Share

05. Susi Melahirkan

last update Last Updated: 2022-12-26 00:06:38

“Yang benar kamu, Sayang?”

“Memang wajahku seperti bercanda memang, cepat Mas, antar aku ke Bidan Wati, nggak tahan nih, kok tiba-tiba mulesnya,” ucap Susi yang sedang memegang perutnya.

“Mungkin kebanyakan makan sambal rujak, makanya mules,” ucap Bu Retno merasa khawatir.

“Ayuk cepatan bawa perlengkapannya, Man, pakai mobilmu kasihan adik iparmu mau melahirkan!” teriak Bu Retno tanpa memedulikan wajah Siska cemberut dengan mulutnya manyun seperti ikan mujair.

“Suratman masih diam dalam kebingungan antara  istrinya dan Bu Retno, tetapi karena berpikir pencitraan yang harus dijunjung tinggi akhirnya mau tidak mau, dia pun membawa Susi dan Suratmin ke Bidan Wati yang berjarak dua kilometer dari rumahnya.

“Mas, aku nggak kuat, sakit Mas!” teriaknya sepanjang perjalanan.

“Sabar Sayang, perbanyaklah berdoa’a yakin ke dalam hatimu kalau kamu adalah wanita tangguh, sebentar lagi kita sampai di rumah bu Bidan, tenang ya, berselawat saja!” ucap Suratmin mencoba menenangkan istrinya sembari tak henti mulutnya komat-kamit seperti baca mantra.

“Kamu baca apa sih, Min? Baca mantra ya, serius amat?”

“Makanya Min, aku malas lihat istriku melahirkan normal begini buat susah orang saja. Untung kita ada di sini coba kalau nggak ada mau naik apa ke sana?”

“Nanti aku minta ongkos bensin ya, jauh loh ini dua kilometer jarak dari rumah kamu!” gerutunya kesal tetapi tetap melajukan kendaraan sampai menuju ke rumah bu bidan dengan cepat.

“Min, kamu dengar toh!”rutuk Suratman kembali.

 

Namun,  Bu Retno yang mendengarkan langsung pembicaraan mereka tiba-tiba menjewer telinga Suratman dengan keras sehingga dia pun memekik karena kesakitan.

“Aduh, Bu!” pekik Suratman sambil memegang telinga yang menjadi merah karena dijewer oleh Bu Retno.

“Bu, kok Mas Ratman dijewer sih, dia kan bukan anak kecil lagi,” protes Siska yang tidak terima suaminya di jewer oleh orang lain.

“Lah siapa suruh dia perhitungan sama saudara, kalian itu hanya dua bersaudara, kalau bukan karena Suratmin ...” ucapannya terpotong saat menatap wajah Suratmin memelas, sehingga Bu Retno tidak melanjutkan omongannya seketika.

“Karena apa, Bu ...?”  tanya Suratman penasaran.

“Intinya kalian itu bersaudara jadi jangan hanya karena kamu kaya dengan seenaknya menghina saudaramu itu, nanti bagaimana kalau seandainya kalian bertukar posisi, kamu yang miskin dan Suratmin jadi kaya?”

“Hahaha ... ya nggak mungkin lah, dia bisa kaya mendadak kecuali dapat lotre atau hasil rampok,” cercanya sepanjang jalan kenangan.

Namun, bagi Suratmin sudah biasa untuk dihina oleh saudara kembarnya sendiri, sehingga telinganya sudah kebal dengan semua yang dilakukan oleh saudara kembarnya.

“Duh aku jadi ngeri lihat Susi melahirkan, Mas, pokoknya aku mau Secar saja, tuh lihat Susi menggeliat gitu kayak cacing kepanasan saja, tenang dong Sus, jangan lebay dong, ah!” Siska bergidik ngeri melihat perjuangan Susi menahan rasa sakit bahkan kukunya sudah menancap dilengan suaminya.

Namun, Suratmin tidak memedulikan lengannya yang sudah mengeluarkan cairan berwarna merah. Siska melihatnya hanya bisa menatap mereka dengan penuh dengki dan iri.

“Mas, kamu sangat mencintai Susi ya,  sampai kamu menahan sakit lenganmu  tetapi kamu tetap diam hanya mulutmu melantunkan doa-doa untuk keselamatan mereka berdua,” lirihnya dalam hati.

“Hey, kenapa kamu jadi iri Siska? Kamu juga mempunyai suami yang mirip dengan suami Susi bahkan lebih mapan, aku dimanjakan dengan segala materi dan aku wanita berpendidikan dan juga mempunyai karier yang sangat cemerlang, dan yang paling penting aku cantik dan seksi, tetapi kenapa aku iri ya?” ucapnya dalam hati lagi.

