Share

Sukses Usai Diselingkuhi
Sukses Usai Diselingkuhi
Author: Maya Har

Bab 1 Pengkhianatan

Author: Maya Har
last update Huling Na-update: 2024-01-27 18:51:15

"Mas, pulang sana! Kasihan istrimu nanti menunggu." Nela mendorong pelan lengan lelaki yang menjalin hubungan terlarang dengannya.

"Biarkan sajalah, Nel! Aku masih ingin di sini." Wiguna terlihat malas-malasan. Ia engan beranjak pergi.

"Memangnya istrimu ga curiga sering pulang malam?" Gadis berwajah oval itu menunggu jawaban.

"Dia terlalu percaya padaku. Jadi, ga mungkin dia curiga," sahut Wiguna yakin.

"Hem, kalau aku di posisi istrimu sudah pasti aku teror kamu buat lekas pulang." Nela memberi pendapat.

"Ah, sayangnya kamu belum jadi istriku." 

Mendengar jawaban sang kekasih, perempuan berusia dua puluh lima tahun itu memasamkan wajah, menarik simpati lelaki yang telah memiliki dua anak itu. Menjadi perempuan kedua dalam kehidupan Wiguna Putra membuat Nela harus menebalkan muka.

Anggapan sebagai pelakor sudah biasa disematkan padanya. Ia tak peduli. Baginya, siapa pun lelaki yamg mencintainya, ia akan rela untuk dijadikan yanng kedua atau jika perlu memyingkirkan istri pertama.

"Jangan cemberut, dong! Jelek tahu!" Lelaki bermanik hitam itu membujuk.

"Aku ingin kita segera menikah, Mas."

"Sabar, ya, Sayang."

"Sampai kapan?"

"Aku masih mencari waktu yang tepat untuk bicara dengan Hilma, tapi, tenang saja, Mas jamin kamu akan menjadi istriku juga."

Nela menyunggingkan senyum, untuk awalan tak apa menjadi istri kedua, selanjutnya ia akan menyingkirkan Hilma dalam hati Wiguna, setelah itu akan menguasai sepenuhnya.

Ia tertawa dalam hati, begitu mudah ternyata menjadi Nyonya Wiguna. 

Setelah rencananya berhasil, ia akan selalu memperhatikan suaminya selama 24 jam. Kesuksesan yang dimiliki lelaki berambut ikal itu membuat banyak kaum hawa yang mengincarnya. 

Ia kadang berpikir jika Hilma terlalu bodoh percaya seratus persen pada sang suami. Dimanapun lelaki sama saja tabiatnya, mudah tergoda hanya dengan diperlihatkan belahan dada atau senyum menggoda.

Suara live music yang menyanyikan lagu pop membuat suasana semakin tenang. Beberapa pengunjung terlihat menikmati makanan, diiringi suara merdu dari sang penyanyi.

Nela merupakan salah satu penyanyi yang telah tampil untuk menghibur para tamu.

Enam bulan lalu mereka berkenalan ketika Guna mengadakan acara kantor di cafe yang berada di kawasan kuningan tersebut.

Terpesona dengan kecantikan dan suara merdu mendayu juga merasa nyaman, membuat lelaki yang memiliki toko bangunan itu melakukan pendekatan.

Hampir setiap hari mereka bertemu, mengobrol, bersenda gurau atau sekedar bersenang-senang menghilangkan penat setelah seharian bekerja, bahkan hanya menemani Nela yang bekerja di cafe tersebut sebagai penyanyi. 

"Aku tunggu kabar baik itu, Mas!" sahut Nela menekankan janji yang telah diucapkan kekasihnya.

Wiguna mengangguk, satu tangannya meraih rambut sang perempuan yang terurai ke depan, lalu menyematkannya di belakang telinga.

"Tentu saja, Sayang! Akupun ingin segera memilikimu."

Keduanya saling pandang dengan tatapan penuh cinta.

Tanpa disadari mereka, ada sepasang mata yang mengawasi dengan tatapan tidak suka. 

***

Tring!

Sebuah pesan membuat Hilma menoleh. Ia mengembangkan senyum, mengira jika yang menghubungi adalah suaminya.

Gegas ia mengambil ponsel dengan casing ungu muda di atas meja, lalu menekan aplikasi berwarna hijau dan langsung mencari nama sang suami yang di tulis 'My Hubby.' 

Wajahnya terlihat kecewa ketika pesan tersebut bukan dari sang suami. Akan tetapi, ia juga sedikit terhibur karena temannya yang menghubungi. Hilma langsung membuka pesan tersebut dengan gembira.

