Share

Perjodohan

Author: Atsachi
last update Last Updated: 2021-09-06 01:32:07

"Belum Om, Mama terlalu over protektif terhadapku." Naya menoleh ke arah Nyonya Alexa sedangkan Nyonya Alexa tersenyum malu pada tamunya kala itu.

Om Toto tertawa kemudian meminta Naya untuk mengisi suatu kertas berisi biodatanya, Naya melihat menatap ragu untuk apa dirinya mengisi biodata ini. Ia membaca pertanyaan demi pertanyaan yang di formulir itu. Namun, tak ada tujuan dan alasan formulir digunakan untuk apa. Naya kemudian menatap ibu dan ayahnya berharap mereka menjelaskan semua ini. Kedua orangtua itu menatap satu sama lain lalu mengedipkan mata.

"Naya, isi saja formulirnya, formulir ini untuk memindah tangankan harta warisan nenekmu ke tanganmu kelak," ujar Nyonya Alexa berbohong.

Nyonya Alexa menatap wajah Naya dengan perasaan takut jika putrinya itu tidak percaya padanya. Namun, ternyata Naya tak mencurigai hal itu ia mengisi formulir itu kemudian menyerahkannya pada Om Toto kembali. Setelah berbincang lama tamu malam itu pun pulang, Naya beserta keluarganya mengantar Om Toto sampai ke pekarangan rumah. Naya memilih memasuki kamarnya setelah kendaraan roda empat Om Toto meninggalkan jejak roda di pekarangan. Namun, langkahnya terhenti, ia mendengar gelak tawa Nyonya Alexa dan Tuan Broto dari kejauhan. Naya membalikkan badan bersembunyi di balik dinding menatap kedua orang tuanya sedikit ia arahkan daun telinganya ke arah sumber suara. Ia mendengar samar-samar perkataan orangtuanya itu.

"Akhirnya Pa, Naya tidak perlu bersusah payah lagi mencari pekerjaan akhirnya ... aku bisa tidur malam ini." Nyonya Alexa memagutkan tangannya di leher Tuan Broto.

"Iya Sayang, eits tapi hari ini Papa mau pelayanan dari Mama." Tuan Broto tersenyum jahil. Walaupun tak muda lagi keduanya masih menjaga keharmonisan rumah tangga.

"Papa genit, mentang-mentang Naya sudah kita jodohkan jadi mulai berani menggoda Mama." Nyonya Alexa mencubit pinggang suaminya.

Deg! Perjodohan? Naya menyergitkan dahinya lagi, dengan siapa dia dijodohkan Naya tak habis pikir dengan kedua orang tuanya itu. Naya meninggalkan Nyonya Alexa dan Tuan Broto yang sedang bermesraan di ruang tamu memilih untuk memasuki kamar.

***

Seorang pria  keluar dari mobilnya lalu menghampiri si nenek.

"Akting Ibu bagus juga," ujar pria.

Pria dengan wajah oriental tersebut adalah Bagas Permana seorang CEO yang bergerak di bidang fashion. Wajahnya yang tampan menambah nilai plus dalam dirinya, ditambah lagi pembawaannya yang dingin membuat kaum wanita berasa sedang di kutub Utara, sejuk sekali. Bagas menuntun  Nyonya Biya ke mobilnya, ia masih memikirkan gadis yang tadi ia jumpai di swalayan, wajah judesnya masih tergambar jelas di benak Bagas, dia adalah gadis yang baik juga pikirnya mungkinkah dia yang selama ini Bagas cari.

"Ibu bagaimana menurut Ibu gadis tadi?"

"Ibu suka, Ibu harap kamu mendapatkannya untuk Ibu."

"Semua Bagas lakukan demi Ibu." Ia mencium tangan Nyonya Biya lalu kembali mengemudikan mobilnya.

sepertinya kini Bagas sedang memikirkan siasat untuk mendapatkan hati sang gadis tadi yang lain tak bukan adalah Naya tujuannya saat ini. Bagas mengantarkan Nyonya Biya ke rumah lalu menuntun beliau ke kamar ia sontak berpikir untuk menghubungi Reno, adiknya sekaligus asisten pribadinya.

"Lu dimana?" tanyanya tanpa mengucap salam terlebih dahulu. Ya, begitulah mereka.

