Share

04. Permintaan Siska

last update Huling Na-update: 2022-12-26 00:05:53

“Ada Mas, nih seribu!” ucap Susi enteng.

“Loh kok cuma seribu? Aku tadi kan ngasihnya seratus ribu, kok kembaliannya cuma seribu perak?” tanyanya dengan wajah yang sudah terlihat kusam dan jutek.

 

“Loh Mas Ratman ini bagaimana sih? Tadi ada nggak nyuruh aku kembalikan uangnya harus berapa kan nggak ada bilang, berarti bukan salah aku dong!” ucapnya sedikit kesal.

“Lagian katanya nggak boleh pelit-pelit sama saudara nanti nggak berkah loh, itu kan yang Mas, bilang?” jelas Susi mencoba mengingatkan kembali perkataan Suratman tadi.

 

“Memang tadi aku tadi ngomong seperti itu?” tanyanya yang masih tidak percaya dengan ucapannya sendiri.

“Iya, Mas, bukannya berbagi itu indah?” timpa Suratmin mengelabui saudara kembarnya yang sudah keterlaluan pelitnya.

“Sudah toh Man, nggak usah dipikirkan lagi  lebih baik nanti kita makan rujak, enaknya nampol loh panas-panas begini makan yang pedas-pedas,” sahut Bu Retno yang masih mengupas buah-buahan itu lalu mengirisnya dengan penuh semangat empat lima.

“Coba di rumah kontrakanmu yang kecil ini buka warung gitu, ya jual sembako, jajanan kek atau apalah yang menguntungkan, jadi nggak usah ke warung lagi, kan enak, daripada kamu nganggur di rumah nggak ngapain-ngapain, uangnya kan bisa dikumpulin untuk beli buat rumah!”

“Memang kamu nggak mau apa, punya rumah sendiri, suka banget ngontrak terus habisin uang saja, makanya kalau cari kerja itu yang sedikit ada wibawanya gitu, lah ini jadi cleaning service.”

“Kalau aku ya, Min, nggak mau kerja kasaran gitu menjadi pesuruh, ogah banget deh!” jelasnya yang terus memojokkan Suratmin di hadapan ibu-ibu lainnya.

 

Sedangkan Suratmin hanya mendengarkan celoteh saudara kembarnya itu dengan tersenyum. Baginya jika saudaranya bahagia dia kan turut bahagia.

 

Pemilik kontrakan sebenarnya  tidak mempermasalahkan kalau Susi ingin membuka warung sebagai hobi di rumah kontrakan itu. Bahkan tidak berniat untuk menaikkan uang kontrakan malah merasa kasihan jika saudara iparnya sering datang ke rumahnya hanya untuk meminta bantuan jasa dari Susi maupun Suratmin.

 

Namun, Susi masih berpikir dua kali lagi untuk berjualan, dia mulai ragu dengan saudara kakak iparnya itu yang sering bertamu ke rumahnya dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.

Baginya daripada membuat masalah, sehingga menjadi renggang mereka pun mengurungkan niatnya untuk membuka warung  berjualan di depan rumahnya.

“Iya, aku buka warung malah nanti ngutang ke aku lagi, lebih baik seuzon sekarang dari pada nanti,” gerutu Susi dalam hati sambil tersenyum.

“Bagaimana, Min, usulku bagus kan?” tanyanya lagi.

 

“Maaf Mas, aku nggak punya modal lagian bentar lagi anak kami lahiran, nanti kasihan dia keteteran kalau mengurusi antara warung dan bayi kami, nanti saja kalau sudah besar sedikit,” tolaknya dengan halus.

“Alah, kelamaan, contoh nih Mbak Siska mu ini, masih kerja sampai sekarang, belum juga cuti padahal sudah hamil besar masih bisa kerja , namanya juga wanita karier.”

“Makanya coba dari dulu cari istri itu yang kaya, yang bisa kerja kantoran jadi ngumpul duitnya cepat.”

“Lah kamu kerja cleaning service aja bangga amat, istri cuma jadi babu di rumah nggak menghasilkan apa-apa!” gerutunya kepada Suratmin, walaupun sedikit berbisik tetapi Susi masih bisa mendengar percakapan mereka.

Sedangkan Ibu-ibu yang lain ingin menanggapinya tetapi malah disuruh tetap diam, sehingga Siska pun merasa bahagia karena suaminya selalu menyanjungnya di depan Suratmin.

