Share

Perjodohan

"Belum Om, Mama terlalu over protektif terhadapku." Naya menoleh ke arah Nyonya Alexa sedangkan Nyonya Alexa tersenyum malu pada tamunya kala itu.

Om Toto tertawa kemudian meminta Naya untuk mengisi suatu kertas berisi biodatanya, Naya melihat menatap ragu untuk apa dirinya mengisi biodata ini. Ia membaca pertanyaan demi pertanyaan yang di formulir itu. Namun, tak ada tujuan dan alasan formulir digunakan untuk apa. Naya kemudian menatap ibu dan ayahnya berharap mereka menjelaskan semua ini. Kedua orangtua itu menatap satu sama lain lalu mengedipkan mata.

"Naya, isi saja formulirnya, formulir ini untuk memindah tangankan harta warisan nenekmu ke tanganmu kelak," ujar Nyonya Alexa berbohong.

Nyonya Alexa menatap wajah Naya dengan perasaan takut jika putrinya itu tidak percaya padanya. Namun, ternyata Naya tak mencurigai hal itu ia mengisi formulir itu kemudian menyerahkannya pada Om Toto kembali. Setelah berbincang lama tamu malam itu pun pulang, Naya beserta keluarganya mengantar Om Toto sampai ke pekarangan rumah. Naya memilih memasuki kamarnya setelah kendaraan roda empat Om Toto meninggalkan jejak roda di pekarangan. Namun, langkahnya terhenti, ia mendengar gelak tawa Nyonya Alexa dan Tuan Broto dari kejauhan. Naya membalikkan badan bersembunyi di balik dinding menatap kedua orang tuanya sedikit ia arahkan daun telinganya ke arah sumber suara. Ia mendengar samar-samar perkataan orangtuanya itu.

"Akhirnya Pa, Naya tidak perlu bersusah payah lagi mencari pekerjaan akhirnya ... aku bisa tidur malam ini." Nyonya Alexa memagutkan tangannya di leher Tuan Broto.

"Iya Sayang, eits tapi hari ini Papa mau pelayanan dari Mama." Tuan Broto tersenyum jahil. Walaupun tak muda lagi keduanya masih menjaga keharmonisan rumah tangga.

"Papa genit, mentang-mentang Naya sudah kita jodohkan jadi mulai berani menggoda Mama." Nyonya Alexa mencubit pinggang suaminya.

Deg! Perjodohan? Naya menyergitkan dahinya lagi, dengan siapa dia dijodohkan Naya tak habis pikir dengan kedua orang tuanya itu. Naya meninggalkan Nyonya Alexa dan Tuan Broto yang sedang bermesraan di ruang tamu memilih untuk memasuki kamar.

***

Seorang pria  keluar dari mobilnya lalu menghampiri si nenek.

"Akting Ibu bagus juga," ujar pria.

Pria dengan wajah oriental tersebut adalah Bagas Permana seorang CEO yang bergerak di bidang fashion. Wajahnya yang tampan menambah nilai plus dalam dirinya, ditambah lagi pembawaannya yang dingin membuat kaum wanita berasa sedang di kutub Utara, sejuk sekali. Bagas menuntun  Nyonya Biya ke mobilnya, ia masih memikirkan gadis yang tadi ia jumpai di swalayan, wajah judesnya masih tergambar jelas di benak Bagas, dia adalah gadis yang baik juga pikirnya mungkinkah dia yang selama ini Bagas cari.

"Ibu bagaimana menurut Ibu gadis tadi?"

"Ibu suka, Ibu harap kamu mendapatkannya untuk Ibu."

"Semua Bagas lakukan demi Ibu." Ia mencium tangan Nyonya Biya lalu kembali mengemudikan mobilnya.

sepertinya kini Bagas sedang memikirkan siasat untuk mendapatkan hati sang gadis tadi yang lain tak bukan adalah Naya tujuannya saat ini. Bagas mengantarkan Nyonya Biya ke rumah lalu menuntun beliau ke kamar ia sontak berpikir untuk menghubungi Reno, adiknya sekaligus asisten pribadinya.

"Lu dimana?" tanyanya tanpa mengucap salam terlebih dahulu. Ya, begitulah mereka.

"Biasalah di kamar lagi main permainan." Bagas memutarkan bola matanya mendengarkan kata adiknya yang tidak berguna ini.

bayangkan diumur 21 tahun Reno lebih suka mengurung diri di kamar dibanding mengasah kemampuannya sangat berbeda sekali dengan Bagas, ia tipikal yang pekerja keras dan ambisius berbanding terbalik dengan adiknya itu si pemalas.

"Lu cepet ke ruangan kerja gua sekarang, ada tugas buat Lo."

"Ya elah Bang kan bisa nanti, gua lagi main."

"Ok jatah lu sebulan gue tarik." Kenapa Bagas dan Nyoya Alexa memiliki sifat yang sama suka mengancam orang lain? Entahlah.

"Iya iya gue kesana berisik amat si lu." Reno bangkit dari tempat persembunyiannya.Ya,  pastinya di kamar, itu adalah tempat favoritnya.

Bagas dan Reno memiliki sifat yang hampir sama hanya saja Reno terkesan santai dalam banyak urusan tapi jangan sepelekan dia, Reno sangat serius jika menyangkut urusan jodoh kakaknya, mungkin Reno punya bakat dalam dunia percintaan. Tanpa menunggu lama ia melenggangkan kaki ke arah ruangan kerja Bagas yang letaknya di lantai dua, Bagas masih menatap awan biru di balik kaca ruangan yang dingin dengan tirai warna hitam favoritnya.

"Krek." pintu terbuka Reno menampakkan kepalanya memeriksa apakah Bagas ada di sana.

"Ya tugas gue apa?" Suara dari ambang pintu.

"Lu bisa gak ketuk pintu dulu atau salam. Gue makin yakin kalau Lo bukan adik gue, gak punya etika sama sekali," pungkas Bagas dari arah jendela, padahal dirinya juga begitu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status