Home / Romansa / Surat Dari Venus / BAB 2 - Terjebak Oleh Pesona

Share

BAB 2 - Terjebak Oleh Pesona

Author: Aster Chronos
last update Huling Na-update: 2022-02-12 00:43:16

Ran turun dari bus tepat di depan sekolah. Jantungnya berdegup kencang, ketika mendapati gerbang sekolah yang mulai ditutup oleh satpam. Namun, siswa yang bergerombol dan berdesakan masuk, mengakibatkan gerbang susah ditutup.

Ran diam sejenak untuk mencari cara agar bisa menembus gerombolan itu.

Kemudian Ran berlari menuju gerbang, dengan pikiran bisa membuat gerombolan siswa itu tumbang. Naasnya, Ran terjatuh akibat menginjak tali sepatunya sendiri, hingga lututnya berdarah. Namun Ran tidak ada waktu untuk meratapi rasa perih di lututnya, dan langsung bangkit untuk menerjang gerombolan itu.

Perkiraannya salah, ia malah terjebak diantara gerombolan itu. Bau keringat langsung menyengat hidungnya, tidak tertahankan lagi.

Ran berjongkok untuk mencari jalan di sela – sela kaki para siswa yang juga terlambat itu. Ia merangkak, tidak memperdulikan lututnya yang sakit karena terkena kerikil. Tujuannya hanyalah bisa lolos dari gerbang itu, sebelum guru BK darang.

Setelah berhasil menembus gerombolan itu, Ran mengehmbuskan napas lega sembari merapikan seragamnya.

“Uwek!!! Gak enak banget baunya,” tukasnya kesal ketika sisa-sia bau keringat yang tercium dari seragamnya.

Seketika ia tersentak ketika mendapati seorang guru BK yang melirik kearahnya, bersamaan dengan suara bel yang dibunyikan.

Mati aku, batin Ran.

Peraturannya, jika bel sudah dibunyikan, tidak boleh ada siswa yang masih berkeliaran di area sekolah, karena doa pagi bersama di kelas dilaksanakan tepat setelah bel berbunyi. Bagi siswa yang tertangkap masih di luar kelas, akan dihukum bersama siswa yang terlambat.

Hukumannya pun cukup menguras jam pertama pelajaran. Akan dibagi beberapa kelompok untuk membersihkan area sekolah seperti kebun, kamar mandi, halaman sekolah, dan green house yang jumlahnya ada 3. Belum lagi hukuman dari guru yang mengajar di kelas. Mereka yang tidak beruntung, dan mendapatkan guru disiplin akan mengerjakan tugas tambahan di rumah seperti mengerjakan soal – soal atau merangkum buku, dengan deadline keesokan harinya.

Tidak banyak juga siswa yang kabur, atau memilih membolos demi menghindari hukuman-hukuman itu.

Ran mencoba mencari tempat sembunyi untuk menghindari ketiga guru BK itu. Namun setelah memperhitungkan jarak kamar mandi dengan posisinya sekarang, ia lemas.

Siapa sih yang membangun lapangan sekolah selebar itu, rutuknya dalam hati.

Dalam keputusasaannya, Ran mulai merasakan perih pada lututnya. Lalu ia menunduk untuk memastikan seberapa parah luka yang ia dapatkan tadi. Tidak seperti yang ia bayangkan, luka di lututnya sangat besar. Bahkan darah masih mengucur meskipun waktu telah berlalu lama, dari ia mendapatkan luka itu.

Ran menarik napas panjang, siap dihukum.

Namun, kedua matanya l berbinar ketika menangkap sosok seorang guru yang ia yakini dapat membantunya. Aksa, guru sejarah yang juga wali kelasnya dan hari itu beliau mengajar di kelasnya.

Aksa yang sedang berjalan santai tersentak mendapati kehadiran Ran. Gadis itu mengedipkan mata beberapa kali padanya, seperti memberi isyarat. Ia sebenarnya sudah tidak terkejut lagi dengan tingkah salah satu muridnya itu. Begitu ceroboh dan tidak disiplin. Beberapa kali juga ia mendapat teguran dari guru BK untuk mengingatkan Ran agar berangkat lebih pagi lagi.

