Begitu memasuki bar , Hana tampak melongo tak percaya. Dunia baru yang sedang dijejaki kakinya sekarang membuatnya sakit kepala . Ada banyak laki-laki dan perempuan berbaur di lantai dansa, menggoyang-goyangkan tubuh mereka sesuka hati mengiringi dentuman musik yang diputar seorang dj diatas panggung.
Seorang waiter pria memakai kemeja hitam dan dasi kupu-kupu berwarna hitam di bagian kerahnya menghampiri Hana dan Cindy, satu tangannya memegang nampan berisi beberapa gelas yang diisi wine
"Minuman selamat datang untuk dua gadis yang cantik" sambut pria itu.
Hana menolak lembut " enggak makasih, kami mau lihat-lihat dulu"
Cindy terlihat ingin protes namun lengannya sudah keburu ditarik Hana pergi menjauh dari sana
"Lepasin aku Han, aku datang kesini mau senang-senang"
"Tapi enggak minum juga ndy"
"Trus ngapain? Ngaji disini?" Seloroh Cindy kesal
"Udah deh kita masing-masing aja, aku mau kesana bye.... hana " Cindy pergi ke arah lantai dansa lalu menghilang diantara kerumunan orang-orang disana
Hana mengamati pandangan sekelilingnya mencari sosok pria yang bernama Leon, tapi cukup sulit karena lampu yang setengah remang
Seseorang menepuk pundak Hana dari belakang, Hana menoleh
"Kamu darimana saja, kalau misi ini gagal habislah kau dan aku nanti" ucap Maia
"Maaf mba maia , trus sekarang saya harus apa?"
Maia menarik Hana duduk di salah satu meja di ujung ruangan dekat meja bartender dimana Leon sedang minum disana
" Aku sudah menuangkan obat tidur diminumannya, kita tunggu saja sebentar lagi sampai dia tidak sadar, setelah itu lakukan tugasmu dengan baik"
Hana mengangguk pelan , ia mengingat kembali misi yang diberikan pak tua tadi. Ia dan Maia akan membuat pria bernama Leon itu tak sadarkan diri lalu menjebaknya agar pacar Leon yang bernama Sarah memutuskannya
"Boleh aku tanya satu hal , kenapa pak tua itu ingin leon putus dengan kekasihnya? Apa pak tua itu naksir Sarah?" Tanya Hana
Ha ha ha ha ha Maia tertawa
"Leon itu anak bosku, bos ku tidak pernah mencintai wanita manapun selain mantan istrinya,jangan sembarangan bicara jika salah satu anah buah pak Riko mendengar ucapanmu, bisa-bisa kau kehilangan lehermu"
Hana memegangi lehernya bergidik ngeri
Setangah jam berlalu Leon merasakan pusing yang hebat di kepalanya. Ini bukan rasa pusing yang kau dapatkan setelah minum alkohol, Leon memegangi kepalanya sebelum akhirnya jatuh tertidur
Maia dan Hana membawa leon kedalam apartemen leon. Apartemen itu terlihat cukup mewah. Ketika Maia menjatuhkan tubuh Leon ke atas ranjang. Hana justru tak berhenti menatap setiap furniture dan interior apartemen milik Leon
"Hei cepat kemari, ngapain saja kau disana" teriak Maia
"Ah maaf" Hana menghampiri Maia ,membantunya melepaskan sebelah sepatu Leon.
"Ayo buka semua pakaiannya" perintah Maia
"Semua?"
"Ya, iyalah.... "
"Ngghhh... Iya ,ya "
Jemari Hana bergetar saat mencoba membuka kancing pada jas yang dikenakan Leon. Seumur hidupnya ia belum pernah melepaskan pakaian pria manapun.
"Kemarikan bibirmu ,Hani" Maia menarik bibir Hani, lalu dari saku depan kemejanya ia mengambil sebuah lipstik yang mungil
Maia mengoleskan lipstik itu di permukaan bibir Hana
Hana menurut saja apa yang diperbuat Maia,
"Ayo monyongkan bibirmu" perintah Maia
Hana memonyongkan bibirnya "begini,kan" sautnya
"Bagus, sekarang cium di wajah,leher dan dada leon "
"Ehnggh tunggu,,,, kenapa aku harus menciumnya?"
