Share

Ingin Menyerah

Penulis: Senja Kelabu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-12 07:27:48

🌹🌹🌹

Bisma tersenyum, lalu pergi meninggalkan Tasya yang berdiri mematung melihatnya. 

"Woy ...." Panggil Naira saat melihat sahabatnya hanya diam tanpa mengikuti langka kakinya.

"Awas Kecoak ...!" Seru Naira. Al hasil Tasya segera melompat dan berlari menghampirinya. 

"Ah, Nai! Kau membuat hayalanku buyar seketika!" Sungut Tasya memanyunkan bibirnya.

"Hayalan tentang pangeran Buaya, Ya!" Ejek Naira merasa lucu.

Tasya menceritakan pertemuannya dengan Bisma dan perjalanan mereka kemarin. Pancaran bahagia tak luput dari amatan Naira. Dalam hati gadis itu merasa lucu. Cinta sahabatnya begitu nampak. 

"Sekalipun, Aku mencintainya aku tak segila dirimu!" Celetuk Naira.

"Ah, kapan lagi aku dapat kesempatan seperti itu, Nai! Ini kesempatan langka, dan mungkin tak akan pernah terjadi lagi!"  Ungkap Tasya masih dengan kebahagiaannya.

Naira tak menyahuti, matanya terbentur pada dua sosok yang jalan bergandengan dengan mesra. Membuat hati dan perasaannya semakin hancur, pupus sudah impian untuk berjuang mendapatkan perhatian pria itu. Namun cintanya tak juga sirna. Membuat hatinya semakin tersakiti.

Tasya mengikuti arah pandangan mata Naira, perlahan gadis itu menggenggam erat tangan sahabatnya. Ia tahu perasaan Naira begitu besar untuk Andika karena mereka berdua mengagumi dua sosok sahabat itu. Apa yang di rasakan oleh Naira dapat terasakan olehnya juga. Mereka adalah satu.

"Selama janur kuning belum melengkung, kita masih punya harapan dan bermimpi, Nai!" Ucap Tasya memberi semangat.

"Mengapa kau selemah ini, bukannya kita telah telah berprinsip! Siapapun pacarnya tetap akulah jodoh terbaik untuknya!" Pungkas Tasya dan segera mendapat cibiran dari Naira.

"Sanggupkah ....?" Putus Naira merasa patah semangat. 

"Ah, cintamu ternyata sedangkal itu!" Ejek Tasya.

"Pletaak ...!" Naira menjitak keras kepala sahabatnya itu.

"Aduuuh ...! Sakit tahu! Kamu pikir kepalaku ini mainan untukmu!" Jerit Tasya sambil mengelus bekas jitakan Naira. 

Merekapun akhirnya tertawa bersama. Banyak pasang mata memandang tak suka. Namun mereka tiada peduli.

****

Sedang di sudut lain,  Seorang pria merasa risih dengan perlakuan sahabatnya. 

"Mel, jauhkan sedikit tubuhmu!" Ucap Andika pelan takut menyinggung perasaan Meli.

"Ingat janjimu padaku, And!" Sungut Meli kesal dengan sikap Andika yang ogah-ogahan.

"Selama janur kuning belum melengkung, kita masih punya harapan dan bermimpi, Nai!" Ucap Tasya memberi semangat.

"Mengapa kau selemah ini, bukannya kita telah telah berprinsip! Siapapun pacarnya tetap akulah jodoh terbaik untuknya!" Pungkas Tasya dan segera mendapat cibiran dari Naira.

"Sanggupkah ....?" Putus Naira merasa patah semangat. 

"Ah, cintamu ternyata sedangkal itu!" Ejek Tasya.

"Pletaak ...!" Naira menjitak keras kepala sahabatnya itu.

"Aduuuh ...! Sakit tahu! Kamu pikir kepalaku ini mainan untukmu!" Jerit Tasya sambil mengelus bekas jitakan Naira. 