“Pak, tolong bantu saya kali ini,” kata Ran dengan wajah memelas.

Aksa melirik kearah rekan kerjanya yang sedang mendisiplinkan para murid di gerbang, kemudian beralih menatap Ran. Ia tersenyum.

Melihat senyuman gurunya itu, Ran merasa seperti disengat lebah dan membuatnya tidak dapat menggerakkan tubuh. Jantungnya yang tadinya mulai tenang karena berhasil lolos dari desakan di gerbang, kini kembali berdesir dengan cepat. Namun, ada rasa hangat yang menggilitik, berbeda dari degup jantung ketika panik. Mungkin terdengar kurang ajar, namun Ran tidak bisa menyangkal bahwa senyuman Aksa sungguh menawan.

Aksa memiliki postur tubuh yang tinggi dan atletis. Garis rahangnya yang tajam membuat sosoknya terlihat maskulin. Ditambah dengan alis tebal dan mata elangnya yang mampu menyihir para wanita. Aksa merupakan guru termuda di sekolah itu. Selain paras rupawannya, ia adalah seseorang yang sangat genius. Di umurnya yang masih dua puluh tiga tahun ia berhasil menyelesaikan studi S3 nya.

Aksa adalah seseorang yang pandai dalam banyak hal, tidak hanya mengusai satu bidang saja. Sains, matematika, filsafat, astronomi, olahraga dan seni semua ia tampung di kepalanya. Dan yang menjadi pertanyaan besar bagi sebagian penghuni sekolah adalah kenapa Aksa lebih memilih untuk mengajar di sekolah biasa. Padahal, ia sering ditawari untuk mengajar di sekolah negeri dan sekolah swasta yang lebih baik daripada sekolah saat ini tempat ia mengajar. Ia juga bisa menjadi dosen di salah satu universitas ternama Indonesia, dengan kemampuannya itu. Namun tidak pria itu lakukan.

Banyak orang yang berpikir, dalam tubuh Aksa mengalir darah seorang ningrat atau konglomerat, melihat pembawaannya yang elegan. Tutur kata, dan sikap sangat berbeda dari orang kebanyakan. Pemikiran Aksa selalu lebih maju daripada guru lain. Itu juga yang menyebabkannya banyak diidolakan. Tidak hanya dari kalangan siswi dan guru wanita, tetapi para siswa. Dan, dari banyaknya wanita yang mengagumi pria itu, belum diketahui kepada siapa Aksa melabuhkan hatinya.

“Ran, kenapa bengong? Pengen dihukum guru BK?” tanya Aksa, menyadarkan Ran dari lamunannya.

Ran memukul kepalanya dan merutuki diri sendiri karena bertindak konyol barusan. Gila kamu Ran, inget dia gurumu, batinnya.

“Kamu terlambat? Ayo ikut saya,” kata Pak Gatot.

“Maaf Pak, Ran tadi saya minta mengambil soal – soal ini di percetakan depan sekolah sehingga menyebabkannya terlambat masuk. Seharusnya Ran sudah ada di sekolah sejak lima belas menit lalu sebelum bel berbunyi,” sahut Aksa sembari menunjukan setumpuk kertas hvs yang berada dalam plastik, masih terlihat baru.

“Iya Pak, tadi antri percetakannya lama sekali, jadi saya terlambat deh masuk ke sekolah lagi,” kata Ran menambahi alibi guru itu.

Pak Gatot berdehem, “Hmmm yasudah kalo gitu, segera masuk kelas,” katanya.

“Pagi ini, jam pertama pelajaran Ran bersama saya Pak,” balas Aksa.

“Baiklah, saya permisi dulu Pak Aksa, selamat beraktivitas,” ujar Pak Gatot sembari meninggalkan Ran dan Aksa.

Ran menghembuskan napas lega. Badan yang beberapa saat lalu terasa kaku akibat gugup, menjadi lemas seolah beban berat telah terangkat dari bahunya.

