"Yaelah formal banget si lu." Reno
menghempaskan tubuhnya di bangku empuk sudut ruangan tempat biasa Bagas menyesap kopinya di pagi hari. Reno melanjutkan permainannya yang sempat tertunda."Gue pengen lu cari tau tentang cewek ini." Bagas menunjukan foto Naya entah darimana dia mendapatkan foto tersebut, mungkin dari media sosialnya.
"Siapa ni? Calon kakak ipar gue. Kurang cocok ini mah gak cocok sama lu yang kayak dajjal." Bagas menjitak kepala adiknya itu seperti waktu kecil.Reno mulai memancing kemarahan kakaknya kembali, selain hobi bermain game dia juga suka sekali menggoda kakaknya, ya memang tidak jelas."Dasar lu ya, cepet kerjain apa yang gue suruh," gertak bagas."Iya, iya berisik amat lu ngebet banget pengen kawin," kekehnya mengejek Bagas."Udah lu keluar." Bagas mengusir adiknya itu lalu kembali memikirkan siasat untuk mendapatkan sang Naya hanum.Bagas sejujurnya dapat dengan mudah mencari pasangan, banyak yang menginginkan dia untuk menjadi pasangan hidup, tetapi dari sekian banyak dari mereka belum ada yang memenuhi kriteria wanita yang diinginkan sebagai pendamping hidup bagi Bagas lagi pula dia sangat benci dengan wanita, dia hanya ingin wanita yang tulus yang dapat memberikan perhatian layaknya seorang anak pada ibunya yang sudah tua, Nyoya Biya.Nyonya Biya sudah sangat renta ditambah lagi penderitaan yang selama ini ia tanggung seorang diri membesarkan kedua anak tanpa kasih sayang dan sentuhan seorang ayah. Ayah Bagas meninggalkan keluarga itu memilih pergi dengan wanita lain yang baru ia kenal dalam sebulan, ternyata mereka telah melangsungkan pernikahan diam-diam tanpa sepengetahuan Nyoya Biya, istrinya.Sampai saat ini kenangan buruk itu selalu terlintas dalam benak Bagas apalagi suatu ketika dirinya melihat wanita yang acap kali tebar pesona sungguh ia kembali teringat akan wanita perebut ayahnya itu, kejam pikirnya tega sekali ia merebut kebahagiaan ibu yang dia sayangi. Ingin sekali rasanya ia mencari lelaki itu untuk membalas rasa sakit hatinya. Namun hatinya belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang membuat dirinya ada di dunia ini. kini, pikirkannya hanya tentang bagaimana cara mendapatkan Naya Hanum untuk ibunya, mungkin dengan ini ibunya dapat tersenyum kembali."Bagas." Suara dari kamar ibunya, kamar itu bersebelahan dengan ruang kerjanya supaya jika ibunya memerlukan bantuannya, sehingga dirinya dapat segera menemui ibunya itu." Iya Bu, gimana badan Ibu sudah mulai baikan?" Ia mengelus punggung tangan Nyonya Biya." Ibu ingin bertemu dengan gadis itu." Bagas terdiam sejenak lalu mengambil segelas air putih dan beberapa butir pil obat." Ibu tenang aja Bagas sedang berusaha membawa gadis itu. Ibu berdoa saja." Ia memberikan pil itu pada Nyonya Biya membantunya duduk lalu memberikan Nyonya Biya segelas air putih.Kring-kring"Iya no.""Gue udah dapet bioadata tu cewek.""Ok gue kesana lu di mana?" tanya Bagas antusias."Tempat biasa.""Ok gue ke sana." Ia mengambil jaketnya serta kunci mobil lalu pergi mengendarai mobilnya tak lupa berpamitan pada Nyonya Biya Lima belas menit kemudian Reno tampak semringah melihat kehadiran kembarannya itu."Ok gimana?" tanya Bagas."Sabar Mas Bro, duduk dulu." Reno mendudukkan kakaknya yang masih mengatur napas sambil memesankan minuman dingin."Lanjut." Tampaknya Bagas tidak sabar lagi."Nama cewek itu Naya Hanum, anak tunggal keluarga Broto, dia baru lulus tahun ini.""Udah gitu doang?" sela Bagas."Iya terus?""Nomor telepon, alamat rumah lu gak dapet?" tanya Bagas."Kalau itu lu cari sendiri, berjuang dong." Bagas terdiam cukup lama lalu Reno memberikan secarik kertas."Nomornya, dia lagi ngelamar kerja, ya lu bisa memperkejakan dia di perusahaan lu, saran gue ni."Ide yang bagus pikir Bagas dengan begitu dirinya bisa dengan mudah mendekati Naya, tapi bagaimana caranya? Pertemuan pertama yang harusnya mendapat kesan menyenangkan tetapi menjadi tidak menyenangkan. Bagas berpikir untuk menghubungi pihak HRD untuk memanggil Naya. Ya, bagaimana pun dia ingin tampak elegan di mata Naya bukan mengemis cinta dari Naya Hanum, CEO keren terkenal dingin mana mungkin bertekuk lutut di hadapan wanita, oh tidak itu bukanlah Bagas Permana pikirnya. Ia memutuskan pulang untuk menemui Nyonya Biya hari ini sudah cukup untuk memata-matai targetnya hanya memikirkan bagaimana caranya agar Naya menyerahkan hati untuknya bagaimana pun keinginan Nyonya Biya akan ia wujudkan bahkan taruhan nyawa sekali pun.