Merekapun akhirnya tertawa bersama. Banyak pasang mata memandang tak suka. Namun mereka tiada peduli.

****

Sedang di sudut lain,  Seorang pria merasa risih dengan perlakuan sahabatnya. 

"Mel, jauhkan sedikit tubuhmu!" Ucap Andika pelan takut menyinggung perasaan Meli.

"Ingat janjimu padaku, And!" Sungut Meli kesal dengan sikap Andika yang ogah-ogahan.

Andika menggaruk kepala yang tak gatal. Gadis di sampingnya ini sungguh menguji kesabaran saja. 

"Wah, ada yang kaya perangko, Nih! Apa kalian berdua pacaran?!" Celetuk satu suara menyelidik

Andika menggaruk kepala yang tak gatal. Gadis di sampingnya ini sungguh menguji kesabaran saja. 

"Wah, ada yang kaya perangko, Nih! Apa kalian berdua pacaran?!" Celetuk satu suara menyelidik.

Andika memberikan tatapan tajam, sedang Meli makin mempererat pegangan di lengan pria itu. 

"Menurutmu bagaimana, Bis?" Meli balik bertanya pada Bisma.

Pria itu hanya tersenyum kecil. Dalam hatinya sungguh sakit, selama ini dia yang selalu menunjukkan perasaan namun tak pernah ada respon. Kini di hadapannya Meli begitu mesra pada sahabatnya. 

"Kalau menurutku biasa saja!" Cibir Bisma. 

Meli cemberut mendengar cibiran Bisma. 

Kedua pria itu tertawa. Merekapun kembali ke kelas karena bel pelajaran sudah berbunyi

Andika memberikan tatapan tajam, sedang Meli makin mempererat pegangan di lengan pria itu. 

"Menurutmu bagaimana, Bis?" Meli balik bertanya pada Bisma.

Pria itu hanya tersenyum kecil. Dalam hatinya sungguh sakit, selama ini dia yang selalu menunjukkan perasaan namun tak pernah ada respon. Kini di hadapannya Meli begitu mesra pada sahabatnya. 

"Kalau menurutku biasa saja!" Cibir Bisma. 

Meli cemberut mendengar cibiran Bisma. 

Kedua pria itu tertawa. Merekapun kembali ke kelas karena bel pelajaran sudah berbunyi

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TAKDIRKU ADALAH KAMU   Kebencian Meli

    🌹🌹🌹 Dan malam ini Andika benar-benar menepati janjinya. Ia membawa Naira untuk ke rumah Meli guna menjelaskan hubungan mereka. Karena telah berjanji pada dirinya tak akan melepaskan Naira lagi dari hidupnya. Tanpa perjodohan itu Andika memang mencintai Naira sejak dulu. "Kamu yakin, And! Kita akan bisa membuat Meli mengerti." tanya Naira ragu. Ia khawatir pada kemarahan Meli, apa lagi bila ia mengingat ancaman gadis itu padanya beberapa hari lalu. Naira semakin yakin Meli tak akan mungkin bisa menerima hubungannya dengan Andika. "Kita akan berusaha." jawab Andika meyakinkan dan begitu mantap. Merekapun tiba di rumah Meli. Dan gadis itu menatap sinis pada kedua tamunya karena ancamannya tak berpengaruh bagi mereka. "Mau apa kalian menemuiku. Mau bilang kalau kalian tidak bisa dipisahkan, begitu" sungut Meli tak dapat lagi menahan amarahnya. "Mel ... Maafkan kami, aku memang tak bisa mengabulkan permintaanmu karena kamup

