Share

Masa Lalu

Penulis: Atsachi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-06 01:32:37

"Yaelah formal banget si lu." Reno

menghempaskan tubuhnya di bangku empuk sudut ruangan tempat biasa Bagas menyesap kopinya di pagi hari. Reno  melanjutkan permainannya yang sempat tertunda.

"Gue pengen lu cari tau tentang cewek ini." Bagas menunjukan foto Naya entah darimana dia mendapatkan  foto tersebut, mungkin dari media sosialnya.

"Siapa ni? Calon kakak ipar gue. Kurang cocok ini mah gak cocok sama lu yang kayak dajjal." Bagas menjitak kepala adiknya itu seperti waktu kecil.

Reno mulai memancing kemarahan kakaknya kembali, selain hobi bermain game dia juga suka sekali menggoda kakaknya, ya memang tidak jelas.

"Dasar lu ya, cepet kerjain apa yang gue suruh," gertak bagas.

"Iya, iya berisik amat lu ngebet banget pengen kawin," kekehnya mengejek Bagas.

"Udah lu keluar." Bagas mengusir adiknya itu lalu kembali memikirkan siasat untuk mendapatkan sang Naya hanum.

Bagas sejujurnya dapat dengan mudah mencari pasangan, banyak yang menginginkan dia untuk menjadi pasangan hidup, tetapi dari sekian banyak dari mereka belum ada yang memenuhi kriteria wanita yang diinginkan sebagai pendamping hidup bagi Bagas lagi pula dia sangat benci dengan wanita, dia hanya ingin wanita yang tulus yang dapat memberikan perhatian layaknya seorang  anak pada ibunya yang sudah tua, Nyoya Biya.

Nyonya Biya sudah sangat renta ditambah lagi penderitaan yang selama ini ia tanggung seorang diri membesarkan kedua anak tanpa kasih sayang dan sentuhan seorang ayah. Ayah Bagas meninggalkan keluarga itu memilih pergi dengan wanita lain yang baru ia kenal dalam sebulan, ternyata mereka telah melangsungkan pernikahan diam-diam tanpa sepengetahuan Nyoya Biya, istrinya.

Sampai saat ini kenangan buruk itu selalu terlintas dalam benak Bagas apalagi suatu ketika dirinya melihat wanita yang acap kali tebar pesona sungguh ia kembali teringat akan wanita perebut ayahnya itu, kejam pikirnya tega sekali ia merebut kebahagiaan ibu yang dia sayangi. Ingin sekali rasanya ia mencari lelaki itu untuk membalas rasa sakit hatinya. Namun hatinya belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang membuat dirinya ada di dunia ini. kini, pikirkannya hanya tentang bagaimana cara mendapatkan Naya Hanum untuk ibunya, mungkin dengan ini ibunya dapat tersenyum kembali.

"Bagas." Suara dari kamar ibunya, kamar itu bersebelahan dengan ruang kerjanya supaya jika ibunya memerlukan bantuannya, sehingga dirinya dapat segera menemui ibunya itu.

" Iya Bu, gimana badan Ibu sudah mulai baikan?" Ia mengelus punggung tangan Nyonya Biya.

" Ibu ingin bertemu dengan gadis itu." Bagas terdiam sejenak lalu mengambil segelas air putih dan beberapa butir pil obat.

" Ibu tenang aja Bagas sedang berusaha membawa gadis itu. Ibu berdoa saja." Ia memberikan pil itu pada Nyonya Biya membantunya duduk lalu memberikan Nyonya Biya segelas air putih.

Kring-kring

"Iya no."

"Gue udah dapet bioadata tu cewek."

"Ok gue kesana lu di mana?" tanya Bagas antusias.

"Tempat biasa."

"Ok gue ke sana." Ia mengambil jaketnya serta kunci mobil lalu pergi mengendarai mobilnya tak lupa berpamitan pada Nyonya Biya  Lima belas menit kemudian Reno tampak semringah melihat kehadiran kembarannya itu.

"Ok gimana?" tanya Bagas.

"Sabar Mas Bro, duduk dulu." Reno mendudukkan kakaknya yang masih mengatur napas sambil memesankan minuman dingin.

"Lanjut." Tampaknya Bagas tidak sabar lagi.

"Nama cewek itu Naya Hanum, anak tunggal keluarga Broto, dia baru lulus tahun ini."

"Udah gitu doang?" sela Bagas.

"Iya terus?"

"Nomor telepon, alamat rumah lu gak dapet?" tanya Bagas.