"Biasalah di kamar lagi main permainan." Bagas memutarkan bola matanya mendengarkan kata adiknya yang tidak berguna ini.

bayangkan diumur 21 tahun Reno lebih suka mengurung diri di kamar dibanding mengasah kemampuannya sangat berbeda sekali dengan Bagas, ia tipikal yang pekerja keras dan ambisius berbanding terbalik dengan adiknya itu si pemalas.

"Lu cepet ke ruangan kerja gua sekarang, ada tugas buat Lo."

"Ya elah Bang kan bisa nanti, gua lagi main."

"Ok jatah lu sebulan gue tarik." Kenapa Bagas dan Nyoya Alexa memiliki sifat yang sama suka mengancam orang lain? Entahlah.

"Iya iya gue kesana berisik amat si lu." Reno bangkit dari tempat persembunyiannya.Ya,  pastinya di kamar, itu adalah tempat favoritnya.

Bagas dan Reno memiliki sifat yang hampir sama hanya saja Reno terkesan santai dalam banyak urusan tapi jangan sepelekan dia, Reno sangat serius jika menyangkut urusan jodoh kakaknya, mungkin Reno punya bakat dalam dunia percintaan. Tanpa menunggu lama ia melenggangkan kaki ke arah ruangan kerja Bagas yang letaknya di lantai dua, Bagas masih menatap awan biru di balik kaca ruangan yang dingin dengan tirai warna hitam favoritnya.

"Krek." pintu terbuka Reno menampakkan kepalanya memeriksa apakah Bagas ada di sana.

"Ya tugas gue apa?" Suara dari ambang pintu.

"Lu bisa gak ketuk pintu dulu atau salam. Gue makin yakin kalau Lo bukan adik gue, gak punya etika sama sekali," pungkas Bagas dari arah jendela, padahal dirinya juga begitu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suster Untuk CEO Jutek   Binatang Berbisa

    Matahari sudah mulai condong ke timur setelah hampir satu hari perjalanan Bagas memarkirkan mobilnya di halaman rumah bernuansa gothic ala-ala eropa. Naya memandangi sekitar 'wah luas sekali pekarangan rumah Bagas' Naya takjub akan rumah Bagas yang bak istana, rumah itu terletak di tengah padang rerumputan jika kita berjalan sedikit ke arah barat maka kita akan menemukan perternakan lebah milih keluarga Biya. Ya, keluarga itu adalah keluarga yang terpandang bisa dibilang orang berada, tak hanya itu di sana juga ada peternakan sapi perah yang tidak bisa dihitung dengan jari lagi jumlahnya. Bagas memanggil asistennya dari dalam rumah megah itu tampak seorang wanita dan pria tergesa-gesa menghampiri Naya dan Bagas."Mang Ujang tolong bawa tas ini masuk ya!" kata Bagas pada Mang Ujang, asisstennya."Baik, Den." Mang Ujang dan Bi Inah membawa semua tass besar itu masuk ke dalam rumah.tuk! tuk! suara tapak kaki seseorang, ternyata Nyonya Biya dan Gladis sudah berdiri

  • Suster Untuk CEO Jutek   Permainan Nyonya Biya

    Matahari bersinar cerah Naya dan Bagas hari ini akan melangsungkan perjalanannya ke Bandung. Berat hati sebenarnya Naya meninggalkan Nyonya Alexa, tetapi harus bagaimana lagi dia sekarang hanya bisa tunduk pada Bagas, suaminya. Setelah beberapa tas besar masuk ke dalam bagasi Naya dan Bagas kemudian berpamitan pada orang tua Naya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto."Ma, Pa Naya pamit." Naya memeluk orang tuanya secara bergantian dan menyalami mereka."Iya Nak, kamu baik-baik di sana." Nyoya Alexa menitikkan air matanya begitu pula dengan Tuan Broto.Setelah acara perpisahan itu selesai Bagas dan Naya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di halaman rumah Naya."Ma, Pa kami jalan dulu," sahut Bagas dari dalam mobil.Kedua orang tua itu melambaikan tangan seketika mobil tak tampak lagi di pelupuk mata Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ayah Naya membawa Nyonya Alexa kembali masuk ke dalam