"Kenapa juga hal seperti ini harus ditanyakan lagi?" Kesal Maia
Hana masih diam tak memahami maksud ucapan maia. Ia menatap Maia dengan tatapan polosnya
"Astaga,,, kamu belum punya pacar ya?" Tebak Maia
Hana mengangguk
"Pantas saja, haduh sakit kepala aku" Maia memegangi kepalanya yang sebenarnya tak sakit
"Lakukan saja perintahku sekarang Hana, aku akan pergi ke tempat Sarah dan membawanya kemari "
Hana mengangguk , sebelum Hana mencium Leon, ia diam sebentar memandangi raut wajah pria itu .
Ahh.... Tampan sekali . Maafkan aku ya tampan, aku benar-benar terpaksa melakukan ini. gumam Hana
Hana meninggalkan bekas bibirnya di pipi,dahi dan area leher Leon.
"Kau juga lepaskan pakaianmu lalu berbaring disampingnya, aku akan segera membawa Sarah kemari . Dengar kau harus berakting senatural mungkin agar kejadian ini tidak terlihat rekayasa"
"Ok, aku akan berusaha semampuku" jawab Hana
Maia berjalan keluar dari apartemen Leon . Di ruang parkir, sebuah mobil berwarna hitam sudah menunggunya
"Bagaimana Maia, apa menurutmu rencanaku kali ini akan berhasil?" sambut Tuan Riko kepada Maia
Maia menoleh ke jok belakang dimana bosnya sedang duduk
"Saya enggak yakin , gadis itu terlihat masih polos.Sepertinya akan gagal seperti yang sudah-sudah "
"Mau bertaruh denganku? "
"Kenapa anda sangat yakin bos?" Tanya Maia kedua alisnya terangkat mendengar ucapan bosnya kali ini .
"Feelingku sebagai ayah yang mengatakannya" jawab pria itu dengan sebuah senyum di sudut bibir tuan Riko.
Sementara itu di dalam apartemen. Hana masih kikuk berdiri disamping Leon yang tertidur pingsan .
Hapenya bergetar, ia melihat nama ibunya di layar ponselnya,
Vania baru saja hendak berendam dalam bath tube jika tidak mendengar bel rumahnya berbunyiIa memakai kembali dresnya lalu membuka pintu rumahnya . Dua orang pria tidak dikenal langsung menginterogasinya"Dimana suamimu?" Tanya Leon dengan nada membentak"Kalian siapa? Aku tidak kenal dan tidak mengerti ucapan kalian?""Bu Vania mohon maaf, nama saya Nathan. Saya karyawan di perusahaan suami anda, dan ini saudara sepupu saya. Bisakah kami tahu dimana pak Viko sekarang""Dia belum pulang, memangnya ada urusan apa sampai sepupumu ini membentakku""Cepat hubungi suamimu sekarang" Leon memerintah Vania"Apa kau tidak bisa bersikap lebih santun terhadapku?""Aku tidak bisa menunggu lagi, suamimu menculik calon istrikku""Apa maksud nya ini? Apa ini lelucon? Mana mungkin suamiku menculik calon istrimu? Memangnya siapa calon istrimu itu ? Jangan sembarangan menuduh ya , aku kenal
Hana terbangun dengan pusing yang hebat di kepalanya. Kedua matanya ditutupi sehelai kain berwarna hitam membuat gadis itu tak bisa melihat apapun"Apa ini... Kenapa pandanganku gelap?"Ia mencoba bergerak namun tubuhnya tak bisa digerakkkan karena kedua tangan dan kakinya diikat di sebuah kursiApa, aku sedang diculik? Tanya Hana di dalam hati. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Tunggu bukankah aku sedang bersama pak Viko tadinya...."Wah sudah bangun ya rupanya....." sapa seorang lelaki yang suaranya tak asing ditelinga HanaHana mendongak mencari asal suara"Pak Viko apa itu anda?" Tanya Hana memastikan"Menurutmu aku siapa?"Kini suara itu dibisikkan tepat disebelah telinga kiri Hana."Apa yang anda lakukan kepada saya?" Bibir Hana gemetar ketak
