Home / Romansa / TAKDIR CINTA NESSA / Bab 3 Panti Asuhan Harapan Kasih

Share

Bab 3 Panti Asuhan Harapan Kasih

Author: Nina
last update Last Updated: 2025-06-27 22:18:03

Nessa baru saja sampai di depan rumahnya setelah menempuh perjalanan hampir satu jam sepulang dari rumah sakit dengan menaiki angkutan umum. Jalanan yang padat, macet dimana-mana karena bertepatan dengan jam orang pulang kerja memperlama ia sampai ke panti asuhan.

Nessa bersenandung riang begitu memasuki pagar rumahnya—Panti Asuhan Harapan Kasih.

Kepulangannya disambut riuh saudara-saudaranya dan juga Bunda Raisa, sosok yang mengasuh dan membesarkannya.

"Kok jam segini baru pulang, nak? Apa macet jalannya?"tanya Bunda Raisa dengan raut wajah khawatir.

"Iya bun macet banget, biasa jam orang pulang kerja,"jawab Nessa.

"Lah tadi pagi bukannya bilang kuliahnya sampai jam 1 nak?" tanya Bunda Raisa kembali.

"Tadi ada yang nelpon di jalan Bun pas Nessa pulang, ada yang butuh donor darah, pasien habis kecelakaan. Jadi Nessa ke Rumah Sakit Samrat dulu sebelum pulang," ujar Nessa menjelaskan.

"Ya ampun, kamu habis donor, nak? Sekarang duduk dulu, Bunda buatin minuman hangat dulu ya nak,"ucap bunda Raisa khawatir.

"Makasih bun,"kata Nessa lalu duduk di sofa di ruangan kantor bunda Raisa.

Edo salah satu adiknya di panti segera menghampirinya.

"Kak Nes, donor itu apa?"tanya Edo.

"Donor itu kita menyumbangkan darah kita untuk orang lain,"jawab Nessa sambil mengusap kepala bocah yang sekarang duduk di kelas 2 SD.

"Nggak mati kak habis donor? Kan darah kita diambil nanti habis dong?" tanya Qinta—adik panti Nessa yang lain yang juga berumur sama dengan Edo.

"Hahaha..ada-ada aja kalian. Ya enggak dong. Ini buktinya kakak sehat." Nessa tertawa mendengar pertanyaan absurd para adik-adiknya ini.

"Ini air madu hangat, nak," ucap Bunda Raisya yang baru datang membawa nampan dari dapur yang berisi beberapa gelas air madu hangat.

"Ini buat kalian  juga, ayo diambil segera diminum hangat-hangat."

"Terima kasih bunda,"jawab mereka bertiga serentak.

***

Setelah satu jam beristirahat di kamar. Nessa segera keluar bosan dengan kegiatan rebahannya. Ia lalu memutuskan ke dapur untuk membantu.

"Loh, kak kok ke sini? Kata bunda kakak habis donor darah. Di kamar aja kak istirahat," ucap Meita yang sekarang duduk di bangku SMA, ia adalah adik panti Nessa yang tertua.

"Bosen dik, kakak di kamar. Kakak bantu apa?"tanya Nessa mencari kesibukan.

"Udahan kak semuanya, tadi bunda yang masak. Aku cuma bantuin saja. Sekarang biar aku saja yang bantu bawa ke meja makan. Kakak bantu panggil yang lain ya sudah waktunya makan," jawab Meita.

Nessa menatap Meita dengan bangga. Ia yang turut serta merawat adik-adik pantinya dari kecil ikut merasakan tumbuh kembang mereka. Mereka tumbuh saling menyayangi dan membantu satu sama lain.

Di meja makan, sekarang sudah berkumpul bunda Raisa, bu Ranti—karyawan bu Raisa, serta Pak Muh penjaga panti dan 10 anak asuhnya. Mereka makan malam dengan menu seadanya namun penuh nikmat.