  • Suster Untuk CEO Jutek   Perang Bantal

    "Eh Naya ini minum-minum." Nyonya Alexa memberikan segelas air putih pada Naya.Naya segera mengambil gelas yang diberikan oleh ibunya, bagaimana bisa Bagas memutuskan secepat ini pergi ke Bandung. Dia sama sekali belum pernah membicarakan hal ini pada Naya, dan lucunya lagi hah apa? Naya akan melanjutkan kuliah siapa yang bilang? Naya bergedik memijati pelipisnya, sementara Bagas terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa pun 'dasar rubah' Naya menatap wajah Bagas."Kamu gak apa-apa Naya, makannya pelan-pelan dong!" Nyonya Alexa menepuk punggung anaknya."Udah Ma, Naya gak apa-apa. Cuma keselek doang." Naya menoleh ke arah Bagas.Acara makan malam selesai, Naya menyempatkan untuk membatu Nyonya Alexa. Meskipun sesungguhnya ia lelah, tetapi tidak enak rasanya jika membiarkan wanita yang sudah masuk kepala lima itu berlama-lama berdiri seharusnya Naya bisa membatu ibunya ditambah lagi hari ini hari terakhirnya bisa menemani ibunya, Bagas sepertinya suda

  • Suster Untuk CEO Jutek   Ke Bandung

    Dengan cepat Naya meraih gagang lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Karena Bagas berpikir Naya telah selesai berpakaian Bagas membalikkan badannya lagi tepat di hadapan Naya dan astaga Bagas berteriak melihat rambut Naya yang menjulur ke depan seperti hantu."Kamu ini kurang kerjaan atau apa sih?" Bagas mengelus dadanya."Eh salah aku apa Mas aja yang berlebihan, sama hantu aja takut, dasar penakut hahaha."Bagas masih terdiam di kamarnya, sementara Naya kini sudah duduk di meja riasnya merapikan rambutnya dia harus tampil cantik bukan. Walaupun hanya akan menghadiri makan malam."Berapa jam lagi kamu selesaiberdandan?" Bagas memutarkan bola matanya tanda bosan."Mas duluan aja apa susahnya sih." Ia menoleh ke cermin kembali.Bagas berjalan ke arah meja rias lalu mengambil sisir yang semula ada di tangan Naya. Dengan gerakan yang s

  • Suster Untuk CEO Jutek   Balas Dendam

    Gadis manja akan menjadi babu untuk Biya .... Dia akan tahu seberapa sakit hati ini oleh bibinya ... Hem .... (Bersenandung) "Gladis bisakah kau ambilkan roti lagi untukku." Nyonya Biya berhenti mengoleskan selai madu di dasaran rotinya. "Nyonya kenapa anda terlihat begitu bahagia di atas penderitaanku." Gladis berjalan menemui Biya menyerahkan dua lembar roti tawar yang diambilnya dengan malas. Gladis adalah seorang wanita berdarah campuran, ayahnya seorang warga berdarah Eropa lebih tepatnya, Inggris, sementara sang ibu murni Indonesia tulen. Nyonya Biya dan ibu Gladis merupakan sahabat lama, Gladis dan Bagas juga sudah menjalin persahabatan sejak kecil umur mereka hanya terpaut selisih hitungan bulan saja. Gladis adalah sosok wanita yang supel, fashionable, perpeksionis, satu lagi ambisius ia akan rela mengobarkan segalanya demi mendapatkan semua yang dia inginkan. Sudah lama i

  • Suster Untuk CEO Jutek   Bertengkar

    Bagas tak menghiraukan perkataan sang istrinya itu. Sementara naya, menutup kedua netranya berharap malam ini Bagas tak melakukan ritual yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pengantin baru. Jantung Naya berdegub kencang 'mati aku, oh tidak Tuhan ... aku mohon jangan hari ini' Naya berkomat-kamit tidak jelas sambil memicingkan matanya lagi.'huft' Bagas mengambil handuk putih di belakang tubuh Naya yang letaknya di atas nakas, memang sungguh menyebalkan kenapa dia tak mengambil handuk itu langsung ke Nakas. Bagas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya yang kini sudah bercucuran keringat."Kamu pikir aku mau melakukan itu padamu hahaha, atau kamu yang menginginkannya," ujar Bagas."Dasar tidak waras." Naya melipat tangannya memalingkan wajah kesalnya hingga muka lelaki menyebalkan itu tak ia lihat lagi.Bagas mendekat kembali. "Mandi bareng yuk?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status