Namun, wajahnya langsung berubah muram ketika melihat video yang dikirim. Jantungnya berpacu cepat dengan tubuh yang mulai gemetar. Ia mempertajam pengelihatan, hendak meyakinkan diri jika yang dilihatnya tidak salah. Satu pesan masuk kembali dari Virda.

"Hilma, itu Guna, kan? Suamimu!" tanya Virda.

Hilma masih terdiam, kembali melihat layar yang menampilkan seorang lelaki duduk di sofa dengan perempuan yang penampilannya terlihat sedikit terbuka.

Memakai dress selutut dengan belahan dada agak turun ke bawah dan tanpa lengan. Keduanya terlihat mengobrol sambil tertawa dan sesekali saling menyentuh dengan mesra.

Seketika, Hilma merasa tubuhnya bagai dihempaskan dari ketinggian, memompa jantung lebih cepat dengan tulang-tulang yang serasa lemas. Kedua matanya mulai berkaca-kaca, hatinya berdesir tak karuan.

Mendapati seorang suami yang dinanti kepulangannya ternyata sedang bersama perempuan lain. Seperti ada yang tengah mengoyak daging yang ada di dadanya. Sakit. Suara dering ponsel menyadarkannya dari kebisuan.

"Halo! Hilma, kamu baik-baik saja?" tanya Virda ketika panggilan telepon diangkat. 

Hilma ingin menjawab, tetapi dadanya semakin sesak, airmatanya semakin deras mengalir. Ia terisak berusaha sedikit meredam suaranya. Namun, tangisan itu masih terdengar oleh sahabatnya.

"Hilma, aku ke sana sekarang!" Tanpa menunggu jawaban, Virda langsung mematikan panggilan dan bergegas ke rumah Hilma.

Sementara itu, Hilma semakin terisak, meluapkan segala yang menyesakkan dada. Ia masih berharap semua hanyalah mimpi. Ia pun masih meyakinkan hati jika suaminya tidak mengkhianatinya. 

"Hilma, kamu ngapain? Kenapa nangis?" tanya Yana yang baru menuruni tangga. Tatapannya terlihat menyelidik, dari atas tangga ia sudah memerhatikan menantunya yang tengah bersedih.

"Eh, Ibu." Sigap kedua tangan putih itu mengusap airmatanya, kemudian menampilkan senyum sambil menggeleng. "Ga apa-apa, Bu," jawabnya.

"Ga ada apa-apa, kok, nangis!"

"Ta-tadi cuma keingetan almarhum ibu saja."

"Orang sudah meninggal jangan ditangisi. Tapi didoakan."

"Iya, Bu."

"Udahlah, daripada nangis mending kamu bikinin Ibu mie telor pake cabe!" titah Yana sambil berlalu ke ruang televisi.

"Baik, Bu," sahut Hilma menahan kemelut hatinya.

Ia tak ingin mertuanya mengetahui hal buruk yang tengah dialami. Sebelum mencari kebenaran lebih lanjut, ia akan menutupi yang tengah terjadi. Lagipula hubungan dengan ibu mertuanya sedikit renggang. Hilma hanya khawatir hal itu akan memperkeruh keadaan. 

"Bikinin aku juga, Mbak! Pake telornya dua!"

Tanti yang baru menuruni tangga ikut memberi pesanan. Adik ipar yang baru diterima bekerja di perusahaan jasa internet itu terlihat menguap dengan rambut berantakan.

"Kamu mending makan nasi aja, Tan! Tadi, kan, belum makan malam."

Hilma mencoba mengingatkan Tanti yang tertidur sejak sore.

"Engga, ah, Mbak. Lagi pengen makan mie!" sanggah Tanti acuh tak acuh.

"Nanti kamu bisa sakit, Tan. Perut kosong langsung makan mie."

"Aduh, Mbak, minta tolong bikin mie aja ribet banget, sih! Perut-perut aku, ya terserah dong mau diisi apaan."

"Mbak, kan, hanya mengingatkan, Tan."

"Kenapa, sih, pada ribut aja!" Yana melerai perdebatan. "Udahlah, Hilma, kamu bikinin aja apa yang dipengen Tanti," perintah Yana.

"Tuh, dengerin!" Tanti bersungut lalu berjalan menuju ibunya yang sedang menonton sinetron.