Bunda Raisa memandang Nessa dan kesembilan anak asuhnya yang lain.

"Terima kasih Tuhan," ucapnya penuh syukur dalam hati.

Ya 19 tahun yang lalu Raisa dan sang suami mendirikan panti asuhan ini untuk mengasuh anak-anak yang ditelantarkan keluarganya. Anak asuh mereka pertama kali adalah Nessa. Nessa adalah bayi yang dibuang. Kondisinya sangat mengenaskan ketika ditemukan sudah dingin di tempat sampah di sekitar sungai di desa mereka. Seorang warga yang menemukannya kemudian membawanya ke panti asuhan mereka.

Setelah itu banyak bayi yang diasuh mereka datang dan pergi silih berganti karena ada yang mengadopsi. Pernah ada yang mau mengadopsi Nessa ketika berumur 3 tahun, tapi Nessa tidak mau. Ia ingin tinggal di panti tidak mau berpisah dari bunda Raisa dan adik-adiknya yang lain. Sekarang anak asuhnya tinggal Nessa yang paling tua, Meita yang berusia 17 tahun, Abram 10 tahun, Cinta 12 tahun, Farah 11 tahun, Ihsan dan Rifky 10 tahun, Mela 9 tahun, Qinta dan Edo 8 tahun. Sekarang panti asuhan mereka sudah tidak menerima anak asuh lagi karena Raisa yang sudah tua dan kesusahan mencari orang yang mau mengasuh bayi di pantinya. Suaminya sudah lama meninggal. Kedua karyawannya juga sudah menua seperti dirinya. Maka ia sekarang hanya fokus mengasuh ke 10 anak-anak asuhnya dibantu oleh bu Ranti dan Pak Muh serta Nessa yang sudah beranjak dewasa. Untuk masalah biaya operasional panti juga mendapat subsidi dari pemerintah daerah serta ada donatur tetap yang memberi donasi pada panti mereka. Selain itu Nessa juga mencari pekerjaan part time untuk membantu keuangan panti. Untuk masalah biaya pendidikan tidak ada masalah karena semua bersekolah di sekolah negeri yang gratis. Sedangkan Nessa sendiri yang sudah kuliah mendapatkan beasiswa atas prestasi akademik yang diraihnya.

Mereka hidup sederhana selalu penuh rasa syukur dibawah pengasuhan Raisa dan Ranti.

Setelah makan malam, Raisa segera menyuruh Nessa istirahat,"Nes, kamu istirahat saja biar lekas pulih. Bunda sama ibu (Ratri) yang nyiapin perlengkapan jualan buat besok pagi."

Ya aktifitas malam mereka biasanya diisi menyiapkan bahan-bahan yang  akan dimasak dan dijual untuk besok pagi.

Mereka menjual nasi kuning dan juga 'polo pendem' di pasar pagi habis subuh. Keuntungannya akan dipakai untuk tambahan biaya makan mereka sehari-hari.

"Baik bun, ibu. Besok Nessa yang akan bantu jualin di pasar. Kuliah Nessa besok jam 10 pagi,"kata Nessa.

"Iya nak, kamu cepat istirahat." Ratri menimpali.

Nessa kembali ke kamarnya dengan tubuh lelah. Ia yang tadinya merasa kuat sekarang baru merasa sangat letih efek dari mendonorkan darahnya tadi. Ia meraih sesuatu di lacinya dan segera menelan suplemen tambah darah tersebut dengan segelas air putih.

Pikirannya kembali melayang kepada adegan di depan ruangan IGD tadi.

"Kenapa aku tadi deg-degan melihat bapak Fajar tadi?" ujar Nessa tiba-tiba kepikiran teringat perasaannya tadi.

"Ah sudahlah, lebih baik aku segera tidur biar bisa bangun pagi bantu jualan di pasar," Nessa segera berbaring dan menutup kedua matanya.

