“Selamat siang, selamat datang di toko kami,” sapa Lalita dengan antusias kepada sepasang pengunjung yang baru saja masuk ke dalam tokonya. Dia senang karena pengunjung wanita yang baru datang itu merupakan salah satu pelanggan VIP di tokonya.
Pelanggan wanita itu berjalan melenggang dengan dagu yang terangkat sambil mengedarkan pandangannya mengamati sekitar. Namun, ekspresinya berbeda dengan pria yang ada di sebelahnya. Entah kenapa sedari tadi pria itu tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis yang sejak tadi berbicara antusias sambil menunjukan barang ini dan itu. Hingga akhirnya pandangan mereka bertemu.
Mata dengan tatapan setajam elang itu bertemu dengan doe eyes milik Lalita.
Hanya sepersekian detik pendangan mereka terkunci sebelum akhirnya Lalita terkesiap. Mata bulatnya mengerjap-ngerjap, sedikit salah tingkah setelah beradu pandang dengan pria yang ada di depannya. Dia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Mari, Kak Celin.” Lalita kemudian mengarahkan pelanggannya itu agar mengikutinya ke kamar pas. Lalita sudah membawa beberapa stel lingerie dan juga underware yang sudah Celin pilih tadi.
“Maaf … Pak-." Ucapan Lalita tidak bisa selesai karena sudah dipotong oleh pria di depannya.
“Adrian.”
Lalita terdiam sesaat begitu mendengar suara baritone yang baru saja dikeluarkan oleh pria di depannya. Karena sejak tadi pria itu sama sekali tidak bersuara, Lalita jadi sedikit terkesima. Wajah pria itu memancarkan aura yang kuat dan membuat Lalita terpesona. Tapi sayang, aura dinginnya membuat Lalita sedikit takut.
“Akh, iya, Pak Adrian. Silakan, Bapak bisa duduk di sofa itu selagi menunggu Kak Celin mencoba ini semua.”
Kening Adrian sedikit mengkerut. Apa dia sudah terlihat setua itu sampai gadis di depannya memanggilnya dengan sebutan 'Pak'. Umurnya baru 36 tahun, dia pria dewasa, bukan bapak-bapak. Dia, Adrian Respati. Pria mapan, tampan, juga menantang yang di dambakan oleh banyak wanita. Adrian merupan salah satu calon pewaris dari GR Group juga pemilik dari rumah produksi AD Entertainment yang baru dia dirikan sendiri empat tahun lalu. Dengan Identitasnya yang seperti itu membuatnya memiliki kepercayaan diri tinggi.
Lalita masuk menyusul Celin yang kini sudah ada di dalam kamar pas. Dia kemudian meletakan beberapa stel pakaian di atas meja kecil yang ada di dalam kamar pas itu.
“Silakan tekan tombol ini kalau nanti kakak butuh bantuan.” Lalita kemudian berbalik untuk meninggalkan pelanggannya. Tapi, Adrian masih berdiri di ambang pintu kamar pas dan menghalangi jalan Lalita sehingga gadis itu tertahan disana.
“Saya akan menemaninya dan melihat apa itu semua cocok untuknya,” ucap Adrian pelan tapi penuh penekanan.
Lalita menelan ludahnya dengan gusar dan sedikit mengernyitkan keningnya. “Wah, jangan-jangan nih cowok mau mesum, nih,” pikir Lalita curiga.
Melihat Lalita yang masih diam terpaku Adrian pun berdehem dua kali. Membuat Lalita tersadar dari renungannya.
“Ah, iya. Silakan, Pak,” jawab Lalita kaku. Namun Lalita kebingungan karena Adrian masih saja berdiri di ambang pintu. Membuat Lalita susah untuk keluar.
Adrian yang mengerti pun mundur satu Langkah, tapi jarak yang dia sisakan untuk Lalita lewat masih terlalu sempit karena tubuh pria itu yang tinggi besar mengisi setengah dari lubang pintu.