***Cahaya pagi menembus jendela kamar Naya, gadis itu rupanya masih terlelap dalam tidurnya. Seseorang terlihat menaiki anak tangga sambil membawa baki berisi segelas susu dan roti keju kesukaan Naya . Ia membuka pintu dengan hati-hati lalu memeriksa sang pemilik kamar yang masih berselimut tebal, matanya tertuju pada gorden putih di kamar itu. Tangannya yang gemulai perlahan membuka gorden, sorot mentari langsung mengenai wajah Naya yang manis kala itu."Nay, jam berapa kamu mau bangun?" tanya Nyonya Alexa."Bukannya hari ini kamu mau cari kerja, ayo bangun!" Nyonya Alexa berusaha meraih dengan paksa selimut tebal itu lalu meletakkannya ke bangku di sudut kamar."Iya Ma, ya ampun ini masih pagi lo." Sambil menguap ia menatap malas Nyonya Alexa."Pokoknya mama gak mau tau ya, hari ini kamu harus dapat kerja atau–" Naya memotong pembicaraan ibunya."Atau Naya bakal dicoret dari KK, iya 'kan Ma?" gerutu Naya sambil meraih susu di Baki yang di bawa Nyonya alexa sambil mencoba beberapa gigit roti keju dengan dua lapis daging panggang di dalamnya.Melihat jam sudah menunjukan jam tujuh pagi ia memutuskan untuk bangkit dari pertapaannya itu, ia bergegas mengambil sehelai handuk dari laci khusus peralatan mandinya kemudian berjalan ke arah kamar mandi, sedangkan Nyonya Alexa masih mantap duduk di atas ranjang gadis semata wayangnya itu. Sungguh lucu ia harus memastikan gadis itu mandi dengan bersih. Ya, biasanya Naya selalu menghabiskan waktu paginya untuk menatap laptop menyaksikan beberapa drama Korea yang belum ia selesaikan kemarin malam sambil menyantap beberapa cemilan seperti biasanya."Ma, Nay gak usah ditungguin. Nanti Nay ke bawah sendiri." Naya merasa tidak nyaman diawasi oleh Nyonya Alexa.Kadang Nyonya Alexa sangat protektif terhadap an
"Sebenarnya kamu mau 'kan, jujur saja." Kini Bagas berjalan beriringan dengan Naya ditambah dengan senyuman dibibirnya, wajah Naya masih nampak kesal."Enggak menikahimu adalah neraka bagiku!" tukasnya."Bener?" Bagas mencoba mengganggu Naya yang masih kesal dengan tingkahnya itu."Iya, Karena aku membencimu dan tidak memiliki cinta sedikit pun untuk orang yang menyebalkan macam dirimu" Ia mengacungkan jarinya telunjuknya ke arah Bagas."Ok kalau begitu akan aku buat kamu jatuh cinta."Ia tersenyum pada Naya lalu pergi sambil berkata. "Naya Hanum istri sang Bagas Permana." Ia berteriak beberapa orang melihatnya dengan heran."Dasar orang sinting huh." Ia mengerutkan dahinya.Naya memutuskan untuk pulang memberikan kabar gembira pada Nyonya Alexa. Ya, walaupun baru sekadar panggilan wawancara tapi ia yakin dirinya punya posisi yang bagus nanti di perusahaan itu."Mama ...." Naya me
"Eh anda bisa gak si gak usah ikut campur urusan aku bikin sebel aja pagi-pagi, pergilah!" hardik Naya."Lo aku cuma mau ngasih tumpangan untuk calon istriku, apakah salah?" Ia memperlihatkan mimik wajah bodohnya, Naya tetap tak habis pikir dengan pria menyebalkan di depannya ini."Udah berapa kali aku bilang aku gak mau menikah denganmu paham!" tukasnya lagi."Hari ini kamu ada interview 'kan, daripada kamu telat mending kamu naik sekarang," ujar Bagas dengan penuh kelembutan.Naya berpikir darimana dirinya tahu kalau Naya hari ini ada interview. Dan, betul juga kalau dia tidak tepat waktu datang untuk interview bisa pupus sudah harapannya untuk menjadi wanita yang memiliki karir, mau tidak mau dirinya menerima tumpangan dari Bagas." Ya udah deh, gak ada pilihan lain, tapi ini bukan jawaban kalau aku mau menikah sama kamu" Ia membuka pintu mobil bagian belak