TBC...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 7 Kediaman Sudibyo

    Perjalanan dari Bogor menuju Jakarta Selatan akan memakan waktu sekitar satu jam lima belas menit melalui jalan tol. Namun bagi Nessa, waktu seakan berjalan lebih lambat dari biasanya. Ia duduk di kursi belakang, memandangi pemandangan di luar jendela yang terus berganti mulai dari sawah yang berganti gedung, dan jalan kecil yang berubah menjadi jalan aspal bebas hambatan.Keheningan mengisi setiap inci ruang di dalam mobil. Tak ada suara musik, tak ada percakapan. Hanya suara samar mesin mobil dan desiran angin dari pendingin udara. Di sebelah Nessa, Alinka hanya sesekali melirik putrinya yang sejak tadi tidak mengucapkan sepatah kata pun.Fajar yang duduk di kursi depan, sesekali menoleh ke arah mereka lewat kaca spion dalam. Ia menarik napas dalam-dalam, menyadari betapa tegangnya suasana setelah percakapan pagi tadi soal perjodohan. Ia tahu, kabar itu terlalu mendadak bagi Nessa—anak gadis yang baru saja menerima kenyataan bahwa dirinya punya keluarga kandung… kini harus menerima

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 6 Ke Jakarta

    “Dijodohkan, Pa?” ulang Nessa sekali lagi dengan nada sedikit tinggi, tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar dari mulut ayahnya sendiri. Rasanya seolah bumi berhenti berputar selama beberapa detik. Ia hanya bisa mematung, dengan mata yang membulat kaget dan bibir yang sedikit terbuka.Fajar, sang ayah, menarik napas panjang. Ia tahu kabar ini tidak mudah untuk diterima oleh putri semata wayangnya. Dengan lembut, ia mendekat dan menggenggam tangan Nessa. “Iya, sayang. Kamu sudah dijodohkan sejak kecil dengan putra tunggal keluarga Wijatmoko—Adrian Wijatmoko.”Hening.Nessa tak tahu harus bereaksi seperti apa. Di dalam pikirannya, bayangan-bayangan aneh mulai bermunculan. Ia membayangkan potongan adegan dari novel romansa yang biasa ia baca diam-diam sebelum tidur. Tokoh utama wanita yang ceria dan bebas, tiba-tiba dijodohkan dengan lelaki tampan, misterius, dan tentu saja kaya raya. Tapi ini bukan novel. Ini nyata. Dan dirinya adalah tokoh utama yang dipaksa menghadapi kenyataan

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 5 Pertemuan Kembali dan Perjodohan

    Fajar kemudian segera mengambil alih dan menyuruh Herman diam. Ia kecewa dengan Herman yang tidak peka, ia membuat keruh suasana. Ia yakin sekarang bu Raisa tidak senang dengan berita yang baru disampaikan Herman."Maaf bu Raisa. Perkenalkan saya Fajar. Saya adalah orang tua kandung Nessa. Kami juga baru tahu kalau Nessa adalah putri kami yang hilang dari hasil tes DNA ini." Fajar menyerahkan dokumen hasil tes DNA kepada Raisa.Raisa menerima map hasil tes DNA tersebut dan membacanya. Tangannya sedikit gemetar setelah tahu fakta bahwa orang tua kandung Nessa datang setelah 19 tahun dia mengasuh Nessa."Bisa tolong jelaskan maksud bapak tadi tentang Nessa adalah putri bapak yang hilang," ujar Bunda Raisa.Fajar mengangguk lalu mulai bercerita tentang kejadian penculikan putrinya yang dulu masih berusia 3 bulan itu, berikut upaya-upaya yang sudah ia lakukan bersama keluarga besarnya selama bertahun-tahun sampai akhirnya ia dan istri berusaha mengikhlaskan. Namun 19 tahun kemudian, Tuhan

