Sweet Revenge

Sweet Revenge

Oleh:  RedSky Note  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
27Bab
834Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dikhianati dengan kejam oleh orang-orang terdekatnya, membuat Misha Aileen memilih menghapus semua orang yang pernah ada di hidupnya. Dia membiarkan hatinya hampa dan hanya berisi rasa benci pada semua orang yang mencoba mendekatinya. Hingga sebuah pertemuan yang tak sengaja dengan seorang pengusaha sekaligus selebriti besar bernama Andreas Maxwell kembali mengusik hatinya dan membuatnya berfikir untuk membalas sakit hati pada orang yang melukainya. Sayangnya Misha tidak tahu, tidak ada sesuatu yang kebetulan jika berkaitan dengan seorang Andreas. Karena Misha adalah sebuah rencana bagi Andreas.

Lihat lebih banyak
Sweet Revenge Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
27 Bab
Prolog
"Aku ingin ganti pelayan. Aku tidak suka perempuan gemuk!" ujar sebuah suara bariton yang terdengar tegas.Misha melotot kesal pada seorang pengusaha terkenal yang menjadi pelanggan VIP di tempat kerjanya hari ini."Aku hanya mengantar ayam panggang pesananmu, Sir." Misha meletakkan senampan hidangan mewah yang tampak lezat di meja marmer ruang VIP restoran itu.Andreas Maxwell mengangguk dengan raut bosan. Sesekali matanya mencuri pandang ke arah gadis berambut kemerahan yang melayaninya kali ini."Sandy sudah tahu standar pelayananku. Dan itu bukan kau!" ujar laki-laki itu terlihat kesal.Misha menahan bibirnya berusaha agar tidak merespon pelanggan dengan kalimat kasar. Gadis itu lalu tersenyum selebar mungkin."Carry sedang izin sakit, Sir. Jadi hanya ada aku yang melayani area VIP hari ini," jawab Misha dengan sopan.Andreas terlihat mengernyit tak suka. "Pelayan yang terlalu besar mengganggu selera makanku," ucap laki-laki itu terlihat jengkel.Misha menarik nafas tajam dan me
Baca selengkapnya
1.
"Aku akan menjenguk Harry. Selesai jam istirahat aku pasti sudah kembali, Sandy." Ucap Misha seraya merapikan rambutnya yang lembab dan kusut.Sandi menoleh lalu mendengkus pelan, meski akhirnya mengangguk mengiyakan."Pergilah! Semoga tunanganmu cepat sehat, Mish!" ucap manajernya itu.Misha tersenyum, lalu bergegas pergi dan memanggil taksi menuju apartemen tunangannya.Setelah sampai di depan sebuah gedung apartemen kelas menengah, Misha berjalan masuk dengan terburu-buru.Gadis itu menyusuri koridor apartemen tunangannya dengan wajah cemas. Kemarin Harry, tunangannya itu sedang sakit dan tidak masuk kerja di kantor firma hukum yang kebetulan tak jauh dari restoran tempat Misha bekerja.Misha merasa cemas sepanjang hari ini karena tunangannya itu tidak mengabarinya sejak pagi.Senyum lega tampak di wajah lelah gadis 22 tahun itu saat akhirnya sampai di depan pintu kamar tunangannya.Dengan perlahan, dia menekan beberapa angka untuk membuka pintu. Dia tidak mau mengganggu istiraha
Baca selengkapnya
2.
Misha memasuki sebuah flat sederhana berkamar 1 yang baru saja disewanya untuk beberapa bulan ke depan.Dia memakai sebagian uang simpanannya untuk membiayai hidupnya di tempat lain yang cukup jauh dari kota asalnya, setelah dia mengundurkan diri dari restoran tempatnya bekerja. Misha juga memutus semua komunikasi dengan orang-orang yang dikenalnya.Gadis itu mengembuskan nafas dengan keras, saat menatap satu persatu ke arah koper dan kotak yang masih berserakan setelah diturunkan salah satu mobil ekspedisi tadi."Baiklah...Misha. Mari mulai hidupmu dari awal," gumam gadis itu pada dirinya sendiri.Sebuah dering ponsel terdengar memenuhi seisi ruangan kecil itu kemudian.Misha tersenyum kecil melihat nama Howard di layar ponselnya.Dia begitu beruntung memiliki sahabat seperti Howard yang bisa memudahkan nyaris seluruh proses kepergiannya."Hallo temanku yang sebaik peri!" sapa Misha sebelum menyalakan fitur speaker di ponselnya."Hei! Berhentilah mengejekku, bodoh! Bagaimana sarang
Baca selengkapnya
3.