“Sus, dengar tuh apa yang dikatakan Mas Ratman, jadi istri jangan di dapur saja, gaul dong, tetapi karena kamu orang kampung pastinya kamu hanya lulusan SMA saja, iya kan?” ejaknya lagi bertambah membuat ibu-ibu mulai gerah, tetapi lagi-lagi Susi tidak ingin ada masalah dan memberi kode agar tidak terlalu meladeninya.

“Eh, Siska pedas banget mulutnya kayak cabe, terus kenapa kamu sering merepotkan Susi terus, hayo, apa lagi alasanmu, orang kaya itu nggak kayak kamu, atau jangan-jangan kamu OKB ya?” selidik Bu Retno kesal.

“Apa itu OKB?” tanya Siska bingung.

“Nah pantas saja kelihatan kok dari sana, kepanjangannya itu Orang Kaya Baru, hahaha ... tawa Bu Retno menggelegar sampai keluar membuat Suratman penasaran.

“Ada apa toh Ibu-ibu, ramai benar, loh kamu kenapa, Sayang, kok mukanya ditekuk gitu?” tanyanya sedikit khawatir.

 

“Bu Retno, Mas, dia bilang kalau aku OKB!”

“Memang apaan OKB?”

“Orang Kaya Baru!” ucap mereka serempak sembari tertawa keras.

“Tuh kan kita diketawain, padahal memang iya sih kita kan baru kaya setelah kamu naik pangkat dan aku dapat warisan dari Bapak di kampung,” ucapnya pelan tetapi masih terdengar oleh ibu-ibu tadi.

“Hust ... jangan nyaring-nyaring, ketahuan dong,” ucapnya pasrah.

“Eh, Man, kami memang sangat bersyukur karena  kamu dermawan tetapi tidak juga ditunjukkan ke mana-mana, namanya kalau kamu masih ingat dalam pelajaran agama yaitu riya, tidak baik malah tidak ada pahalanya karena kamu selalu meminta imbalan.

“Kamu pernah dengar nggak sih jika tangan kanan memberi usahakan tangan kiri jangan sampai tahu, lah kamu nggak, ingin semua warga tahu kalau kamu itu kaya, jangan begitu Man,” jelas Bu Retno mulai tambah geram.

“Nggak juga kok, Bu, hanya perasaan Ibu saja kali,” kilahnya dengan santai.

“Lah yang waktu itu kamu bantu anaknya Pak Tejo, katanya ikhlas mau ngasih dua ratus ribu, eh tahunya besok minta dibuatkan nasi bungkus sebanyak 20 bungkus, untuk amal sekaligus katanya buat anak-anak yatim, karena kamu lihat dia dapat kiriman beras dari salah satu keluarganya untuk dijual lagi untuk biaya hidup, iya toh?” selidik Bu Retno lagi.

 

“Kok Bu Retno tahu, memang Pak Tejo mulutnya ember banget persis seperti emak-emak saja,” celetuknya kesal.

“Bukan dari Pak Tejo intinya ya, pokoknya dari sumber terpercayalah,”  sahut Bu Retno tersenyum.

“Siapa sih yang nggak kenal dengan Bu Retno, walaupun saya ini dikenal biangnya gosip tetapi gosipnya di jamin betul nggak sembarangan gosip, anggap saja berita berjalan, akurat, tajam dan terpercaya pastinya,” jelasnya dengan bangga kan dirinya sendiri.

 

“Harus ikhlas dalam hati, jangan diperlihatkan seperti saudara kembarmu ini, loh!”

“Bu Retno!” ucap Susi mengedipkan matanya.

“Apa maksud Bu Retno tadi, jangan bilang kalau Suratmin itu berbuat kebaikan bagi-bagi sembako kayak saya, mana bisa dia, orang gajinya saja kecil mana bisa berbagi sama yang lain, lagian malah dia yang harus dikasihani, iya kan Min?”

“Iya, Mas,” jawabnya merendah dan tersenyum.

 

Cuma butuh waktu sepuluh menit semua telah tersedia,  Bu Wulan yang membuat bumbu rujak membuat lidah bergoyang. Sedangkan Susi juga sedang membuat gorengan hasil jarahan uang Siska untuk membeli bahan makanan.

Akhirnya mereka pun makan bersama-sama, mereka menikmatinya apalagi Suratman dan Siska mengambil banyak rujak itu lalu makan gorengan yang tak habis-habinya  mereka mengunyah.

“Aku heran deh sama kalian berdua betah banget sih tinggal dikontrakan ini, coba cari kerja yang bagus dong, Min!”

