Malam ini adalah malam yang ditunggu Allura, wanita berusia 25 tahun, dimana malam ini ia merayakan anniversary pernikahan nya dengan Jonathan yang ke-6 tahun.
Allura dan suaminya, terlihat tengah sibuk menyambut para tamu undangan yang menghadiri acaranya."Bunda," panggil seorang anak kecil, sambil berlari menghampiri bundanya, yang terlihat tengah berbincang-bincang dengan sahabatnya."Eh, kenapa sayang?" tanya Allura kepada Dion-putranya."Bunda Dion lapar," katanya, sambil mengerucutkan bibirnya.Allura tersenyum melihat tingkah putranya itu. "Dion lapar? ayo kita cari makan." Allura berjalan menuju tempat dimana banyak makanan dihidangkan.Melihat banyaknya makanan kesukaannya, membuat mata Dion berbinar.Setelah mengambilkan makanan untuk Dion, Allura kembali menghampiri suaminya untuk ikut menyambut tamu."Dimana Dion, sayang?" tanya Jonathan, saat melihat Allura menghampirinya."Itu disana, dia lagi makan," tunjuk nya.Jonathan menganggukkan kepalanya. "Mas kesana sebentar." Jonathan berjalan menuju beberapa teman kerjanya."Hai, lura." Seorang wanita berpakaian cukup sexi berwarna merah terlihat berjalan menghampiri nya. Wanita itu adalah Tiara-sahabatnya dari SMP."Hai, Tia." Mereka berpelukan melepas rindu karena sudah lama mereka tidak bertemu."Sudah lama kita tidak bertemu, kamu makin cantik saja," ucap Tiara memuji Allura."Ah, kamu juga terlihat tambah cantik sekali." Allura tersenyum melihat sahabatnya.Beberapa tahun, tidak bertemu membuat Allura, sangat merindukan sahabat dekatnya dari SMP itu.Tiara, sahabatnya yang selalu menjadi tempat curhatnya. Ketika Allura sedang mempunyai masalah, apapun itu, ia selalu bercerita kepada Tiara."Mas, ini Tiara sahabatku dari SMP. Kamu pasti ingat," kata Allura ketika Jonathan menghampirinya."Oh, iya mas ingat." Jonathan mengulurkan tangannya, hendak bersalaman dengan sahabat istrinya itu.Uluran tangan itu, di sambut Tiara sambil tersenyum.Pukul 23.00, acara tersebut telah selesai, para tamu undangan sudah pulang kekediaman nya masing-masing.Hanya tersisa, Allura, Jonathan, Dion dan Tiara. Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga, karena acara perayaan anniversary tadi dilaksanakan di taman belakang rumah.Tiara bilang ingin menginap semalam dirumah Allura, dengan senang hati Allura mengiyakan ucapan sahabat nya itu."Bun, tante Tia mau tidur disini?" Tanya Dion, sambil melirik Tiara sekilas."Iya sayang. bunda sudah lama nggak bertemu dengan Tante Tiara," jawab Allura sambil tersenyum."Dion, sekarang kelas berapa?" Tanya Tiara sambil menatap Dion yang tengah asik menikmati roti buatan Allura tadi pagi.Dion itu pecinta roti, jadi jangan heran kalau hampir setiap hari, Allura akan membuat beberapa jenis roti."Dion masih TK," jawab Allura tersenyum melihat putranya yang lahap menyantap roti buatannya."Wah, masih TK, tapi bicaranya sudah lancar sekali," puji TiaraDari umur 3 tahun, Dion memang sudah lancar berbicara. Termasuk mengucapkan huruf R, yang kebanyakan akan susah diucapkan oleh anak-anak.Mungkin itu turunan dari Allura, dulu saat masih umur 3 tahun, Allura juga sudah lancar berbicara. Setidaknya itulah yang di katakan oleh kedua orang tuanya.Bicara soal orang tua, Allura merupakan anak yatim piatu. Orang tua Allura meninggal karena kecelakaan, saat itu usianya 8 tahun. Karena tidak ada saudara yang mau merawat nya, akhirnya Allura tinggal di panti asuhan.Sementara orang tua Jonathan, mereka sedang ada di luar kota, dan tidak bisa menghadiri acara anniversary tersebut."Oh iya, aku denger semenjak kamu menikah, perusahaan jatuh di tangan suamimu ya?" Tanya Tiara, saat ini hanya tinggal mereka berdua, karena Dion dan ayahnya sudah lebih dahulu masuk ke dalam kamarnya masing-masing."Bukan jatuh, aku memintanya untuk mengurusnya," jawab