“Baby, apa ada masalah?” panggilan manja Celin yang sudah berada di dalam bilik membuat kedua orang itu menoleh. Sementara sedari tadi Celin sibuk bercermin sambil memilih-milih semua yang tadi Lalita bawa.
Lalita yang melihat Adrian terdiam dan terlihat tidak berniat untuk menggeser tubuhnya pun akhirnya memutuskan nekat untuk melewati laki-laki itu. Meski dia sadar kemungkinan mereka untuk bersentuhan sangat besar.
Kini Lalita sedang berpikir keras, apa dia akan lewat dengan tubuh menyamping ke kiri atau ke kanan. Sebab, jika dia menghadap ke kiri, bagian bokongnya lah yang akan bersentuhan dengan pria itu. Sedangkan jika dia menghadap ke kanan, dadanya yang pastinya akan bersentuhan. Tapi setelah dia pikir-pikir lagi, Lalita lebih memilih menghadap ke kiri dan memutuskan untuk membelakangi pria itu.
Begitu Lalita lewat, benar saja bokongnya bergesekan dengan tubuh Adrian yang entah kenapa rasanya membuat jarak tubuh mereka tiba-tiba menjadi rapat. Lalita membelalakan matanya dan ingin sekali berteriak lalu memaki pria itu saat merasakan sesuatu yang keras menekannya dari belakang dan tangan pria itu menahan pinggangnya. Tapi sayangnya dia seperti mematung dan tidak bisa mengeluarkan suaranya sama sekali.
Adrian memejamkan mata dan menghirup aroma tubuh Lalita dalam-dalam. Gadis ini, sejak awal entah kenapa menarik perhatiannya. Jarak mereka yang dekat begini membuat dia semakin menginginkan lebih.
“Gila, apa yang sedang aku lakukan. Kenapa aku melakukan hal memalukan seperti ini,” ucap Adrian dalam hati. Dia kemudian tersadar dengan tindakannya dan segera berjalan masuk. Meninggalkan Lalita yang mematung di depan pintu yang baru saja di tutupnya. Gadis itu membuatnya terhipnotis beberapa detik lalu. Aroma tubuhnya membuat Adrian rileks ketika dia menghirupnya.
“Emmhhh … pelan-pelan, Baby.”
Lalita tersadar dari lamunannya begitu mendengar suara lenguhan dari balik pintu di depannya dan buru-buru pergi dari sana sambil menggerutu.
“Cowok gila. Mesum. Tidak tahu malu!” gerutu Lalita. Padahal tadi jantungnya sempat berdebar-debar, tapi kini pandangannya tentang Adrian berubah seketika.
“Kenapa, Ta? Ngapain kesini?” tanya Randy salah satu rekannya yang heran melihat Lalita yang kini malah berjalan ke arah mereka yang sedang berkumpul di depan meja kasir.
“Bodo amat. Gue yakin mereka pasti lagi mesum dulu di dalem sana. Ngapain juga gue kaya orang bego nungguin mereka di luar pintu.”
Lalita benar-benar kesal karena kejadian tadi. Sebenarnya memang bukan kali ini saja ada pasangan yang susah menahan gairah dan melampiaskan nafsunya di kamar pas itu. Lalita kesal karena hal lain, dia kesal gara-gara menerima pelecehan dari pelanggan prianya tadi.
Meskipun gantengnya kebangetan, Lalita tetap tidak rela dirinya diperlakukan seperti itu. Tapi, mau mengeluh pun dia mana bisa? Yang datang ke storenya ini orang-orang berduit yang selalu punya cara untung berkelit. Tidak akan ada yang membelanya meski Lalita melapor ke atasannya sekalipun. Apalagi, pria itu kekasih Celin sang model dan juga artis papan atas. Yang ada dia bakalan habis kena bully oleh fans-fans fanatik dari Celin jika sampai hal seperti ini bocor ke publik.