"Kalau itu lu cari sendiri, berjuang dong." Bagas terdiam cukup lama lalu Reno memberikan secarik kertas.

"Nomornya, dia lagi ngelamar kerja, ya lu bisa memperkejakan dia di perusahaan lu, saran gue ni."

Ide yang bagus pikir Bagas dengan begitu dirinya bisa dengan mudah mendekati Naya, tapi bagaimana caranya? Pertemuan pertama yang harusnya mendapat kesan menyenangkan tetapi menjadi tidak menyenangkan. Bagas berpikir untuk menghubungi pihak HRD untuk memanggil Naya. Ya, bagaimana pun dia ingin tampak elegan di mata Naya bukan mengemis cinta dari Naya Hanum, CEO keren terkenal dingin mana mungkin bertekuk lutut di hadapan wanita, oh tidak itu bukanlah Bagas Permana pikirnya. Ia memutuskan pulang untuk menemui Nyonya Biya hari ini sudah cukup untuk memata-matai targetnya hanya memikirkan bagaimana caranya agar Naya menyerahkan hati untuknya bagaimana pun keinginan Nyonya Biya akan ia wujudkan bahkan taruhan nyawa sekali pun.

***

Cahaya pagi menembus jendela kamar Naya, gadis itu rupanya masih terlelap dalam tidurnya. Seseorang terlihat menaiki anak tangga sambil membawa baki berisi segelas susu dan roti keju kesukaan Naya . Ia membuka pintu dengan hati-hati lalu memeriksa sang pemilik kamar yang masih berselimut tebal, matanya tertuju pada gorden putih di kamar itu. Tangannya yang gemulai perlahan membuka gorden, sorot mentari langsung mengenai wajah Naya yang manis kala itu.

"Nay, jam berapa kamu mau bangun?" tanya Nyonya Alexa.

"Bukannya hari ini kamu mau cari kerja, ayo bangun!" Nyonya Alexa berusaha meraih dengan paksa selimut tebal itu lalu meletakkannya ke bangku di sudut kamar.

"Iya Ma, ya ampun ini masih pagi lo." Sambil menguap ia menatap malas Nyonya Alexa.

"Pokoknya mama gak mau tau ya, hari ini kamu harus dapat kerja atau–" Naya memotong pembicaraan ibunya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suster Untuk CEO Jutek   Binatang Berbisa

    Matahari sudah mulai condong ke timur setelah hampir satu hari perjalanan Bagas memarkirkan mobilnya di halaman rumah bernuansa gothic ala-ala eropa. Naya memandangi sekitar 'wah luas sekali pekarangan rumah Bagas' Naya takjub akan rumah Bagas yang bak istana, rumah itu terletak di tengah padang rerumputan jika kita berjalan sedikit ke arah barat maka kita akan menemukan perternakan lebah milih keluarga Biya. Ya, keluarga itu adalah keluarga yang terpandang bisa dibilang orang berada, tak hanya itu di sana juga ada peternakan sapi perah yang tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Bagas memanggil asistennya dari dalam rumah megah itu tampak seorang wanita dan pria tergesa-gesa menghampiri Naya dan Bagas."Mang Ujang tolong bawa tas ini masuk ya!" kata Bagas pada Mang Ujang, asisstennya."Baik, Den." Mang Ujang dan Bi Inah membawa semua tass besar itu masuk ke dalam rumah.tuk! tuk! suara tapak kaki seseorang, ternyata Nyonya Biya dan Gladis sudah berdiri

  • Suster Untuk CEO Jutek   Permainan Nyonya Biya

    Matahari bersinar cerah Naya dan Bagas hari ini akan melangsungkan perjalanannya ke Bandung. Berat hati sebenarnya Naya meninggalkan Nyonya Alexa, tetapi harus bagaimana lagi dia sekarang hanya bisa tunduk pada Bagas, suaminya. Setelah beberapa tas besar masuk ke dalam bagasi Naya dan Bagas kemudian berpamitan pada orang tua Naya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto."Ma, Pa Naya pamit." Naya memeluk orang tuanya secara bergantian dan menyalami mereka."Iya Nak, kamu baik-baik di sana." Nyoya Alexa menitikkan air matanya begitu pula dengan Tuan Broto.Setelah acara perpisahan itu selesai Bagas dan Naya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah Naya."Ma, Pa kami jalan dulu," sahut Bagas dari dalam mobil.Kedua orang tua itu melambaikan tangan seketika mobil tak tampak lagi di pelupuk mata Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ayah Naya membawa Nyonya Alexa kembali masuk ke dalam