Matahari masih belum muncul sepenuhnya. Langit bahkan masih sedikit gelap, namun Misha sudah terbangun dan tengah duduk diam di kasurnya dengan wajah muram.Senyum ceria dan ekspresi ramab yang sebelumnya Misha tunjukkan di hadapan tetangganya hilang tak berbekas saat dia sendirian.Wajah cantik Misha masih sesedih sebelumnya. Juga luka yang masih basah di hatinya masih berdenyut perih dan memicu rasa benci yang semakin membesar."Aku harus berhenti peduli pada apapun, selain diriku sendiri mulai hari ini," batin gadis itu.Misha melirik sekilas bayangannya yang tampak muram di cermin besar kamarnya.Karena tak ingin terlambat, dia bergegas mandi tanpa memikirkan hal tak penting lagi.Dia tidak ingin membuat Lizzie menunggu, jadi dengan cepat Misha mengikat rambut panjangnya dan hanya memoleskan sebuah pelembab berwarna pink samar di bibirnya yang sedikit pucat.Tak lama, suara ketukan pelan terdengar di pintu kamarnya."Aku datang!" teriak gadis itu lalu berlari pergi setelah mengamb
Baca selengkapnya
4.
Misha menemukan seorang laki-laki setengah telanjang yang tampak tak sadarkan diri dengan sebuah pisau kecil masih menancap di pinggangnya."Ya Tuhan! Kau baik-baik saja?" pekiknya dengan gemetar.Misha merasakan tubuhnya dingin karena ketakutan.Dia takut malah menemukan mayat justru di hari pertamanya bekerja.Dengan kakinya yang terbungkus sepatu olahraga, gadis itu memberanikan diri menyentuh betis laki-laki yang tampak tak bergerak. "Hei! Kau masih sadar?" tanya gadis itu dengan suara semakin goyah.Misha lalu mengeluarkan ponselnya dan dengan cepat menghubungi layanan darurat. Dia tidak ingin jadi saksi jika orang itu benar-benar sudah atau nyaris mati.Dengan suara nyaris terbata-bata karena panik dan takut, gadis itu menyebutkan nama komplek sekaligus nomor rumah ini. Misha tidak ingin kelak ditanyai sendirian jika ada hal buruk yang terjadi pada orang itu.Tapi sebelumnya, dia berusaha memeriksa orang itu sekali lagi.Dengan ngeri, Misha melangkahi noda darah di lantai kama
Baca selengkapnya
5.
"Apa yang akan kau lakukan?" Alan menerobos masuk ke dalam kamar Andreas yang memang sudah biasa tidak terkunci.Andreas yang tengah mengancingkan kemejanya dengan tubuh yang masih terasa sedikit nyeri melirik sepupunya itu dengan santai."Selamat pagi, Sepupu!" sapa Andreas dengan senyum lebar yang bagi Alan terlihat mencurigakan."Jawab aku, Maxwell!" desak Alan terdengar jengkel.Andreas mengangkat alisnya dengan senyum kecil."Aku akan mulai menyusun cara untuk menyingkirkan Eddie dari kursinya," jawab pria itu.Alan bertolak pinggang dengan raut cemas."Bukan itu. Kau memasukkan kunjungan ke Divine hari ini," ujar laki-laki berkulit kecoklatan itu pada atasan sekaligus saudaranya.Andreas bergeming. Wajahnya nyaris tanpa ekspresi."Aku harus berterima kasih, bukan?" ucap Andreas datar.Alan menghela nafas panjang."Tidak, kita tahu tujuanmu bukan itu kesana." desak Alan seraya melipat lengannya di dada.Kekehan Andreas terdengar di kamar yang hening itu."Aku pernah bertemu gadis
Baca selengkapnya
6.