Naya berjalan keluar dari kantor itu dia masih bingung apa dirinya harus bekerja sebagai suster, sedangkan dirinya adalah sarjana ya ampun apa kata Nyonya alexa nanti. Ya, walaupun gajinya juga cukup besar untuk seorang yang belum memiliki pengalaman kerja sama sekali seperti dirinya ini. Naya memutuskan untuk pulang, dari kejauhan tampak Bagas sedang menunggu Naya."Udah selesai?" tanya Bagas."Udah kau pergi saja aku gak usah dianter,""Aku gak mau kamu capek ya, ayo masuk!" jawab Bagas.Dengan terpaksa Naya menuruti perkataan Bagas. Kepalanya terasa mau pecah dengan semua ini. Bagas yang memperhatikan Naya sangat gusar mencoba bertanya apa yang terjadi." Calon istriku kenapa?" Naya mencoba tidak mendengarkan Bagas."Nay? Sayang?" tanya Bagas lagi."Tau ah kamu bikin pusing aja, aku ngelamar kerja cuma bua
Naya duduk kembali bersama Om Toto serta kedua orangtuanya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ia masih tak terima dengan nasib yang digariskan oleh ibu dan ayah. Ya, di usia yang masih terbilang cukup muda untuk menghabiskan masa mudanya seperti gadis kebanyakan. Namun, mengapa orang tuanya selalu memandang dirinya adalah sesosok yang lemah yang tak bisa bekerja, yang hanya membutuhkan orang lain untuk menjamin kehidupannya."Om, Naya mau tahu siapa yang bakal menikah dengan Naya apakah Naya bisa bertemu dengannya dulu." Naya mendekati Om Toto, membocorkan pria paruh baya diungkap dengan serius.
Ting! Naya membunyikan bel rumah besar bewarna putih tulang itu, ini sudah bel yang ketiga kalinya, ok kita coba sekali lagi.Krek! Seseorang membukakan pintu sebelum Naya menekan bel ke-tiganya. Pria itu mengenakan sweater abu-abu dengan rambut acak-acakan sembari menguap satu tangannya lagi menggaruk kepalanya yang gatal."Harum?" ujar si pria sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Naya yang lain tak bukan adalah Reno."Em, bukan saya Naya, suster pilihan bapak Rey," balas Naya dengan kikuk."Ok, ok silakan masuk."Nah pekerjaan kamu adalah mengurus segala keperluan nyonya Biya, membantu beliau ke kamar mandi, memasak makanan untuk beliau, dan ya pastinya kamu paham tugas seorang pengasuh untuk lansia."Reno mengitari ruangan itu sambil menerangkan segala tugas yang harus dipikul oleh Naya sebagai suster baru. Huh, kepala Naya dib
"Kamu berbicara dengan siapa?" tanya Reno pada Naya yang terlihat menyimpan sesuatu.Naya terlihat gugup, wajahnya pucat pasi takut Reno mengetahui apa yang terjadi di belakang tadi, jangan sampai Reno tahu kalau tidak habis karirnya dalam sekejap akibat dirinya kepergok berduaan dengan pria yang nyatanya bukan berduaan tapi pertengkaran, ya mana mungkin dalam sehari dirinya langsung mendapat pemecatan."Tidak, aku hanya menghirup udara di luar, sebelum memasak." Naya mencoba meyakinkan Reno yang kini berada di depannya."Hem semacam ritual begitu?" tanya pria itu lagi.Naya mengangguk pelan lalu tersenyum berharap Reno percaya akan kata-katanya tadi, reno kemudian berlalu meninggalkan Naya sedangkan Bagas masih bersembunyi di balik pintu, Naya mendorong tubuh pria itu hingga tak tampak wujudnya. Bagas terkekeh melihat wajah Naya yang dibuat pucat akan kejadian tadi, sungguh lucu pi
Sabtu pagi di awal bulan, hari ini Naya punya banyak waktu luang untuk memanjakan dirinya sebab hari ini dirinya libur bekerja, sudah hampir sebulan lebih ia bekerja di rumah bos besar itu. Ya, hari-harinya mulai produktif sepertinya tidak masalah mempunyai pekerjaan sebagai seorang suster. Wajah Naya pagi itu tergores udara yang lewat melalui ventilasi jendela besar di samping tempat tidurnya, kedua kelopak matanya terbuka sepertinya sengatan cahaya mentari membuat tidurnya pagi ini harus terhenti, ia berdiam sejenak menyadarkan jiwanya dari tidur panjang lalu memeriksa gawainya.[Pagi calon istriku] Pesan dari nomor tidak dikenal.Naya berpikir keras siapa dia? Ya, mungkin penggemar rahasianya, tak mau ambil pusing Naya meletakkan gawainya kembali beralih ke arah kaca jendela menatap hiruk pikuk kota di hari libur kerja ini, secangkir kopi dengan sedikit krimer bikinan Bi Sumi menemani paginya yang santai, sesekali ia memikir