  • Suster Untuk CEO Jutek   Perang Bantal

    "Eh Naya ini minum-minum." Nyonya Alexa memberikan segelas air putih pada Naya.Naya segera mengambil gelas yang diberikan oleh ibunya, bagaimana bisa Bagas memutuskan secepat ini pergi ke Bandung. Dia sama sekali belum pernah membicarakan hal ini pada Naya, dan lucunya lagi hah apa? Naya akan melanjutkan kuliah siapa yang bilang? Naya bergedik memijati pelipisnya, sementara Bagas terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa pun 'dasar rubah' Naya menatap wajah Bagas."Kamu gak apa-apa Naya, makannya pelan-pelan dong!" Nyonya Alexa menepuk punggung anaknya."Udah Ma, Naya gak apa-apa. Cuma keselek doang." Naya menoleh ke arah Bagas.Acara makan malam selesai, Naya menyempatkan untuk membatu Nyonya Alexa. Meskipun sesungguhnya ia lelah, tetapi tidak enak rasanya jika membiarkan wanita yang sudah masuk kepala lima itu berlama-lama berdiri seharusnya Naya bisa membatu ibunya ditambah lagi hari ini hari terakhirnya bisa menemani ibunya, Bagas sepertinya suda

  • Suster Untuk CEO Jutek   Ke Bandung

    Dengan cepat Naya meraih gagang lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Karena Bagas berpikir Naya telah selesai berpakaian Bagas membalikkan badannya lagi tepat di hadapan Naya dan astaga Bagas berteriak melihat rambut Naya yang menjulur ke depan seperti hantu."Kamu ini kurang kerjaan atau apa sih?" Bagas mengelus dadanya."Eh salah aku apa Mas aja yang berlebihan, sama hantu aja takut, dasar penakut hahaha."Bagas masih terdiam di kamarnya, sementara Naya kini sudah duduk di meja riasnya merapikan rambutnya dia harus tampil cantik bukan. Walaupun hanya akan menghadiri makan malam."Berapa jam lagi kamu selesaiberdandan?" Bagas memutarkan bola matanya tanda bosan."Mas duluan aja apa susahnya sih." Ia menoleh ke cermin kembali.Bagas berjalan ke arah meja rias lalu mengambil sisir yang semula ada di tangan Naya. Dengan gerakan yang s

  • Suster Untuk CEO Jutek   Balas Dendam

    Gadis manja akan menjadi babu untuk Biya .... Dia akan tahu seberapa sakit hati ini oleh bibinya ... Hem .... (Bersenandung) "Gladis bisakah kau ambilkan roti lagi untukku." Nyonya Biya berhenti mengoleskan selai madu di dasaran rotinya. "Nyonya kenapa anda terlihat begitu bahagia di atas penderitaanku." Gladis berjalan menemui Biya menyerahkan dua lembar roti tawar yang diambilnya dengan malas. Gladis adalah seorang wanita berdarah campuran, ayahnya seorang warga berdarah Eropa lebih tepatnya, Inggris, sementara sang ibu murni Indonesia tulen. Nyonya Biya dan ibu Gladis merupakan sahabat lama, Gladis dan Bagas juga sudah menjalin persahabatan sejak kecil umur mereka hanya terpaut selisih hitungan bulan saja. Gladis adalah sosok wanita yang supel, fashionable, perpeksionis, satu lagi ambisius ia akan rela mengobarkan segalanya demi mendapatkan semua yang dia inginkan. Sudah lama i

  • Suster Untuk CEO Jutek   Bertengkar

    Bagas tak menghiraukan perkataan sang istrinya itu. Sementara naya, menutup kedua netranya berharap malam ini Bagas tak melakukan ritual yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengantin baru. Jantung Naya berdegub kencang 'mati aku, oh tidak Tuhan ... aku mohon jangan hari ini' Naya berkomat-kamit tidak jelas sambil memicingkan matanya lagi.'huft' Bagas mengambil handuk putih di belakang tubuh Naya yang letaknya di atas nakas, memang sungguh menyebalkan kenapa dia tak mengambil handuk itu langsung ke Nakas. Bagas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya yang kini sudah bercucuran keringat."Kamu pikir aku mau melakukan itu padamu hahaha, atau kamu yang menginginkannya," ujar Bagas."Dasar tidak waras." Naya melipat tangannya memalingkan wajah kesalnya hingga muka lelaki menyebalkan itu tak ia lihat lagi.Bagas mendekat kembali. "Mandi bareng yuk?"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status