Share

Sweet Revenge
Sweet Revenge
Penulis: RedSky Note

Prolog

"Aku ingin ganti pelayan. Aku tidak suka perempuan gemuk!" ujar sebuah suara bariton yang terdengar tegas.

Misha melotot kesal pada seorang pengusaha terkenal yang menjadi pelanggan VIP di tempat kerjanya hari ini.

"Aku hanya mengantar ayam panggang pesananmu, Sir." Misha meletakkan senampan hidangan mewah yang tampak lezat di meja marmer ruang VIP restoran itu.

Andreas Maxwell mengangguk dengan raut bosan. 

Sesekali matanya mencuri pandang ke arah gadis berambut kemerahan yang melayaninya kali ini.

"Sandy sudah tahu standar pelayananku. Dan itu bukan kau!" ujar laki-laki itu terlihat kesal.

Misha menahan bibirnya berusaha agar tidak merespon pelanggan dengan kalimat kasar. Gadis itu lalu tersenyum selebar mungkin.

"Carry sedang izin sakit, Sir. Jadi hanya ada aku yang melayani area VIP hari ini," jawab Misha dengan sopan.

Andreas terlihat mengernyit tak suka. 

"Pelayan yang terlalu besar mengganggu selera makanku," ucap laki-laki itu terlihat jengkel.

Misha menarik nafas tajam dan mengumpat dalam hati. 

Tamu dari golongan kaya memang cenderung bertingkah menyebalkan. 

"Baiklah. Ada yang kau inginkan agar selera makannya kembali?" tanya Misha dengan seramah mungkin.

"Berhentilah tersenyum! Senyummu juga tidak terlalu bagus," protes Andreas dengan kesal.

Misha menganga dan nyaris saja mengumpati tamunya dengan kencang.

Gadis itu menarik nafas panjang berusaha menahan rasa kesalnya pada sikap pengusaha sekaligus selebritas itu.

"Ayammu hampir dingin, Sir. Silahkan dinikmati segera." ucap Misha dengan senyum kaku karena emosi tertahan.

Andreas meliriknya tajam, lalu  memicingkan mata birunya kearah senampan ayam panggang berwarna keemasan yang beraroma lezat dan sebotol anggur mahal yang dipesannya.

"Ganti ayam itu dengan yang baru! Dan suruh Sandy yang mengantar seluruh pesananku langsung, Nona Bulat!" perintah pria itu dengan nada kesal.

Misha melotot dan menatap pelanggan mahalnya itu jengkel dan tak percaya.

Andreas bahkan belum menyentuh sedikitpun makanan yang dia bawa.

Gadis itu lalu  bergegas pergi dari ruang VIP restoran tempatnya bekerja dengan raut marah tanpa ingin menoleh lagi ke arah tamu mahalnya yang menyebalkan.

Sepeninggal Misha, Andreas diam-diam mengembuskan nafas lega dan tampak duduk lebih rileks.

"Sial! Dia cantik sekali. Benar-benar pemandangan yang hebat justru saat aku berniat selibat sampai mati,"  gerutu Andreas diikuti sebuah seringai takjub yang dia tahan sejak tadi.

***

Misha membawa kembali senampan makanan yang tadi diantaranya dengan kaki nyaris menghentak jengkel.

"Dasar brengsek!" maki Misha setelah memasuki area dapur restoran itu.

Sandy, manajer restoran mereka yang baru saja membantu meneruskan pesanan pada koki mengangkat alis dengan geli.

"Dia membuatmu jengkel?" tanya wanita kurus itu penasaran.

Misha mendelik dengan bibir cemberut ke arah bosnya yang baik hati.

"Dia meminta makanan pengganti setelah menghinaku habis-habisan." jawab Misha sambil meletakkan nampan hidangan mahal yang dibawanya dengan jengkel.

Sandy tergelak pelan.

"Aku lupa kau terlalu berisi untuk jadi pelayan pria seksi itu." ucap manajer tiga puluh tahunan itu dengan seringai genit.

Misha bergidik kesal.

"Mungkin dia ingin dilayani oleh tengkorak. Sudah pasti lebih kurus dariku," gerutu Misha.

Sandy terbahak pelan.

"Setidaknya dia tampan," ejek Sandy ke arah gadis itu.

"Dia menjengkelkan! Rasanya aku ingin menyumpahinya agar celaka," gerutu Misha lagi sambil melepas celemek putih bersih yang melilit pinggangnya.

Sandy menggelengkan kepalanya tak setuju.

"Hati-hati dengan ucapanmu, Mish. Bisa saja ucapanmu itu terkabul," goda Sandy.

Misha mendengkus pelan.

"Aku mungkin akan tertawa jika memang bisa melihatnya celaka," sinis Misha dengan senyum kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status