara membeku. “Pertunangan?” ulangnya dengan suara pelan.“Ya,” jawab Max. “Sebuah pernikahan bisnis yang sudah lama direncanakan keluarga Romanov. Dan Tuan Julian membencinya.”Kiara menatap ke luar jendela. Lampu-lampu kota berkelebat cepat dan memantulkan warna kuning dan biru di permukaan matanya yang masih basah.“Jadi …,” katanya pelan, “aku hanya alat baginya untuk melarikan diri dari sesuatu yang dia tidak mau?”Tidak ada jawaban dari Max. Hanya keheningan yang tebal di antara mereka. Tapi diam itu sudah cukup menjelaskan segalanya.Kiara menunduk dan memejamkan matanya. Sebuah rasa pahit merayapi tenggorokannya.Dia telah menjual dirinya bukan untuk cinta, bukan untuk harapan, tapi untuk menjadi pelarian seorang pria yang bahkan tidak mengenalnya.Namun, di balik semua itu, dia tahu: keputusan itu menyelamatkan ibunya. Dan mungkin itu satu-satunya alasan yang bisa membuatnya tetap kuat.Mobil berhenti di depan gedung tinggi berlapis kaca, Romanov Tower —

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 5. Tidak ada Toleransi Sedikit pun

    Beberapa menit kemudian, Kiara tiba di halaman rumah sakit.Ia berlari kecil menuju bagian administrasi sambil memeluk tasnya erat-erat agar tidak basah.Napasnya terengah-engah, rambutnya berantakan, tapi dia tidak peduli dengan penampilannya. Yang penting, ibunya harus tetap hidup.Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika seseorang memanggil dari belakang.“Kiara.”Kiara menoleh dengan cepat. Napasnya tercekat ketika melihat sosok pria jangkung dengan jas hitam berdiri di bawah naungan payung besar.Wajahnya familier — rapi, tenang, dan terlalu profesional.“Tuan Max?” Kiara bergumam dan sedikit terkejut. “Kenapa Anda ada di sini?”Max menatapnya dengan ekspresi datar tapi sopan. “Tuan Julian memintaku untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar.”Kiara membeku. Seketika hatinya mencelos. “Maksud Anda … Anda mengikutiku?”“Perintah langsung dari Tuan Julian,” jawab Max dengan tenang.Kiara langsung menghela napasnya mendengar ucapan Max tadi.Dalam hati, Kiara menggerutu. ‘J

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 4. Keputusan yang Diambil

    Detik berdetak begitu lambat bagi Kiara, namun waktu sebenarnya berlari tanpa belas kasihan.Begitu Julian meninggalkan meja dan berdiri menghadap jendela lagi, ponsel Kiara yang tergeletak di pangkuannya bergetar keras.Layar menyala dan menampilkan pesan dari dokter yang membuat seluruh darahnya seolah berhenti mengalir.“Nona Kiara, mohon maaf, tapi kami harus mencabut alat bantu pernapasan ibu Anda malam ini jika pembayaran tidak segera dilakukan. Kami menunggu keputusan Anda.”Tangannya gemetar hebat. Pandangannya kabur. Pesan itu seperti hukuman mati bagi ibunya—dan bagi dirinya.Tubuhnya kehilangan tenaga, hingga ponsel itu hampir terlepas dari genggamannya.“Tidak, jangan sekarang,” bisiknya dengan suara serak.Air matanya kembali mengalir membasahi pipinya yang pucat. Ia mencoba mengetik balasan, tapi jari-jarinya gemetar hebat.Julian yang berdiri tak jauh darinya akhirnya berbicara. “Sudah aku bilang, kau tidak punya banyak waktu, Kiara,” ucapnya dengan tenang tapi menyayat

  • Sugar Baby Sang Pemuas Nafsu   Bab 3. Berikan Tubuhmu

    Waktu sudah menunjuk angka delapan malam.Malam itu kantor Romanov Group sudah sepi. Lampu-lampu di lantai 45 menyisakan hanya satu ruangan yang masih menyala—ruang kerja Julian Romanov.Kiara berdiri di depan pintu kaca itu dengan jantung berdetak cepat. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul delapan tepat, sesuai dengan perintah pria itu.Tangannya sedikit bergetar saat mengetuk pelan.“Masuk,” suara berat dan datar terdengar dari dalam.Kiara menarik napas panjang sebelum membuka pintu. Ruangan itu tampak luas, dindingnya kaca, dan memperlihatkan panorama langit malam kota.Di balik meja besar dari marmer hitam, Julian duduk dengan tegak tengah memeriksa beberapa berkas dengan wajah tanpa ekspresi.Ia tidak langsung menatap Kiara, hanya berkata tanpa mengangkat kepala, “Duduk.”Kiara menurut. Tapi, jantungnya seolah ingin meloncat keluar dari dada.Rasanya sulit bernapas di bawah tatapan pria itu, bahkan sebelum dia memulai pembicaraan apa pun.Beberapa menit berlalu dalam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status