Misha berjalan cepat dengan langkah panik."Kau kabur!" sebuah suara sinis menghentikan langkah gadis itu.Misha mengernyit melihat Alan berdiri di pintu keluar rumah baru Andreas."Aku tidak tahu selain materialistis ternyata penolong saudaraku itu seorang pembohong," sinis pria itu.Misha merangsek maju dengan ekspresi marah."Bisakah kalian berhenti menghinaku? Kau sama saja dengan saudaramu!" ujar Misha jengkel.Alan mendengkus kesal."Kami sudah tahu pelaku penusukan Andreas. Dan kau jelas tidak akan kuat melukai saudaraku," kata pria itu.Misha memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin berinteraksi dengan orang-orang yang membuatnya kesal di hidip barunya ini."Aku pernah menyumpahinya celaka. Dan dia benar-benar celaka di depan mataku! Kau puas?!" desis Misha frustasi.Alan mengerjap kaget, lalu sorot sinis di matanya perlahan melunak."Kau... Merasa bersalah ternyata," gumam Alan seolah baru saja menyadari sesuatu.Misha menghindari tatapan pria berwajah tampan itu.Suara langkah
Baca selengkapnya
7.
"Pantas tubuhmu berisi," Sebuah komentar bernada geli membuat Misha berhenti mengunyah.Mata biru gadis itu menyorot tajam penuh kemarahan."Kau menghinaku lagi," desis gadis itu kesal.Andreas tergelak pelan."Kau seksi dan terlihat lezat. Aku suka melihatmu, dan itu bukan hinaan," ucap pria itu pelan."Berhentilah menghina fisikku!" ujar Misha dengan marah.Andreas tertawa renyah. Tawa pria itu tampak ringan lepas.Misha membuang nafas kasar antara terpukau dan kesal.Dia sudah mendapat kejutan luar biasa saat membuka pintu dan menemukan seorang Andreas berdiri memasang senyum ramah dengan sebuah jaket hoodie berwarna navy."Bagaimana kau bisa masuk? Apartemenku harus punya kunci lift sendiri untuk naik ke lantai atas," desak Misha dengan pandangan menyelidik.Andreas meneguk segelas soda dingin dengan senyum tipis yang membuat Misha makin kesal."Aku memang tak punya kunci lift, tapi aku punya uang," jawab pria itu dengan senyum penuh arti."Tentu saja," gumam Misha agak sinis."A
Baca selengkapnya
8.
"Ya Tuhan, Mish. Sayang, kau baik-baik saja?"Misha mundur dengan jijik dan marah dari pria yang menghambur seolah ingin memeluknya.Harry. Entah bagaimana laki-laki brengsek itu ada di kota ini."Apa yang kau lakukan di sini?" desis Misha dengan tegang.Harry memamerkan senyum memuakkan dengan ekspresi seolah tak berdosa."Aku selesai menemui klien penting di sini. Dan sebuah kejutan yang luar biasa saat aku melihatmu dari taksi menuju hotel," jawab Harry dengan senyum sekilas tampak mengejek.Misha menatap mantan tunangannya itu dengan tegang dan sorot panik."Siapa kau?" tiba-tiba suara bariton bernada dingin menyentak Misha dan Harry sekaligus.Andreas menatap mantan tunangan Misha itu dengan ekspresi dingin yang membuat Misha meremang gelisah.Harry yang tadinya kesal, tampak melotot saat akhirnya menyadari siapa pria dibalik hoodie yang berdiri bersama Misha."Oh, Hai! Kau Andreas Maxwell, kan? Aku Harry Barton, tunangan Misha." ucap laki-laki itu dengan senyum antusias tanpa r
Baca selengkapnya
9.
KISAH CINTA TERLARANG ANDREAS MAXWELL DAN TUNANGAN ORANG.Misha menarik nafasnya yang gemetar karena rasa takut.Dengan tangan gemetar Misha bergegas menutup gorden kamarnya, padahal waktu masih tengah hari.Dia tidak harus menebak siapa pelaku penyebaran berita buruk itu ke media."Harry sudah keterlaluan," gumamnya dengan suara bergetar karena marah.Kehidupan baru yang baru saja dimulai sepertinya tidak akan semudah yang dia bayangkan.Misha mengusap wajahnya dengan frustasi.Drrrrt... Drrrt...Suara getar ponsel di atas meja makan membuat Misha tersentak kaget. Gadis itu mengernyit bingung melihat nomor tak dikenal di layar ponselnya."Hallo!" "Misha?" Suara bariton yang terdengar familiar berbicara dengan nada cemas.Misha menegang kaku mendengarnya."Darimana kau tahu nomorku?" tanya gadis itu panik."Kau bekerja di perusahaan milik Ibu Tiriku, Misha." Jawab lawan bicaranya diikuti kekehan pelan bernada geli.Misha memejam frustasi. Dia bahkan baru tahu jika perusahaan tempatn
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status