Hujan....Hana menatap hujan deras dari balik kaca loby kantornya. Tiga puluh menit yang lalu ia sudah pulang kerja namun karena hujan. Hana dan teman-teman kantornya yang akan pulang memutuskan menunggu sampai hujan diluar reda"Hana.... Kamu mau married ya ?" Anne menepuk pundak Hana dari belakang"Iya mba Anne ko bisa tahu?"Karena seingatnya Hana belum sempat cerita ke teman-temannya di kantor kecuali Nathan dan Bu Marie"Dari Bu Marie , dia bilang katanya kamu mau married tadi dia minta cariin pelamar kerja buat gantiin posisi kamu ""Nanti teman-teman di kantor di undang ya"Hana mengangguk"Wah enggak nyangka ya, kamu masih muda malah nikah duluan, ngelangkahin kami-kami ini yang udah kepala tiga""Iya sih hidup itu kadang enggak adil buat wanita" Tina ikut nimbrung"Laki-laki se
Leon berbaring di samping Hana di atas sofa. Pria itu menaruh tangannya di cekungan leher Hana kemudian mencium lembut di sana . Ada seulas senyum bahagia di wajah mereka yang tengah mabuk asmara"Aku mengantuk ayo kita tidur" bisik Leon pelanLeon menggelung bed cover ke tubuh mereka berdua. Hana memejamkan matanya, sulit dipercaya, ia kini dalam dekapan pria yang ia cintai.Saling mendekap dan menghangatkan satu sama lain hingga keesokan paginya Hana yang terbangun lebih duluHana memandangi wajah Leon lebih dekat. Memperhatikan garis-garis wajahnya, lekukan kedua matanya, tulang hidungnya dan bibir pria ini lebih dekat.Ujung jari telunjuk Hana menyentuh pipi Leon , mata Leon terbuka. Tangan Leon bergerak memegang tangan Hana .Rupanya pria itu sudah bangun sedari tadi sebelum Hana bangun"Selamat pagi om Leon" sapa Hana"Selamat pagi juga Hana"Leon hendak mencium Hana la
Leon perlahan membuka kancing kemeja piyama yang di kenakan Hana Gadis itu masih duduk di atas Leon, pipinya semakin merah. Ia seharusnya tengah berduka dengan kematian ibunya dan adiknya yang menghilang tapi sisi lain hatinya teramat bahagia apalagi Leon mengajaknya menikah Perlahan Leon melepas semua pakaian yang melekat pada Hana. Pria itu lalu menggenggam kedua tangan Hana "Ayo lakukanlah sesukamu" ujar Leon Pipi Hana dan tubuh Hana terlihat semakin merah. Ia malu sekali. Terakhir kali melakukkannya adalah saat Leon tengah mabuk tapi sekarang kedua mata pria yang dicintainya ini menatap fokus pada tubuh polosnya "Bagaimana caranya?" Tanya Hana polos "Kau tidak pernah melakukannya lagi?" Hana menggeleng "Tidak... Aku hanya pernah melakukkannya denganmu waktu itu"
Hana membuatkan nasi goreng kecap dengan potongan sosis dan telor mata sapi setengah matang sebagai topingnya untuk makan malam tamu dadakannya malam ini Leon telah selesai mandi, pria itu duduk di kursi makan hanya memakai handuk pink punya Hana yang ia lilitkan di pinggangnya . Masih terlihat butir-butir air di sepanjang wajah dan dadanya yang bidang Sangat tampan, ya Tuhan dia sangat tampan, Hana memekik dalam hatinya Hana memberikan piyama tidur miliknya kepada Leon "Apa-apaan ini.... Kau menyuruhku memakai pakaian motif sapi gila hah" "Ini bukan motif sapi gila tuan Leon yang tampan. Hanya motif kartun kepala sapi" "Carikan aku pakaian yang lain" "Tidak ada pria di rumah ini, aku tidak punya pakaian pria " "Kalau begitu aku akan tidur dengan telanjang saja" "Terserah" Leon membuang piyama milik Hana ke lantai dengan santai lal