Share

Suster Untuk CEO Jutek
Suster Untuk CEO Jutek
Penulis: Atsachi

Bertemu Pria Menyebalkan

Awan pagi ini kelabu sepertinya akan hujan, seorang gadis muda mengenakan jaket berwarna putih menatap langit pagi sambil membetulkan tali sepatunya, beberapa kendaraan terlihat lalu lalang di pagi yang dingin, gadis dengan mata coklat itu melangkahkan kakinya ke suatu pusat perbelanjaan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Seekor burung merpati melintas di hadapannya, warnanya hitam legam dengan corak seperti kalung di bagian lehernya. Burung itu bertengger di punggung tangan si gadis sepertinya pagi ini ia belum mendapatkan makanan sama sekali, sang gadis memberikan sepotong roti dari dalam tas kecil yang selalu ia bawa kemana pun. Setelah merasa kenyang burung merpati itu pun mengepakkan sayapnya terbang bersama kawanannya yang lain.

Gadis dengan jaket putih memasuki swalayan di seberang jalan, beberapa karyawan menyapanya dengan penuh kehangatan, sepertinya dirinya sudah terbiasa berkunjung di swalayan itu. Ia berjalan mengitari rak cemilan di bagian sisi kiri swalayan, semua tertata rapi dari cemilan pedas sampai pada yang asam gurih juga tersedia. Kakinya terhenti melihat beberapa cemilan varian keju di sudut rak toko itu, tempatnya sangat tersembunyi mungkin saja ini adalah cemilan paling enak  di toko ini pikirnya.

"Baiklah, kita coba varian ini sepertinya enak, varian keju," ujarnya tersenyum bagaikan mendapat harta Karun.

Tangannya yang mungil lincah mengambil cemilan varian keju itu sambil bermonolog, tiba-tiba matanya tertuju pada satu cemilan kesukaannya roti dengan isian keju meleleh di dalamnya. Keranjangnya sudah mulai terisi penuh, tidak menunggu lama  Kini posisinya tetap di hadapan roti itu. Namun, sebelum tangannya berhasil menangkap harta karun itu, lelaki berprawakan tinggi yang entah dari mana asalnya tiba-tiba menyambar roti incarannya dengan sekejap mata

"Permisi Tuan, itu milikku," ujarnya.

bola matanya yang coklat bulat membelalak si pria dengan tajam. Ia tidak terima cemilan yang sedari tadi diincarnya jatuh ke tangan si pria sedangkan pria dengan wajah datar di sampingnya tetap kukuh pada pendiriannya, sang pria memilih meninggalkan si gadis  berjalan ke arah meja kasir tanpa memperdulikan seorang gadis pendek di hadapannya meringis layaknya seperti bocah yang sedang direbut mainannya.

"Eh,  anda buta ya? Aku lagi ngomong," hardik si gadis.

Gadis yang memiliki rambut ikal itu belum menyerah untuk mendapatkan yang katanya haknya, ia mempercepat laju jalannya sekarang dirinya tepat beriringan dengan pria jutek, tetapi sang pria tetap acuh sesekali bola matanya yang hitam menatap sinis dan merasa gadis yang berdebat dengannya adalah orang yang aneh. Sang pria tetap kukuh pada tujuannya ke meja kasir. Seketika gadis tersebut menghadang sang pria.

"Stop ...,"pekiknya sambil merentangkan kedua tangan, semua pengunjung supermarket melirik ke arah gadis tersebut.

Ia hanya bisa menyengirkan bibirnya ke arah mata yang melihat lalu menatap kembali pria di hadapannya dengan mata yang tajam.

"Kembalikan roti itu!" gertaknya, sedangkan sang pria menatap dingin padanya.

"Roti ini belum kamu bayar, berarti masih hak semua orang untuk membelinya." Ia lalu meninggalkan si gadis kembali.

"Tapi roti itu pertama kali aku yang lihat." Ia kembali menghadang pria.

"Cuma ini aja, Pak, tidak ada yang lain?" ucap sang kasir.

"Tidak."

"Total semua tiga puluh ribu, ya, Pak."

"Mba, saya beli rotinya lima puluh ribu deh, buat saya." Si pria menatap ke arah si gadis.

Kasir swalayan itu merasa kebingungan, ya bagaimana tidak seorang pria dan gadis memperebutkan sepotong roti sungguh tidak masuk akal, si kasir garuk-garuk kepala, tetapi dirinya mencoba untuk bersikap profesional.

"Saya beli roti ini seratus ribu, Mba." Si pria pun tak tinggal diam, dan  menggenggam roti tadi.

"Saya beli seratus lima puluh," ucap sang gadis lagi.

"Dua ratus," sela sang pria dan terjadilah lelang cemilan.

"Satu juta," ucap sang pria.

Si gadis menatap kesal ke arah pria, sebab akhirnya lelang roti itu dimenangkan oleh sang pria. Ia berjalan meninggalkan meja kasir sambil tersenyum puas ke arah si gadis. Tak mau kalah gadis itu tetap kukuh pada pendiriannya roti itu adalah haknya.

"Aku bakal beli roti itu seharga yang anda mau, tapi aku minta rotinya dulu soalnya aku gak bawa uang cash." Si pria menatap si gadis lalu menunduk membisikkan sesuatu ke telinga si gadis.

"Boleh, cukup puaskan aku." Pria tersenyum jahat.

Si gadis sontak melayangkan tamparan keras di pipi kiri si pria dingin, wajahnya memerah menandakan emosinya yang mungkin seketika akan meledak.

"Anda gila ya, cepat mana roti itu berikan padaku?" gertak si gadis.

Pria itu terseyum kecil kemudian tertawa lepas seperti iblis, tangannya yang kekar menyabik bungkus roti. Semua berhamburan keluar si gadis sontak terkejut ketika pria itu tepat mendaratkan sepatu hitamnya yang mengkilat di dasar roti yang tergeletak di lantai swalayan sehingga membuat roti itu pipih seperti kertas. Gadis itu menatap tajam pria dengan penuh jengkel.

"Dasar manusia terkutuk." Sambil menunjuk ke arah pria.

Sang pria tidak peduli akan kecaman gadis mungil itu kemudian berjalan gontai sambil mengacungkan jempolnya di udara, tanda kemenangan atas dirinya. Naya Hanum seorang gadis berprawakan pendek, kulitnya putih bersih dengan mata sipit sehingga ia terkesan sangat menggemaskan. Ya, dia gadis yang memulai lelang roti dengan pria dingin di swalayan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status