“Kenapa Mas Suratmin malah memilih Susi yang nggak cantik sama sekali, untungnya putih jadi nggak kelihatan kalau biasa aja mukanya,” rutuknya dalam hati.

 

Setelah sepuluh menit berlalu akhirnya mereka sampai di rumah Bidan Wati. Bu Retno dengan cepat turun dari mobil dan langsung memanggil bidan Wati.

“Assalamu’alaikum, Bu bidan!”

“Wa’alaikumsalam, Bu Retno, Susi mau melahirkan?” tanya Bidan Wati langsung bisa menebak.

“Kok Bu Bidan tahu, padahal saya belum bilang loh?” tanya Bu Retno bingung.

“Iya toh Bu, masa Bu Retno yang melahirkan, bunting juga nggak,” jawab bidan Wati tersenyum.

“Iya benar juga sih!” Bu Retno cengengesan.

Suratmin lalu dengan tenaga super extra mampu menggendong Susi sampai ke dalam rumah bidan Wati. Hal itu membuat Siska kembali terpesona karena terlihat sangat seksi di mata Siska apalagi melihat semua otot-otot Suratmin keluar dari tubuh kekar itu.

Siska tidak sempat menelan air liurnya sehingga jatuh tanpa sengaja, membuat suaminya Suratman merasa jijik dengan istrinya sendiri.

“Sayang, kamu ileran jorok banget ah, kamu memikirkan apa sih, bersihkan! Jijik aku lihatnya masa istri seorang pengusaha sekaligus konsultan mempunyai istri ileran, mau taruh di mana wajahku yang tampan nan rupawan ini?” rutuknya kesal sembari meninggalkan Siska sendiri.

“Iya di depan lah, memang bisa pindah sendiri ke belakang, bawel!” ucapnya sedikit berteriak ke arah suaminya yang berjalan duluan di depan.

 

Susi yang mulai tenang setelah Suratmin ada di samping dan menenangkannya dengan mengusap lembut kening sang istri, lalu mengecupnya dengan penuh kasih sayang. Lagi-lagi membuat Siska menjadi iri melihat kemesraan mereka.

“Untuk kalian harap menunggu di luar saja ya?” ucap Bidan Wati dengan ramah.

“Tenang, Mbak Susi saya periksa dulu nggak apa-apa kalau Mas nya mau menemani,” ucap Bidan Wati dengan ramah, sembari memasukkan tangannya ke dalam untuk memeriksa sudah berapa pembukaan dari jalan lahirnya.

 

Bidan Wati lalu menyiapkan semua peralatan medisnya setelah Susi melakukan serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu.

“Alhamdulillah sudah genap pembukaannya ya, Mbak, Insya Allah jika Mbak Susi mendengarkan instruksi dari saya semua akan berjalan dengan lancar, Mbak sudah siap?”

“Sudah Bu Bidan, saya siap, Bismillahirrohmannirohim,” ucap Susi dengan mantap.

Tangannya tetap memegang sang suami dengan kencang, walaupun banyak luka yang sudah membekas tetapi Suratmin tidak menghiraukannya.

“Mbak Susi ikuti perintah saya ya ... sekarang Mbak ngejen yang kuat, tarik napas dalam-dalam buang perlahan-lahan!”

Susi dengan tenang mengikuti setiap arahan dari bidan. Dia pun disuruh miring ke kiri lalu kakinya ditekuk agar cepat keluar.

“Bokongnya jangan diangkat ya Mbak, nanti robek, iya terus Mbak, tuh sudah kelihatan rambutnya, ayuk Mbak ngejen yang kuat sekali lagi!”

“Allahu Akbar!” teriak Susi dan terdengar suara tangisan bayi yang melengking.

 

“Oee ...oee !”

“Dek, anak kita sudah lahir, Ya Allah putih banget, terima kasih ya Allah atas rahmat uang Engkau berikan kepada keluarga kami,” ucapnya bahagia dan mengucap syukur.

 

 

“Alhamdulillah, sudah lahir dedeknya, Mbak Susi, bayinya perempuan, sehat, cantik seperti ibunya,” ucap Bidan Wati ikut bahagia melihat bayi yang baru saja dia tolong dan memperlihatkan sebentar kepada Susi.

 

Bentar ya Mbak, dibersihkan dulu, nanti kalau sudah selesai saya bawa lagi ke sini,” ucap Bidan Wati tersenyum.