“Bentar lagi kamu punya anak, mau dikasih makan apa anakmu nanti?”

“Iya tahu nih, dan kamu juga Susi jangan Cuma ngurus anak dan di rumah saja dong, cari kegiatan apa kek yang menghasilkan uang, contoh ini Mbak Siska, nanti kalau sudah melahirkan dua bulan setelahnya dia akan kerja kembali.

“Nah, aku punya usul, bagaimana kalau kamu saja nanti yang merawat anakku, Sus, ya hitung-hitung itu juga keponakanmu, cukuplah kalau aku kasih kamu seratus ribu rupiah.

“Benar Mbak, seratus ribu sehari gajinya?”

“Ya nggak lah, seratus ribu sebulan, kan itu keponakan kamu sendiri, masa mahal-mahal tekor dong aku,” jelasnya dengan santai.

“Bagaimana, mau ya dari pada cari orang lain, aku nggak berani, nih!”pinta Siska penuh harap.

“Maaf ya Mbak, ya nggak mau, aku ini orangnya pemalas kalau ngurus dua bayi sekaligus, capek, suruh yang lain saja, nanti malahan anakku nggak terurus lagi,” celetuknya sewot.

“Mas, kasih tahu Susi agar mau ya ngurus anakku nanti?” pintanya dengan manja.

“Min, tolong lah kasih tahu Susi agar dia mau mengurus anakku juga, aku nggak percaya dengan sama orang lain,” ucapnya dengan penuh harap.

 

“Kalau begitu Mbak Siska berhenti saja dari kerjaannya, saya nggak mau istriku capek hanya untuk mengurus anak-anak.”

“Dia kan juga butuh istirahat, saya nggak ngizinin dia juga, Mas Ratman juga harus ngerti dong,”sahut Suratmin menegaskan

“Tiba-tiba perut Susi merasa sakit, membuat dirinya berkeringat dingin, Aduh, Mas ...!”

“Mas, sepertinya aku mau melahirkan!” tariaknya dengan bahagia.

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   124. Tolakan Rayhan

    Memang tidak diragukan dulu saat mereka satu kampus. Ayu yang terlahir dengan wajah cantik dan tubuh seksi, membuat siapa saja akan jatuh cinta dan tergoda, sehingga banyak para lelaki yang mencuri pandang dengannya dan ingin merasakan pelukan hangat dari Ayu. Apalagi cara berpakaian yang sangat terbuka membuat para pria panas dingin dibuatnya.“Apakah Ayu yang mengatakan hal itu dengan Bapak?” “Iya, kamu juga mencintai Ayu, kan?” tanya Suratman bersemangat dan melirik sinis kearah Suratmin. Rayhan menghela napas panjang, dia tahu akan terjadi seperti ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Rayhan bersama Hanin melihat Ayu bergandengan tangan dengan pria yang lebih tua darinya.Saat mereka berbincang di ruangan Rayhan, tiba-tiba saja Pak Dibyo ayah kandung Rayhan masuk ke ruangan itu. Dia pun ikut terkejut dengan kehadiran dua orang saudara kembar itu. Dengan cepat Suratman berdiri untuk menyambut Pak Dibyo dan menghambur ke pelukan seakan mereka baru bertemu kembali sebagai seorang

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   123. Pertemuan Saudara Kembar

    Tepat pukul dua siang akhirnya Suratman sudah sampai di kantor Rayhan. Setelah memarkirkan mobilnya dia keluar dari mobil dengan senyuman semringah, berjalan tegak dengan membusungkan dadanya. Pria paru baya itu yakin kalau selain kerja sama itu dia juga menawarkan Ayu untuk dinikahinya. Apalagi kata putrinya sendiri kalau Rayhan juga sangat mencintai Ayu.“Ah sebentar lagi perusahaan ini akan menjadi milikku . Rasanya tidak sabar untuk bisa masuk di dalam keluarga Rayhan,” batin Suratman sambil menatap gedung tinggi itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Dia pun menekan tombol lift pergi ke lantai empat tempat di mana ruang kerja Rayhan berada. Rasa gugup dan sedikit gelisah sudah menyelimuti hatinya. Tak lama kemudian pintu lift terbuka dia ib berjalan sedikit cepat karena waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat lima menit.“Selamat siang Pak, dengan Bapak Suratman dari PT. Citra Kencana?” tanya Mila sekretaris Rayhan, menghentikan langkah Suratman yang ingin langsung masuk