Lalu ia menatap Aksa dan berkata, “Terimakasih Pak.”

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dito Adimia
ayo ikut mas aksa. ran
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Surat Dari Venus   BAB 60 - Penebusan

    Terdengar ledakan dahsyat dari dalam hutan, membuat langkah Ran, Sunny dan Grace terhenti. "Ben meledakan gubuk agar tidak meninggalkan bukti," gumam Grace. Ran menatap tajam Grace, lalu berkata penuh dengan penekanan, "Kejam sekali kalian." Grace tidak berani mengangkat pandangannya pada Ran, karena merasa bersalah. Ia juga merasa malu setelah menjadi bagian dari kejahatan itu, yang akhirnya menjadikannya korban. Dari balik semak Adit dan Angga berlari kearah mereka dengan tergesa-gesa. "Guys kenapa kalian berhenti! Ayo lari!" teriak Adit dari kejauhan. Lalu, Ran, Sunny dan Grace melanjutkan langkahnya. Terdengar suara tembakan beberapa kali dari arah kejauhan, membuat mereka panik, sampai berlari tak tahu arah. Hanya mengandalkan insting untuk memilih jalan mana yang mudah dilewati, karena mereka terjebak dengan ilalang yang membutakan arah. "Tinggalkan saja aku disini! Kalian kabur saja," ujar Grace semakin merasa bersalah, karena menjadi beban. "Tutup mulutmu brengsek!" Be

  • Surat Dari Venus   BAB 59 - Menembak Langit

    "Sialan!!! Ulah siapa ini?" Gerutu Ben sembari membanting pecut yang ia pegang, penuh emosi karena lampu seketika padam di tengah kegiatan yang ia lakukan. Kemudian terdengar sirine alarm kebakaran yang membuat panik orang-orang dalam ruangan itu. Ben lantas bangkit dari tempat tidur dan meraih jubah mandi yang tergantung di dekat pintu dan memakainya. Ia keluar dari ruangan dengan langkah penuh amarah sembari meneriakkan nama anak buahnya. Empat orang pria yang merupakan teman-teman Ben, menyusul pria itu keluar ruangan. Meninggalkan Sunny dan Grace. Sunny memanfaatkan keadaan itu dengan bergegas melepas ikatan tangan dan kakinya. Dengan tubuh telanjang di tengah kegelapan, ia memungut pakaiannya yang berceran di lantai. Sedangkan Grace yang masih terkuai lemas di tempat tidur, hanya bisa menangis menahan perih di kulitnya, akibat pecut yang diayunkan oleh Ben sejak tadi. "Grace ayo kabur dari sini," tukas Sunny. "Aku tidak bisa menggerakkan kaki," ujar Grace. Sunny mengeluarka

  • Surat Dari Venus   BAB 58 - Hasrat Gila Pria Biadab (21+)

    WARNING!!! Isi Bab ini terdapat kekerasan seksual yang tidak cocok untuk anak dibawah umur. Mohon bijak memilih bacaan yang cocok dengan umur anda. ** "Kalian mengenal orang-orang itu?" tanya Ran. Adit dan Angga menggeleng bersamaan. "Melihat dari postur tubuh dan wajah kedua orang itu, sepertinya sudah berumur," kata Angga. "TOLONG!" Teriak seseorang yang membuat dua pria bertubuh kekar tadi masuk ke dalam gubuk. Sedangkan Ran, Angga dan Adit bergetar ketakutan mendengar suara pekikan yang begitu putus asa itu. "Apa sebenarnya yang mereka lakukan dalam gubuk itu?" tanya Adit. Tidak ada jawaban dari Ran dan Angga. Angga lantas menutup laptopnya, dan berjalan mendekat ke Adit. Kemudian ia membuka tas yang digendong oleh temannya itu, dan memasukan laptopnya. "Mumpung dua orang itu tidak ada, ini kesempatan kita mencari tahu," ujar Angga seraya menutup resleting tas kembali. "Benar ayo kita masuk," balas Ran. "Tunggu... apa kalian gak takut? Melihat dua orang tadi, sepertinya