Allura sambil menatap Tiara."Jadi perusahaan itu tetap atas nama kamu?" Tanya nya lagi.Allura menganggukan kepalanya. "Ini sudah malam, sebaiknya kita tidur.""Iya aku juga sudah sangat mengantuk," ucap TiaraMereka beranjak dari ruang tamu, Allura menyusul suaminya di kamar, sedangkan Tiara, Ia tidur di ruang tamu."Mas, belum tidur?" tanya Allura saat melihat Jonathan duduk di kasur dengan ponsel di tangannya."Mas nungguin kamu," jawab Jonathan sambil tersenyum melihat istrinya."Kalau begitu aku mandi dulu ya mas, gerah lengket banget badan aku.""Iya sayang. Cepat ya mandinya, mas nggak sabar pengen tidur sambil peluk kamu.""Is, tiap hari juga tidur sambil di peluk." Allura menggelengkan kepalanya lalu beranjak menuju kamar mandi.Tidak tahu apa yang Jonathan lihat di ponselnya, hingga membuatnya terus tersenyum memandangi benda pipih itu.Allura yang sudah selesai mandi, dan sudah berganti baju dengan pakaian tidur yang sama dengan Jonathan, Ia terheran-heran melihat suaminya yang tersenyum memandangi ponselnya."Mas lihat apa? Kayak nya lucu ya sampai Mas senyum-senyum sendiri," tanya Allura mendudukkan tubuhnya di samping Jonathan."Eh, iya sayang tadi Mas lihat video lucu," jawab Jonathan, dengan cepat ia mematikan ponselnya."Ayo tidur mas sudah sangat lelah,"Allura memandangi wajah suaminya yang sudah terlelap itu. Terlihat wajahnya yang lelah karena seharian suaminya itu yang paling sibuk menyambut rekan kerjanya.6 tahun sudah ia menikah, dan selama itu ia lalui Dengan tidak mudah, terkadang ada perbedaan pendapat yang membuat ia dan suaminya sedikit beradu mulut. Tetapi itu tidak membuat mereka bertengkar hingga lama, mungkin hanya sebentar lalu setelah itu, mereka akan saling meminta maaf dan kembali seperti biasanya.Allura akui, suaminya itu memang tidak pernah bermain tangan ketika marah. Itulah yang membuatnya sangat menyayangi Jonathan.Pikiran nya melayang ke beberapa bulan terakhir, dimana suaminya itu sedikit berubah, Jonathan lebih sering cuek kepadanya, tidak tahu apa yang membuat suaminya menjadi seperti itu. Ia menganggap mungkin karena leleh bekerja, hingga membuat Jonathan sering bersikap cuek kepadanya .Tidak mau ambil pusing, ia memejamkan matanya, tidak lama kemudian ia terlelap.Allura bangun saat meraba sampingnya ia tidak mendapati suaminya. Ia melihat Jam di atas meja, menunjukkan pukul 3 pagi.Ia bangun mencoba untuk mencari Jonathan.Mungkin di dapur, itulah yang Allura pikirkan. tetapi setelah sampai di dapur ia tidak juga melihat suaminya itu.Ia kembali menaiki tangga untuk melihat di kamar putranya, yang letaknya di samping kamar ia dan suaminya.Dengan hati-hati ia membuka pintu kamar putranya, setelah terbuka yang ia lihat hanyalah Dion yang tidur memeluk guling.Allura turun, barang kali Jonathan di ruang tamu.Sesampainya di ruang tamu, ia tidak melihat apa-apa, namun ia mendengar suara dari kamar tamu yang di tempati oleh Tiara.Karena penasaran dengan suara itu, Allura melangkah mendekati kamar tamu. Suaranya semakin terdengar dengan jelas, membuat dadanya semakin berdebar kencang.Perasaan nya bercampur aduk, dengan perlahan ia membuka pintu kamar itu yang kebetulan tidak di kunci.Saat pintu terbuka, mata Allura membulat sempurna, lidahnya terasa kaku tidak mampu berkata-kata, tubuhnya terasa lemas , melihat pemandangan didepannya itu."Lu-lura," kata Jonathan terbata-bata."sayang, apa yang kamu lakukan disitu?" Lanjutnya bertanya."Apa yang aku lakukan? Tentu saja aku mencarimu mas. Tidak aku sangka, kalian telah berkhianat di belakang ku," kata Allura dengan matanya yang sudah berkaca-kaca."Ini tidak seperti apa yang kamu lihat sayang," kata Jonathan mencoba untuk memberikan penjelasan."Sudahlah mas, kalian sudah tertangkap basah, lalu apa yang mau kamu jelaskan?"Diam-diam Tiara tersenyum miring, seperti tidak ada rasa bersalah karena telah mengkhianati sahabatnya."Lura aku minta maaf, aku khilaf." Tiara menundukkan kepalanya."Minta maaf katamu? kalian telah berkhianat di belakangku, semudah itu meminta maaf? Kalian telah berbuat zina di rumahku, jadi aku minta kalian segera angkat kaki dari sini!" Kata Allura tegas, sorot matanya menggambarkan betapa kecewanya Ia."Sayang, jangan usir mas dari rumah ini," pinta Jonathan memelas."Pergi mas!" Teriak Allura, ia sudah muak dengan dua manusia didepannya saat in