Hilma hanya menggeleng melihat kelakuan keluarga dari suaminya. Semenjak menikah, sikap keduanya tak pernah berubah. Namun, Hilma tak mempersoalkan.

Ia selalu berusaha bersabar dan menerima. Meski jarak terpisah jauh, ia pun selalu menginggatkan suami untuk memenuhi segala kebutuhan ibu dan adik suaminya di kampung.

Hanya saja sudah dua bulan mereka meminta tinggal di Jakarta. Dan ia harus bisa memaklumi segala sikap yang ditunjukkan Yana dan Tanti.

"Bu, Mas Guna kapan bawa Kak Nela ke sini?" tanya Tanti kepada ibunya yang sedang asik menonton Ikatan Cinta.

Mendengar nama perempuan lain anaknya disebut membuatnya tersentak kemudian melotot kepada anak perempuan satu-satunya itu sambil meletakkan telunjuk jari di bibir. Ia lalu menengok ke arah dapur, memastikan Hillma tak mendengar ucapan Tanti.

"Kamu bicaranya jangan keras-keras. Nanti kedengaran Hilma." Yana memberi saran dengan wajah kesal. 

"Biarin aja, sih, Bu. Lama-lama juga, kan, pasti tahu."

"Ya itu pasti, tapi yang penting jangan dari kita."

"Terserah Ibu, deh! Aku, sih, pokoknya mendukung kalau Mas Guna mau nikah lagi. Aku lebih cocok sama Mbak Nela daripada perempuan ga jelas asal-usulnya itu," ungkap Tanti meremehkan.

Tanpa mereka sadari Hilma telah berdiri di belakang dengan memegang nampan berisi dua mangkuk mie.

"Jadi ..., kalian tahu kalau Mas Guna memiliki perempuan lain?" tanya Hilma yang membuat kedua orang di depannya menoleh dengan mata membulat dan mulut menganga. 

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
juan effendi
jgn baca....ntar dua tahun ga habis habis...bikin keki aja
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jadi babu kayaknya pantas utk wanita yg diam aja ketika g dihargai.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 47 Kesuksesan Hilma

    "Gery! Kamu tidak apa-apa?" Patra berusaha membangunkan Gery yang telungkup di lantai, lalu membalikkan tubuh yang penuh luka itu dalam pangkuannya.Gery hanya menggeleng. Ia terlihat ingin bicara, tetapi terlalu lemah.Sementara para pengikut Patra langsung menghadapi orang-orang Jayadi yang langsung menyerang ketika melihat keberadaan mereka, termasuk dua petarung yang kini beralih salam menghadapi lawan. Tubuh besar itu mengincar orang-orang berseragam hitam yang diketahui berseberangan dengan Jayadi. Bagi mereka, orang yang membayar mahal adalah tuannya. Dan yang bertentangan adalah musuh.Terjadi pertempuran menggunakan senjata api, sebagian mereka mencari benda terdekat sebagai pelindung dan bersembunyi di beberapa tempat di ruangan itu. Lima orang pengawal Patra melindungi tuannya yang masih mengkhawatirkan keadaan putra semata wayang. Sementara Jayadi yang dilindungi beberapa orang berhasil mendekati tubuh Hilma. Denga

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 46 Pembebasan Ghani dan Ghava

    "Bagaimana, apa kita masuk sekarang?" tanya Wiguna sambil terus mengawasi keadaan di depan yang sedang terjadi pertarungan."Jangan, Wiguna! Kita tidak bisa masuk ke dalam! Sangat berbahaya!" Melihat sekelompok orang berbaju hitam yang terus merangsek maju membuat Noto berpikir dua kali untuk menyerang. Namun, ia tak tahu, apa motif orang yang datang menyerang tersebut.  Jika dilihat dari segerombolan orang yang terus berdatangan, tentu ia kalah jumlah. Noto memutuskan untuk terus mengawasi sampai memdapat kesempatan."Tapi bagaimana dengan Hilma? Orang-orang itu akan membahayakannya dan juga anak-anakku," ucap Wiguna resah. "Kita akan menunggu!" Melihat orang yang tadi berjalan gagah ia meyakini jika itu adalah ajudan dari sosok yang sangat dikenalnya.  Ia harus memastikan dulu siapa oramg yang tengah menyerang markas di hadapannya itu. "Sembunyikan kepalamu, Guna!" Noto menekan kepala anaknya agar tidak menyembul. Di jalan