  • Surat Dari Venus   BAB 57 - Gubuk Di Tengah Hutan

    Angga telah menyelesaikan surat izin mereka bertiga dan dikirim melalui email pada Aksa yang masih menjadi wali kelas.Sebuah kertas yang terdapat coretan dibentangkan di atas kasur. Ran, Adit dan Angga menatap kertas-kertas itu dengan seksama, agar tidak ada kesalahan dalam menjalankan misi mereka nanti. Sebuah misi yang menjadi pengalaman baru dalam hidup mereka, karena berurusan dengan anak-anak petinggi sekolah."Mereka adalah geng yang bisa melakukan kekerasan, kalian harus hati-hati nanti. Terutama kamu Ran, cewek harus tetap bersama kami," ujar Adit.Ran mengangguk."Baik, mari ganti pakaian yang nyaman, setelah itu kita menuju ke lokasi," kata Angga.Adit berjalan menuju kopernya, dan meraih sebuah jaket beserta masker, lalu memberikannya pada Ran. "Pakailah..""Terimakasih, aku kembali ke kamarku dulu untuk membersihkan diri."**Ran menghentikan langkahnya sembari menatap gedung hotel yang menjulang tinggi di belakangnya. Matanya berhenti di kaca jendela lantai 3, tempat dim

  • Surat Dari Venus   BAB 56 - Penyiksaan

    "Kamu memimpikan apa, sampai berteriak begitu?" tanya Adit. "Aku bisa minta kertas dan pulpen?" Adit mengernyitkan dahinya bingung. Namun ia tidak bertanya lebih dan meraih sebuah buku catatan kecil fasilitas dari hotel beserta pulpennya. Ia berikan dua barang itu pada Ran. Ran kemudian menulis ulang hal-hal yang Sunny tidak suka, dan mengurutkannya seperti di mimpi. "Apa ini?" tanya Adit bingung. "Coba kamu baca dari huruf awalnya, urut ke bawah." "Aku minta tolong..." gumam Adit. "Mungkin kamu bakal mikir aku gila. Semalam Sunny menyebutkan hal-hal ini. Awalnya aku pun merasa aneh, karena yang dia sebutkan random. Dia memintaku membuatkan puisi dari awalan kata hal-hal yang dia sebutkan ini." "Kamu memimpikannya," ujar Adit menebak. Ran menatap Adit kagum. "Bagaimana kau tahu?" "Bukankah tadi waktu kamu bangun, yang kamu teriakan nama Sunny? Sudah tentu yang kamu impikan gadis itu," jawab Adit, "Aku tidak menganggapmu gila, karena hal-hal seperti ini pernah terjadi padaku.

  • Surat Dari Venus   BAB 55 - Dimensi Tak Terbatas

    "Sikapmu tidak perlu terlalu jelas begitu, kalo orang lain sadar, akan timbul skandal. Menarik juga kisah cinta masa kecil yang bodoh masih kau pertahankan. Dia gadis itu bukan?" gumam Elina. Aksa tersenyum kecut. Kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop berukuran kecil berwarna cokelat dari saku jas nya. "Kau juga, jangan terlalu jelas," balas Aksa sembari melemparkan amplop itu di meja. Elina menatap amplop itu cukup lama, kemudian menoleh pada suaminya. "Apa ini?" "Padahal setelah proyek berhasil, kita bisa bercerai seperti perjanjian. Kalo proyek rusak, itu akan jadi salahmu." Elina bergegas meraih amplop itu dan melihat isinya. Betapa terkejutnya ia melihat foto-foto yang ada di dalam amplop itu. Foto dirinya yang tertangkap basah sedang berkencan dengan seorang pria. Bahkan, fotonya yang sedang berciuman dan telanjang ada disana. Bibir Elina bergetar ketakutan. Ia langsung mengembalikan foto-foto itu ke dalam amplop, dan menatap Aksa tajam. "Tujuanku mendekati Raka hanya un

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status