Apa yang Lalita katakan tadi itu memang benar adanya. Saat ini, Adrian sedang bercumbu di dalam bilik sempit itu bersama Celin. Pria itu butuh pelampiasan. Bersentuhan dengan Lalita sungguh membuat adrenalinnya mendadak naik.
"Shit. Bisa-bisanya aku seperti anak ABG hanya karena gadis muda itu," omelnya dalam hati.Jemari lentik Naissa bermain diatas dada Adrian, membentuk pola benang kusut. Sedangkan pandangan matanya mengunci pada mata Adrian.Bibir gadis itu merekah, dia tersenyum kegirangan karena rencananya berhasil. Namun sedetik kemudian ekspresinya berubah."Berhenti!" perintah Adrian penuh dengan penekanan. Matanya terpejam, dadanya naik turun. Dia mencoba menormalkan kembali nafasnya yang kian memburu. Naissa menulikan pendengarannya. "Tidak boleh. Tidak boleh gagal," gumamnya sambil menggelengkan kepala. Bukannya berhenti, gerakan tangannya malah semakin cepat. Dengan gesit dia buru-buru membuka kancing kemeja Adrian."Aku bilang, Hentikan!" Adrian menggenggam pergelangan tangan Naissa kemudian menjauhkan dari tubuhnya."Kenapa … kenapa kak Adrian menolakku?" bisik Naissa lemah sambil menunduk. Kedua telapak tangannya mengepal dengan kuat.Karena tidak urung mendapat jawaban, wajahnya mendongak menatap Adrian dengan mata yang berkaca-kaca. "Apa di matamu aku lebih buruk daripada perem
“Rupanya kau masih ingat untuk pulang,” sindir Greyson kakeknya. “Untung saja aku masih memiliki cucu perempuan ini yang selalu menemani hari-hari tuaku.” Kake Grey merentangkan tangannya.Naissa berhambur kepelukan kakeknya. “Kakek jangan galak-galak, nanti kak Adrian tidak mau datang kesini lagi,” ucapnya dengan manja.“Kedua cucu laki-lakiku selalu sibuk, mereka tidak pernah memiliki waktu untuk berkumpul dengan kakek tua ini.” Greyson menghela napas. Salahnya yang selalu keras pada Adrian dan banyak menuntut ini dan itu. Ada sedikit rasa sedih di hatinya karena hubungan diantara mereka hanyalah melulu tentang bisnis. Ada jarak tak kasat mata diantara mereka. Keduanya memiliki karakter yang mirip, sama-sama pria yang keras dan sulit menunjukan kasih sayang satu sama lain.“Makan malam sudah siap, bagaimana kalau kita lanjut acara kangen-kangenan ini di meja makan saja?” Seorang wanita setengah baya menginterupsi mereka. Tampilannya terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. D
“Kak …? Ka Adrian?” Suara manjanya sedikit hilang dan berganti dengan kekesalan. Naissa mencebikan bibirnya.Jonathan yang ada di sebelah Adrian melirik kemudian menggelengkan kepala. “Akh, Ya. Ada apa?” tanya Adrian. Sejak tadi entah kenapa Adrian terus-terusan memikirkan Lalita. Membuatnya sedikit hilang fokus. ‘Apa yang sedang dilakukannya sekarang?’.“Jadi, sejak tadi kamu tidak mendengarkanku?” ucapnya dengan wajah yang berubah sendu.Naissa merupakan cucu angkat kakeknya yang sangat dimanjakan. Dia cucu perempuan satu-satunya dari mendiang sahabat kakeknya yang sangat berjasa selama masa hidupnya. Kini Naissa bisa menjadi salah satu artis terkenal pun tidak luput dari campur tangan gerald Respati dan juga Adrian sebagai kaki tangannya.“Maaf, ada sedikit masalah yang mengganggu pikiranku. Kamu siap-siap saja dulu.” Adrian menurunkan tangan Naissa yang masih bergelayut di lengannya. “Aku akan bertemu salah satu klien dulu. Salah satu orang ku akan menemanimu. Kita akan bertemu l