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   122. Periksa Ke Dokter

    “Ah sial ... kenapa harus sekarang?” tanyanya dalam hati.“Ada apa, Sayang?”“Nggak apa-apa, Pa!”Ayu lalu membalas pesan singkat itu sesaat lalu menaruh kembali ponselnya di dalam tas.“Sayang, kamu tidak usah ikut dulu, biar Papa yang bertemu Rayhan. Jika urusan Papa dengannya selesai dan menyetujui kerja sama ini maka itu sangat mudah kita masuk di dalam keluarga Wardana yang kaya raya,” jelas Suratman tersenyum bahagia.Namun saat mereka sedang membicarakan masalah itu, tiba-tiba perut Ayu terasa mual dan muntah.“Uek ... uek ...! Pa, perut Ayu sakit Pah!”Suratman yang melihat Ayu yang memegang perut langsung menghampiri dirinya dengan rasa panik.“Kenapa perut, Nak? Apakah tadi pagi kamu tidak makan atau kamu salah makan mungkin, kita ke dokter saja?” Suratman lalu mengambil kunci mobil dan ingin mengantar Ayu ke rumah sakit.Saat ingin memapah Ayu, dia merasa tidak tahan dan berlari ke toilet dengan cepat, Suratman begitu panik saat melihat Ayu muntah-muntah lagi.“Ayu ke kamar

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   121. Benci Tapi Sayang

    “Oh ya kalian mau makan siang di sini?” tanya Hanin mengalihkan pembicaraan.“Nggak, mau main bola! Ya makan lah, kamu nggak lihat kita lagi nunggu antrean panjang itu, nyesel saya datang kemari dan bertemu kamu lagi di sini!” kilahnya berbohong.“Ayuk Dim, kita cari makan di tempat lain!” ajaknya lagi.“Kalian mau ke mana? Makan di sini saja,” ajak Hanin tersenyum.“Dengar ya Hanin, tidak usah berbaik hati dengan kami, memang hanya kamu saja yang menjual makanan, banyak kali dan pastinya enak juga,” Rayhan menatap lekat wajah Hanin yang masih terlihat lelah.“Kamu kenapa sih, dari awal kita bertemu kamu selalu jutek sama aku? Ada apa denganmu, Ray? Memang aku ada salah apa sama kamu?” tanya Hanin kesal kepada Rayhan.“Ayolah Ray, elo kenapa sih? Benar tuh yang dikatakan Hanin, elo itu bersikap aneh sama Hanin! Tunggu dulu kalian sudah saling kenal?” tanya Dimas penasaran.“Iya Mas, kita sudah kenal semenjak kami masih kecil,” jawab Hanin tersenyum.Rayhan hanya diam melihat Dimas ter

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   120. Senyumannya

    “Ah sial!”“Kenapa aku tidak langsung mengatakan kalau dia adalah simpanan Pak Alvin, aku tidak mau berurusan dengan orang itu!”“Maafkan aku Yu, sebagai teman aku bisa mengingatkanmu untuk tidak melakukan hal itu, kalau perlu, kamu harus menikah dengannya!”“Namun aku tidak menerimamu sebagai pendamping hidupku, karena aku mulai mencintai seseorang!”Senyuman mengembang saat terlintas wajah Hanin yang begitu bisa membuat hati seorang Rayhan berbunga-bunga.“Untung saja wajah Hanin terlintas di pikiranku, coba kalau tidak pasti aku terbuai dengan bujuk rayu Ayu,” gerutunya sembari tersenyum.“Duh senyumannya aku tidak bisa melupakan senyuman Hanin, tetapi ... tidak ... tidak dia milik bang Rayyan.”“Aku tidak boleh memikirkannya, aku harus bisa membencinya jika tidak rasa cinta dan sayang itu selalu muncul dan itu sangat menyiksaku!”“Ya ... ada apa denganku?”Rayhan berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya, dan dia pun berencana datang ke warung makan Hanin saat makan siang.Nam