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 45 Rahasia Masa Lalu

    "Well. Dua orang ayah dan anak telah bertemu. Sesuatu yang sangat mengharukan!" ucap seorang lelaki paruh baya yang melangkah masuk ruangan sambil bertepuk tangan.Mendengar hal itu Gery dan Hilma melepaskan pelukan lalu menoleh pada asal suara."Uncle Jay!" Gery menyebut nama adik sepupu ayahnya."Yeah. Bagaimana Gery? Kamu bahagia?" tanya Jayadi sambil tersenyum dan melangkah mendekati. Orang-orang berbaju hitam di belakangnya pun turut mengikuti begitu juga Joni."Kau tahu Gery! Perpisahan itu sangat menyedihkan," ucap Jay menepuk pelan pundak keponakannya. "Aku pun sangat mengerti hal itu!" lanjutnya dengan nada suara pelan, terdengar sedih.Gery menghela napas. Ia tahu akan hal itu, mendapati anak satu-satunya memilih mengakhiri hidup karena seorang perempuan membuat pamannya sangat terpuruk. "Namun, aku berharap kau pun mau mengerti." Tubuh kurus yang telah menua itu berdiri tepat di hadapan G

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 44 Pertemuan Ayah dan Anak

    "Joni! Apa yang terjadi?" tanya Gery pada anak buahnya.Anto yang mengikuti langkah Gery langsung terbelalak melihat teman yang dikenalnya di penjara terlihat babak belur. "Itu Bos, saya kasih pelajaran sama anak baru ini. Dia terlalu banyak membantah!" ujar Joni menjelaskan.Gery tak terlalu menanggapi penjelasan yang diberikan, kedua netranya fokus pada perempuan yang terduduk di atas ranjang dengan ketakutan. Sejenak, ia tertegun mendapati rupa yang begitu sama dengan istri pertamanya, setelah itu ia mulai melangkah. Wajah yang mengingatkannya pada Amelia seolah menarik dirinya untuk mendekat.Sementara Anto yang sejak tadi terlihat gundah, langsung membantu Haris yang tak berdaya. Ia langsung memeriksa keadaan temannya."Kamu ga apa, Ris?"Aris tidak menjawab. Sekitar mulutnya mengeluarkan darah, tetapi dengan isyarat mata seolah mengatakan ia akan baik-baik saja. Lelaki yang merupakan tangan ka

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 43 Pengorbanan Haris

    Mendapati seseorang menyapanya, lelaki yang sedang menatap pusara itu menegakkan tubuh, dengan pandangan masih ke arah makam mendiang Amira."Ada apa?" Lelaki itu bertanya dingin."Maaf, Tuan Gery, saya diminta menyampaikan ini pada Anda." Seseorang yang memakai pakaian serba hitam itu melangkah, kemudian melewati Gery selangkah dan berbalik menghadap lelaki yang tampak acuh tak acuh tersebut. Ponsel berwarna hitam disodorkan dengan posisi menyala dan berada pada sebuah file yang sudah dipersiapkan.Gery terlihat enggan untuk mengambilnya."Tolong diterima, Tuan. Ini masih berhubungan dengan mendiang Nyonya Amelia," jelas pengawal tersebut.Mendengar nama perempuan masa lalunya disebut, Gery menoleh lalu menatap tajam pada pengawal di hadapannya. Tampak sekali wajahnya terlihat tidak suka.Menyadari perubahan mimik yang tak biasa, tubuh tinggi kurus itu sedikit membungkukkan tubuh. "Maaf, Tuan Gery.

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 42 Menuju Markas Penculik

    "Mas, Mas Idam kenapa?" tanya Mima melihat saudara lelakinya yang terlihat syok.Mendengar suara yang terdengar panik, Opa Patra menoleh. Wajahnya pun terlihat resah, baru saja ia juga menerima berita yang kurang baik. Namun, melihat cucu menantunya yang membeku, ia langsung menghampiri."Idam apa kamu baik-baik saja?" Dua kali memdapat pertanyaan dari orang yang berbeda, Idam masih terdiam. Mima melangkah lebih mendekat, menepuk bahu orang yang seolah tak sadar."Mas Idam kenapa?"Mendapat tepukan pelan, lelaki itu tersentak lalu menoleh."Hilma, Mim!""Kenapa Mbak Hilma!""Hilma diculik!"Mendengar nama yang tak asing dengan kejadian yang sama baru dilaporkan oleh bawahannya membuat Opa Patra terperangah."Hilma! Diculik!" gumam Opa PatraSementara Mima langsung histeris."Mas, cepat tolong Hilma!""L

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status