Brak! Bu Dewi melempar koper berisi pakaian milik Allura dan Dion."Ambil koper mu dan pergilah dari sini!" Perintahnya.Allura memandangi koper besarnya itu, sungguh tidak pernah terpikirkan olehnya, kalau ia akan di usir dari rumahnya sendiri."Kalian kejam!" Teriaknya, tatapannya tajam."Nenek jahat!" Teriak Dion marah."Diam kamu! Anak kecil sepertimu tau apa? Cepat pergi bawa bundamu itu!""Sampai kapan pun aku tidak akan meninggalkan rumah ini." "Kamu memang tidak tahu diri ya? Kamu itu sudah diceraikan sama mas Jonathan, dan rumah ini sudah menjadi milik mas Jonathan,'' ujar Tiara dengan nada mengejek."Yang tidak tahu diri itu kalian bukan aku. Sudah banyak yang aku berikan untuk kalian, aku banyak berkorban untuk kalian, tetapi dengan tidak tahu dirinya kalian mengambil semuanya dariku.""Pergi!" Bentak Jonathan."Hahaha! Lihatlah wanita itu, dia seperti pengemis," ucap Tiara, mengejek Allura yang duduk di lantai karena sebelumnya ia sempat didorong oleh Tiara."Hahaha! Kam
Acara di masjid telah selesai, Allura keluar dari dalam masjid untuk mencari Dion, yang tadi minta uang untuk membeli jajan tetapi tidak kunjung kembali.Dari kejauhan Allura melihat ada kerumunan. "Bu itu ada apa ya?" Tanyanya dengan seorang ibu-ibu."Oh itu tadi ada korban tabrak lari," jawab ibu itu lalu berjalan meninggalkan Allura.Allura mendekat ke kerumunan itu dengan perasaan yang tidak tenang. Betapa terkejutnya ia melihat siapa yang menjadi korban. Matanya memanas, dadanya sesak, bagaimana tidak jika yang korban itu adalah Dion-putranya."Diiiooon!" Teriaknya histeris. Ia memangku kepala putranya yang bersimbah darah itu."Dion, bangun sayang!" Pinta Allura sesenggukan."Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Allura, air matanya mengalir deras ke pipinya."Tadi saya sempat melihat putra ibu ini bertengkar dengan seorang pria dan wanita. Saya tidak tahu pasti awal mereka bertengkar bagaimana, tetapi saya lihat wanita tadi tidak terima dengan ucapan dari putra ibu, lalu wanita itu
"Buat apa ibu datang kemari?" Tanya Allura datar. Ia sudah muak dengan ibu Jonathan itu. ya yang datang adalah Bu Dewi, tidak tahu apa yang wanita itu mau."Aku kemari untuk memperhitungkan perbuatanmu," kata Bu Dewi marah."Perbuatan apa Bu? Seingat saya, saya tidak melakukan apapun." Allura bingung dengan apa yang diucapkan Bu Dewi."Jangan pura-pura tidak tahu, Allura." Bu Dewi menatap tajam Allura."Saya memang benar tidak tahu Bu," kata Allura menghela nafas panjang."Dasar bodoh, karena kamu tidak becus mengurus Dion sekarang dia meninggal. Seharusnya kamu berikan dia kepada kami waktu itu." Mendengar itu membuat darah Allura kembali mendidih."Apa aku tidak salah dengar Bu? Bukankah kalian sendiri yang tidak mau merawat Dion, putra ibu sendiri yang bilang, dia tidak mau merawat Dion," kata Allura membela diri, ia tidak terima disebut wanita bodoh.Kematian putranya memang sudah takdir, dan Allura perlahan-lahan mengiklaskannya. Tetapi tidak membuat Allura melupakan perbuatan m