 

Bidan Wati lalu menyerahkan bayi itu ke perawat untuk diperiksa, ditimbang dan dibersihkan, agar nantinya Susi bisa memberikan ASI yang pertama buat bayinya.

Bidan Wati lalu membersihkan Susi walaupun banyak darah keluar, tetapi Susi tidak mengalami pendarahan dan tidak dijahit sedikit pun karena Susi selalu mengikuti arahan bidan Wati.

Setelah selesai dengan ibunya, Susi lalu dipindahkan di kamar perawatan agar mudah beristirahat dan bisa memberikan ASI nya dengan nyaman.

Sepuluh menit kemudian setelah bayi itu dibersihkan, untuk pertama kali Suratmin mengkhomadkan di telinga kiri bayi itu lalu menciumnya dengan penuh kasih sayang.

 

“Selamat datang, Nak, di dunia, kamu sangat menggemaskan,” ucapnya lagi, lalu memberikan bayi itu kepada istrinya dan ditaruh diatas badan sang istri agar bisa mencari sendiri.

 

Terlihat bayi itu menggeliat dengan mulutnya mangap-mangap menjelajahi, sehingga akhirnya bisa menemukan benda kenyal itu dan langsung menghisapnya dengan kencang.

“Sekali lagi selamat ya, Mbak Susi dan Mas Ratmin, bayinya sehat, beratnya 3.860 gram besar loh, tingginya 51 cm, sehat semua baik organ dalam maupun luar,” jelas Bidan Wati bahagia melihat mereka sudah bisa merasakan menjadi orang tua.

 

Bu Retno, Siska dan Suratman menjenguk Susi yang baru saja melahirkan. Bu Retno nampak bahagia sampai-sampai menitikkan air mata, sedangkan pasangan suami istri itu kembali melayangkan sebuah hinaan kembali untuk mereka.

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   124. Tolakan Rayhan

    Memang tidak diragukan dulu saat mereka satu kampus. Ayu yang terlahir dengan wajah cantik dan tubuh seksi, membuat siapa saja akan jatuh cinta dan tergoda, sehingga banyak para lelaki yang mencuri pandang dengannya dan ingin merasakan pelukan hangat dari Ayu. Apalagi cara berpakaian yang sangat terbuka membuat para pria panas dingin dibuatnya.“Apakah Ayu yang mengatakan hal itu dengan Bapak?” “Iya, kamu juga mencintai Ayu, kan?” tanya Suratman bersemangat dan melirik sinis kearah Suratmin. Rayhan menghela napas panjang, dia tahu akan terjadi seperti ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Rayhan bersama Hanin melihat Ayu bergandengan tangan dengan pria yang lebih tua darinya.Saat mereka berbincang di ruangan Rayhan, tiba-tiba saja Pak Dibyo ayah kandung Rayhan masuk ke ruangan itu. Dia pun ikut terkejut dengan kehadiran dua orang saudara kembar itu. Dengan cepat Suratman berdiri untuk menyambut Pak Dibyo dan menghambur ke pelukan seakan mereka baru bertemu kembali sebagai seorang

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   123. Pertemuan Saudara Kembar

    Tepat pukul dua siang akhirnya Suratman sudah sampai di kantor Rayhan. Setelah memarkirkan mobilnya dia keluar dari mobil dengan senyuman semringah, berjalan tegak dengan membusungkan dadanya. Pria paru baya itu yakin kalau selain kerja sama itu dia juga menawarkan Ayu untuk dinikahinya. Apalagi kata putrinya sendiri kalau Rayhan juga sangat mencintai Ayu.“Ah sebentar lagi perusahaan ini akan menjadi milikku . Rasanya tidak sabar untuk bisa masuk di dalam keluarga Rayhan,” batin Suratman sambil menatap gedung tinggi itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Dia pun menekan tombol lift pergi ke lantai empat tempat di mana ruang kerja Rayhan berada. Rasa gugup dan sedikit gelisah sudah menyelimuti hatinya. Tak lama kemudian pintu lift terbuka dia ib berjalan sedikit cepat karena waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat lima menit.“Selamat siang Pak, dengan Bapak Suratman dari PT. Citra Kencana?” tanya Mila sekretaris Rayhan, menghentikan langkah Suratman yang ingin langsung masuk