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 4 Hasil Tes DNA

    2 bulan kemudian.Fajar termenung di kursi ruangannya. Herman yang berada di sampingnya, memeriksa kelengkapan laporan yang akan ditandatangani Fajar dengan segera mengetuk meja.Tok tok,Ketukan di meja menyadarkan Fajar seketika."Bos, ini dokumennya sudah lengkap," ucap Herman menyerahkan setumpuk dokumen yang sudah ia periksa.Fajar mengangguk. "Letakkan dulu di sana!""Baik, apa ada yang bisa saya bantu lagi?"tanya Herman lagi.Fajar menggeleng dan berkata. "Soal Nessa, aku akan segera bilang pada Alinka dan membawanya pulang ke Jakarta." "Tapi Bos, musuh anda sedang menyerang dari berbagai arah. Apa nona Nessa akan aman dari bahaya?" ucap Herman khawatir.Fajar kelihatan ragu sekarang. Ya satu setengah bulan yang lalu, Fajar mengetahui kalau Nessa adalah Nayla—putri kandungnya yang dulu diculik berdasarkan hasil tes DNA yang sudah ia lakukan dengan menggunakan sampel darahnya, istrinya dan juga Nessa. Hasil tes DNA itu menyatakan 99.9999% Fajar dan Alinka adalah orang tua kan

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 3 Panti Asuhan Harapan Kasih

    Nessa baru saja sampai di depan rumahnya setelah menempuh perjalanan hampir satu jam sepulang dari rumah sakit dengan menaiki angkutan umum. Jalanan yang padat, macet dimana-mana karena bertepatan dengan jam orang pulang kerja memperlama ia sampai ke panti asuhan.Nessa bersenandung riang begitu memasuki pagar rumahnya—Panti Asuhan Harapan Kasih.Kepulangannya disambut riuh saudara-saudaranya dan juga Bunda Raisa, sosok yang mengasuh dan membesarkannya."Kok jam segini baru pulang, nak? Apa macet jalannya?"tanya Bunda Raisa dengan raut wajah khawatir."Iya bun macet banget, biasa jam orang pulang kerja,"jawab Nessa."Lah tadi pagi bukannya bilang kuliahnya sampai jam 1 nak?" tanya Bunda Raisa kembali."Tadi ada yang nelpon di jalan Bun pas Nessa pulang, ada yang butuh donor darah, pasien habis kecelakaan. Jadi Nessa ke Rumah Sakit Samrat dulu sebelum pulang," ujar Nessa menjelaskan."Ya ampun, kamu habis donor, nak? Sekarang duduk dulu, Bunda buatin minuman hangat dulu ya nak,"ucap bu

  • TAKDIR CINTA NESSA   Bab 2 Tes DNA

    Setelah kepergian Nessa, Fajar segera menelpon sahabatnya yang juga merupakan dokter dan salah satu pimpinan di Rumah Sakit Samrat."Halo, Zul," sapa Fajar begitu panggilannya diangkat."Iya Jar, apa kabar?" jawab Zul sang sahabat. Ia sedikit kaget sahabatnya tiba-tiba langsung menelpon karena biasanya Fajar akan mengirim pesan sebelum menelponnya."Baik Zul, ini aku mau minta tolong sesuatu," timpal Fajar."Iya ada apa Jar? Langsung saja." ujar Zul penasaran."Begini... Aku sekarang ada di rumah sakit kamu. Alinka kecelakaan," terang Fajar"Hah! Linka kecelakaan? Ya ampun, sekarang gimana kondisinya? Maaf aku lagi nggak ada di Indonesia sekarang. Aku sedang seminar di Singapura," ucap Zul yang kaget dan ikut khawatir."Alinka sedang dioperasi sekarang sama dokter Dani," tutur Fajar kemudian.Hening sejenak,"Semoga lancar operasinya. Dokter Dani dokter yang hebat, kamu tidak perlu terlalu khawatir," jawab Zul berusaha menenangkan sahabatnya."Hmm.. terima kasih Zul, aku mau minta tol

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status