"ayo kita makan dulu, sepertinya bibi sudah selesai menyiapkan makanan," ucap mommy Shofie, mengajak mereka untuk makan."Ayo Daddy juga sudah lapar." Mereka semua melangkah pergi ke dapur untuk makan.Tidak ada percakapan diantara mereka ketika makan. Karena Johan selalu mengajarkan untuk tidak berbicara ketika sedang makan.Selesai makan, mommy Shofie meminta Allura untuk beristirahat. Allura sendiri juga sangat lelah."Sayang, bagaimana kalau kita menjodohkan Zevan dengan Ara?" Tanya Shofie kepada suaminya."Aku setuju, tetapi tidak dalam waktu dekat ini. Kamu tau kan kalau Ara itu sedang berduka? Dia juga terlihat trauma untuk menjalani pernikahan kembali.""Dari mana kamu tau kalau Allura itu trauma?""Hanya menebak saja. kalau tebakan aku benar, bukankah itu wajar jika Ara trauma? Aku tahu benar bagaimana perjuangan dan pengorbanannya dulu, lalu sekarang dia di khianati." Shofie menganggukan kepalanya, ia juga tau bagaimana perjuangan dan pengorbanan Ara dulu. Dalam hatinya ia
"iya, ada apa ya?" Tanya Allura saat melihat seorang wanita menatapnya tajam."Kamu karyawan baru ya disini?" Tanya wanita itu, yang namanya adalah Susi."Iya kenapa?" Tanya Allura lagi."Beliin aku makanan diseberang jalan sana!" Perintahnya."Maaf, bukannya sudah waktunya masuk kerja?" "Iya terus kenapa? Saya mau kamu beliin aku roti diseberang jalan sana!" "Baiklah istirahat nanti akan saya belikan," ucap Allura sambil tersenyum ramah."Sekarang! Cepat!" "Tapi sudah waktunya bekerja.""Kamu berani melawan saya? Saya ini calon istri pak Zevan," tegasnya, membuat Allura menatapnya tidak percaya.Apa benar dia ini calon istrinya Zevan? Masa iya seleranya kaya Tante-tante kurang disentuh begini, pikir Allura."Maaf, saya tidak tahu, kalau begitu akan saya belikan," ujar Allura sambil menunduk."Pakai uang kamu dulu," ujar susi lalu melangkah pergi meninggalkan Allura yang menatapnya tidak percaya."Mudah sekali dia berbicara," gumam Allura lirih."Permisi pak, ini ada berkas yang p
"hehe, kan Zevan mau liburan bareng keluarga juga, memang tidak boleh?""Boleh aja, asalkan untuk tiketnya kamu yang beli, setuju?" Tanya mommy Shofie membuat pak Johan menggelengkan kepalanya."Itu gampang, jadi rencananya mau pergi kemana?""Ara, ada ide?" Tanya Zevan sambil menatap Allura."Ara, ikut aja, terserah mau kemana," Jawab allura."Tapi, sepertinya Ara tidak ikut," sambungnya. "Loh, kenapa?" Tanya mommy Shofie dengan suaranya yang lembut."Ara tidak ada biaya, buat liburan," jawabnya sambil tersenyum."Tenang aja sayang, kita yang bayarin, kan mommy sudah menganggap Ara seperti anak sendiri. Untuk tiketnya, Zevan yang beli." Mommy Shofie mengelus rambut panjang Allura dengan lembut."Tapi, mom....""Tidak ada penolakan, sayang. Pokoknya Ara harus ikut, kalau tidak mommy akan marah," ujar mommy Shofie, sambil pura-pura marah."Yah, jangan dong mom. Oke deh, Ara ikut," Jawabnya membuat mommy Shofie tersenyum senang.Pak Johan dan Zevan, yang melihatnya hanya bisa menggeleng
Flashback di kantor.Allura berdiri di belakang kursi Zevan, yang masih berbicara dengan Susi.Tiba-tiba ia merasakan kepalanya sangat pusing, Allura duduk di lantai karena ia sangat lemas untuk berdiri.Ia berpikir saat masih di rumah, pusingnya akan hilang dengan sendirinya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tetap berangkat ke kantor.Setelah selesai berkumpul tadi, sebenarnya ia akan istirahat sebentar, tetapi Zevan memintanya untuk ikut masuk kedalam ruangannya, mau tidak mau Allura mengikuti Zevan.Merasakan kepalanya yang semakin pusing dan badannya juga lemas, akhirnya Allura tidak sadarkan diri tepat di belakang kursi Zevan. Saat di kantor badannya memang tidak panas, mangkanya Zevan mengira Allura hanya tidur.Flashback off.Allura sudah pindah ke ruang rawat, ia juga belum sadarkan diri. Hingga malam hari sekitar pukul 21.00, ia sadar dan hanya ada Zevan yang tidur dikursi diruangan itu."H-haus," lirihnya, ia mencoba meraih gelas di atas meja yang ada di sampingnya. Ak