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   122. Periksa Ke Dokter

    “Ah sial ... kenapa harus sekarang?” tanyanya dalam hati.“Ada apa, Sayang?”“Nggak apa-apa, Pa!”Ayu lalu membalas pesan singkat itu sesaat lalu menaruh kembali ponselnya di dalam tas.“Sayang, kamu tidak usah ikut dulu, biar Papa yang bertemu Rayhan. Jika urusan Papa dengannya selesai dan menyetujui kerja sama ini maka itu sangat mudah kita masuk di dalam keluarga Wardana yang kaya raya,” jelas Suratman tersenyum bahagia.Namun saat mereka sedang membicarakan masalah itu, tiba-tiba perut Ayu terasa mual dan muntah.“Uek ... uek ...! Pa, perut Ayu sakit Pah!”Suratman yang melihat Ayu yang memegang perut langsung menghampiri dirinya dengan rasa panik.“Kenapa perut, Nak? Apakah tadi pagi kamu tidak makan atau kamu salah makan mungkin, kita ke dokter saja?” Suratman lalu mengambil kunci mobil dan ingin mengantar Ayu ke rumah sakit.Saat ingin memapah Ayu, dia merasa tidak tahan dan berlari ke toilet dengan cepat, Suratman begitu panik saat melihat Ayu muntah-muntah lagi.“Ayu ke kamar

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   121. Benci Tapi Sayang

    “Oh ya kalian mau makan siang di sini?” tanya Hanin mengalihkan pembicaraan.“Nggak, mau main bola! Ya makan lah, kamu nggak lihat kita lagi nunggu antrean panjang itu, nyesel saya datang kemari dan bertemu kamu lagi di sini!” kilahnya berbohong.“Ayuk Dim, kita cari makan di tempat lain!” ajaknya lagi.“Kalian mau ke mana? Makan di sini saja,” ajak Hanin tersenyum.“Dengar ya Hanin, tidak usah berbaik hati dengan kami, memang hanya kamu saja yang menjual makanan, banyak kali dan pastinya enak juga,” Rayhan menatap lekat wajah Hanin yang masih terlihat lelah.“Kamu kenapa sih, dari awal kita bertemu kamu selalu jutek sama aku? Ada apa denganmu, Ray? Memang aku ada salah apa sama kamu?” tanya Hanin kesal kepada Rayhan.“Ayolah Ray, elo kenapa sih? Benar tuh yang dikatakan Hanin, elo itu bersikap aneh sama Hanin! Tunggu dulu kalian sudah saling kenal?” tanya Dimas penasaran.“Iya Mas, kita sudah kenal semenjak kami masih kecil,” jawab Hanin tersenyum.Rayhan hanya diam melihat Dimas ter

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   120. Senyumannya

    “Ah sial!”“Kenapa aku tidak langsung mengatakan kalau dia adalah simpanan Pak Alvin, aku tidak mau berurusan dengan orang itu!”“Maafkan aku Yu, sebagai teman aku bisa mengingatkanmu untuk tidak melakukan hal itu, kalau perlu, kamu harus menikah dengannya!”“Namun aku tidak menerimamu sebagai pendamping hidupku, karena aku mulai mencintai seseorang!”Senyuman mengembang saat terlintas wajah Hanin yang begitu bisa membuat hati seorang Rayhan berbunga-bunga.“Untung saja wajah Hanin terlintas di pikiranku, coba kalau tidak pasti aku terbuai dengan bujuk rayu Ayu,” gerutunya sembari tersenyum.“Duh senyumannya aku tidak bisa melupakan senyuman Hanin, tetapi ... tidak ... tidak dia milik bang Rayyan.”“Aku tidak boleh memikirkannya, aku harus bisa membencinya jika tidak rasa cinta dan sayang itu selalu muncul dan itu sangat menyiksaku!”“Ya ... ada apa denganku?”Rayhan berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya, dan dia pun berencana datang ke warung makan Hanin saat makan siang.Nam

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   119. Rayuan Maut Ayu

    “Ya Allah dia saudara sepupuku, dia sangat cantik sama persis dengan di foto yang Rayhan tunjukan di dalam ponselnya,” gerutunya dalam hati.Tanpa terasa bulir-bulir air mata pun berjatuhan tak tertahankan.Hanin membiarkan Ayu mencaci maki dirinya, karena dia sangat rindu dengan suara khas Ayu saat memarahi orang lain.“Jika kamu tahu aku adalah Hanin, apa yang akan kamu lakukan?”“Apakah kamu tetap membenciku?” tanya Hanin dalam hati.“Halo ... Kamu dengar nggak sih apa yang aku katakan?”“Apa yang kamu lihat?” tanyanya lagi dengan penasaran.Mendengar ada keributan Rayhan yang sibuk di ruangannya pun keluar dan mencari tahu.“Ada apa ini, kenapa ada ribut-ribut di kantor saya?” tanyanya sembari memperhatikan mereka.“Ray, ini loh gadis kampung nggak punya etika!”“Ayu!” Rayhan kaget karena sahabatnya itu kembali muncul setelah enam bulan tidak bertemu langsung.“Iya aku Ayu, Ray, kamu seperti lihat hantu saja,” gerutunya kesal.“Siapa sih dia Ray, kenapa ada gadis seperti ini di ka