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   119. Rayuan Maut Ayu

    “Ya Allah dia saudara sepupuku, dia sangat cantik sama persis dengan di foto yang Rayhan tunjukan di dalam ponselnya,” gerutunya dalam hati.Tanpa terasa bulir-bulir air mata pun berjatuhan tak tertahankan.Hanin membiarkan Ayu mencaci maki dirinya, karena dia sangat rindu dengan suara khas Ayu saat memarahi orang lain.“Jika kamu tahu aku adalah Hanin, apa yang akan kamu lakukan?”“Apakah kamu tetap membenciku?” tanya Hanin dalam hati.“Halo ... Kamu dengar nggak sih apa yang aku katakan?”“Apa yang kamu lihat?” tanyanya lagi dengan penasaran.Mendengar ada keributan Rayhan yang sibuk di ruangannya pun keluar dan mencari tahu.“Ada apa ini, kenapa ada ribut-ribut di kantor saya?” tanyanya sembari memperhatikan mereka.“Ray, ini loh gadis kampung nggak punya etika!”“Ayu!” Rayhan kaget karena sahabatnya itu kembali muncul setelah enam bulan tidak bertemu langsung.“Iya aku Ayu, Ray, kamu seperti lihat hantu saja,” gerutunya kesal.“Siapa sih dia Ray, kenapa ada gadis seperti ini di ka

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   118. Jebakan Untuk Rayhan

    “Bagaimana kamu sudah siap?”“Tenang saja saya akan melakukannya dengan pelan-pelan, kamu akan menikmatinya juga kok,” ucapnya tersenyum.“Kenapa Om ingin melakukan semua ini?” tanya Ayu seketika.“Kamu sudah diberi tahu alasannya kan dari Papahmu, kalau istri saya tidak bisa lagi melayani saya dengan baik.”“Hidup itu kejam, Sayang jika kamu tidak bisa bertahan maka pilihan hanya satu yaitu kematian.”“Saya tahu kamu sangat sayang dengan Papahmu, sehingga kamu mau melakukan apa saja untuk dia, kamu memang anak yang baik, kamu tidak akan kekurangan kasih sayang lagi, karena saya juga akan menyayangi kamu,” ucapnya sembari memegang paha mulus Ayu yang terpampang jelas menggoda.Awalnya risih dipegang tetapi Ayu tidak ingin membuat Pak Alvin marah sehingga dia pun membiarkan tubuhnya dipegang oleh pria itu.Semenjak itu kehidupan Ayu berubah, dia jarang bertemu Rayhan, karena sibuk dengan kuliah dan Pak Alvin.Hubungan mereka berjalan dengan baik, Pak Alvin sangat puas dengan Ayu, tida

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   117. Negosiasi

    “Begini Man, saya ingin anakmu menjadi wanita simpanan saya,” jawabnya serius.Mendengar perkataan Alvin, Suratman naik pitam dan langsung berdiri dengan wajah amarah.“Apa maksud Bapak, menyuruh anak saya menjadi simpanan Bapak?”“Bapak ini sudah nggak waras, dia itu pasti seumuran dengan anak Bapak, dan dengan mudahnya Bapak bilang seperti itu, bagaimana dengan istri Bapak di rumah jika mengetahui kalau suaminya mempunyai simpanan yang pantas menjadi ayahnya?” amarah Suratman meledak-ledak.“Tenang Man, pikirkan saja dulu tawaran saya, jika kamu setuju saya segera menyuntikkan dana ke perusahaan dan rumahmu yang telah di sita oleh bank, dengan gratis asalkan anakmu bersedia untuk menjadi kekasih gelap saya?” “Maaf Pak saya tidak mungkin membiarkan anak saya menjadi simpanan Bapak, apa kata orang nanti, dan bagaimana dengan istri dan anak Bapak?” Suratman merasa kesal dan harga dirinya seperti diinjak-injak karena baru kali dia menjadi dilema untuk memutuskan kehidupan anak gadisnya

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   116. Derita Ayu

    Mobil mewah itu meluncur dengan baik sampai masuk di kawasan perumahan elit. Gedung menjulang tinggi dengan ornamen bernuansa putih gading.Halaman rumah yang begitu luas dan dihiasi dengan tanaman bunga yang beraneka ragam.Rumah itu terlihat sangat indah dan asri, di dalamnya tidak banyak barang, sehingga kita memandang luas setiap ruangan.Di halaman itu juga di bangun sebuah garasi yang luas dan berbagai koleksi mobil antik dan mewah berjejer rapi menghiasi rumah itu.Mereka masuk dan segera menaruh camilan dan es teler itu yang sudah tidak ada rasanya, sehingga Ayu pun langsung pergi ke dapur dan membuka kulkas lalu meracik es teler itu dengan menambahkan susu kental manis agar lebih terasa manis.Setelah itu dihidangkan di meja makan lengkap dengan camilan yang baru di beli di taman itu.Pria paruh baya itu lalu duduk di meja makan setelah berganti baju santai menggunakan kaos tanpa kerah polos berwarna biru dengan bawahan celana pendek.Terlihat sekali bulu-bulu kaki pria itu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status