Sementara di tempat lain. Dua orang pria tampan sedang berjalan di tengah lautan manusia di bandara. Mereka sedang menuju sebuah gate pesawat yang akan membawanya terbang untuk melakukan perintah sang kakek. Keduanya sangat tampan dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidung bangirnya.“Kenapa orang tua itu menyuruhmu melakukan pekerjaan tidak penting ini? Sepertinya dia tahu akhir-akhir ini kau kebanyakan bermain-main.” Komentar Jonathan, asisten pribadi Adrian itu sudah biasa mengatakan apapun yang ingin diucapkan dan Adrian tidak masalah dengan itu. Jonathan bukanlah pegawai biasa. Dia istimewa dan direkrut langsung oleh Adrian. Hubungan mereka terjalin sudah lima tahun lamanya, jadi mereka tidak sekedar atasan dan juga bawahan. Jonatan adalah pria yang sangat bisa diandalkan. Dia bisa melakukan apa saja untuk Adrian ‘APA SAJA’, dan pria itu selalu puas dengan pekerjaanya.“Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bangun?” tanya Adrian, dia mengabaikan komentar Jonatan sebelumny
Lalita tidak berani menatap ke arah tubuh Adrian yang sudah tidak memakai penutup tubuh apa pun. Dia memalingkan wajahnya, melihat ke arah lain. Pipinya bersemu semakin merah. Alcohol dan rasa malunya membuatnya bereaksi seperti itu.“Akhhh …,” desah Lalita karena Adrian kini menyerang area lehernya.Adrian mengendus ceruk leher Lalita dengan hidungnya, kemudian bibirnya mulai menciumi seluruh bagian itu.“Tidak mau… lepaskan aku!” pekik Lalita frustasi. Namun Adrian tidak mengindahkannya.Beberapa detik kemudia, Lalita terkulai lemah. Dia tidak sadarkan diri.Adrian yang tidak merasakan perlawanan apapun lagi dari gadis ini pun segera mendongak.“Hey, jangan bercanda?” Adrian menepuk-nepuk pelan pipi Lalita. Namun tidak ada lagi pergerakan atau respon apapun dari gadis itu. Dia hanya terkulai lemas tak berdaya dalam kukungan Adrian.“Sial!” bentak Adrian yang kini gantian frustasi. Gadis ini benar-benar selalu menguji kesabarannya. Dia kemudian meninggalkan gadis yang rohnya seda
Di dalam foto itu terlihat potret Lalita yang sedang memejamkan mata sambil di cumbu oleh seorang pria dalam berbagai pose. Hanya wajahnya yang terlihat, sementara wajah pria yang sedang menciumnya tidak terlihat sama sekali. Adrian! Tentu saja pria dalam foto itu adalah pria itu. Meski wajahnya tidak terlihat, tapi Lalita jelas mengenalinya.Sepertinya foto-foto itu diambil tadi malam, ketika Lalita tidak sadarkan diri.Lalita sangat syok begitu melihat bagian-bagian tubuh pribadinya di expose begitu saja dalam foto-foto itu. Air matanya meleleh, dia tidak tahan melihat pose dirinya yang terlihat menjijikan.‘Aku harus bergegas ke luar dari sini! Cowok itu benar-benar gila!" batin Lalita.Begitu tangannya sudah menyentuh handle pintu. Suara di belakang mengintrupsinya, membuat langkahnya terhenti dan dunianya terasa akan runtuh seketika.“Jika kamu berani melangkahkan kaki ke luar barang selangkah saja, aku jamin … foto-fotomu itu akan beredar luas di seluruh internet,” ucap Adrian