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   118. Jebakan Untuk Rayhan

    “Bagaimana kamu sudah siap?”“Tenang saja saya akan melakukannya dengan pelan-pelan, kamu akan menikmatinya juga kok,” ucapnya tersenyum.“Kenapa Om ingin melakukan semua ini?” tanya Ayu seketika.“Kamu sudah diberi tahu alasannya kan dari Papahmu, kalau istri saya tidak bisa lagi melayani saya dengan baik.”“Hidup itu kejam, Sayang jika kamu tidak bisa bertahan maka pilihan hanya satu yaitu kematian.”“Saya tahu kamu sangat sayang dengan Papahmu, sehingga kamu mau melakukan apa saja untuk dia, kamu memang anak yang baik, kamu tidak akan kekurangan kasih sayang lagi, karena saya juga akan menyayangi kamu,” ucapnya sembari memegang paha mulus Ayu yang terpampang jelas menggoda.Awalnya risih dipegang tetapi Ayu tidak ingin membuat Pak Alvin marah sehingga dia pun membiarkan tubuhnya dipegang oleh pria itu.Semenjak itu kehidupan Ayu berubah, dia jarang bertemu Rayhan, karena sibuk dengan kuliah dan Pak Alvin.Hubungan mereka berjalan dengan baik, Pak Alvin sangat puas dengan Ayu, tida

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   117. Negosiasi

    “Begini Man, saya ingin anakmu menjadi wanita simpanan saya,” jawabnya serius.Mendengar perkataan Alvin, Suratman naik pitam dan langsung berdiri dengan wajah amarah.“Apa maksud Bapak, menyuruh anak saya menjadi simpanan Bapak?”“Bapak ini sudah nggak waras, dia itu pasti seumuran dengan anak Bapak, dan dengan mudahnya Bapak bilang seperti itu, bagaimana dengan istri Bapak di rumah jika mengetahui kalau suaminya mempunyai simpanan yang pantas menjadi ayahnya?” amarah Suratman meledak-ledak.“Tenang Man, pikirkan saja dulu tawaran saya, jika kamu setuju saya segera menyuntikkan dana ke perusahaan dan rumahmu yang telah di sita oleh bank, dengan gratis asalkan anakmu bersedia untuk menjadi kekasih gelap saya?” “Maaf Pak saya tidak mungkin membiarkan anak saya menjadi simpanan Bapak, apa kata orang nanti, dan bagaimana dengan istri dan anak Bapak?” Suratman merasa kesal dan harga dirinya seperti diinjak-injak karena baru kali dia menjadi dilema untuk memutuskan kehidupan anak gadisnya

  • Suratman VS Suratmin ( Antara Si Kaya Dan Si Miskin)   116. Derita Ayu

    Mobil mewah itu meluncur dengan baik sampai masuk di kawasan perumahan elit. Gedung menjulang tinggi dengan ornamen bernuansa putih gading.Halaman rumah yang begitu luas dan dihiasi dengan tanaman bunga yang beraneka ragam.Rumah itu terlihat sangat indah dan asri, di dalamnya tidak banyak barang, sehingga kita memandang luas setiap ruangan.Di halaman itu juga di bangun sebuah garasi yang luas dan berbagai koleksi mobil antik dan mewah berjejer rapi menghiasi rumah itu.Mereka masuk dan segera menaruh camilan dan es teler itu yang sudah tidak ada rasanya, sehingga Ayu pun langsung pergi ke dapur dan membuka kulkas lalu meracik es teler itu dengan menambahkan susu kental manis agar lebih terasa manis.Setelah itu dihidangkan di meja makan lengkap dengan camilan yang baru di beli di taman itu.Pria paruh baya itu lalu duduk di meja makan setelah berganti baju santai menggunakan kaos tanpa kerah polos berwarna biru dengan bawahan celana pendek.Terlihat sekali bulu-bulu kaki pria itu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status