  • TAKDIRKU ADALAH KAMU   Menghindar

    🌹🌹🌹 Naira memutuskan untuk melepaskan Andika setelah yakin dan penjelasan ibunya yang membuat ia berpikir. "Percayalah, Nai! Jika kalian memang berjodoh, Tuhan akan mempertemukan kalian kembali, bagaimanapun caranya!" Sulastri mengelus punggung tangan Naira. Naira semakin terdiam hanyut dalam perasaannya. "Hari sudah siang, kamu kok, belum siap-siap!" celetuk Sulastri lagi. "Aku lagi malas, Bu! Perasaanku lagi tidak baik!" kilah Naira "Jangan karena masalah ini, lalu kamu mengabaikan tugasmu! Ingat kamu digaji bukan untuk bersantai!" "Tapi, Bu!" Sulastri memberikan tatapan tajam. Ia tak ingin anaknya melalaikan tugas dan apa yang akan terjadi jika Naira tak masuk kerja. Yang ada, gadis itu hanya akan melamun sepanjang hari. "Baiklah ...." ucap Naira dengan malas. Gadis itupun segera melangkah ke kamar mandi. "Ibu selalu saja bisa untuk memak

  • TAKDIRKU ADALAH KAMU   Kemarahan Meli

    🌹🌹🌹Meli diam saja saat diantar pulang Andika. Wajah sinisnya benar-benar terpancar dan kebenciannya semakin nampak.Andika hanya mampu mendesah pelan. Ingin ia menjelaskan bahwa dia dan Naira telah dijodohkan, tapi pria itu takut Meli akan bertambah marah padanya, hingga menghukum dirinya sendiri lagi."Ayolah Mel ... Jangan seperti anak kecil!" bujuk Andika mencairkan suasana yang begitu hening."Kau mengingkari janjimu, And. Aku benci kamu ... Sangat membencimu! Bila kau tak bisa menjauhi Naira. Jangan halangi aku untuk berbuat kejam pada wanita itu." ancam Meli berapi-api dengan bibir yang dilantunkan.Andika menarik nafas dalam, ia benci dengan keegoisan gadis di depannya ini. Pria itu bingung harus bagaimana lagi untuk menjelaskan semuanya. Meli tak pernah sedikitpun mau mengerti, perhatiannya selama ini disalah artikan oleh gadis itu. Andika hanya melindungi Meli sebagai adik perempuannya saja namun Meli beranggapan lain. Andai wakt

  • TAKDIRKU ADALAH KAMU   Dansa berdua

    🌹🌹🌹 Di tempat Andika nampak terlihat banyak tamu berlalu lalang. Setelah keluar dari rumah sakit seminggu lalu ayah Andika terlihat semakin sehat. Selain untuk memperingati hari lahir ayah Andika juga untuk mengucap syukur atas kesembuhan pria itu. "Andika ...." panggil ayahnya dan pria itu segera mendekati ayahnya. "Tidakkah kau mengundang Naira! Ayah merindukannya." ucap ayah Andika Andika terdiam, Andika lupa untuk mengundang gadis itu, ia bingung sedang saat ini ia masih dalam ancaman Meli. Ia harus bisa memberi alasan yang membuat ayahnya yakin. "Dia akan datang, Ayah. Percayalah!" sahut Andika sekenanya takut ayahnya merasa tersakiti karena keteledoran Andika tidak mengundang Naira. Ayah Andika mengangguk dan membiarkan Andika kembali menyapa tamu-tamu yang hadir. "Selamat malam, Paman! Selamat ulang tahun." sapa satu suara yang membuat Husen menoleh ke arah sumber suara itu. "Bisma ... Syuk

  • TAKDIRKU ADALAH KAMU   Kejutan

    🌹🌹🌹Naira belum sanggup untuk menghadapi kenyataan ini dimana ayahnya adalah ayah Meli juga. Ia belum mampu menata hatinya yang kini benar-benar retak. Ingin menyalahkan takdir tapi semua sudah kehendak Yang Maha Kuasa, dan itu sudah digariskan untuknya."Aku harus kuat, aku pasti bisa! Aku sudah terbiasa dengan hal yang semacam ini!" ucap Naira memberi semangat pada dirinya. "Ini jadwalku untuk memeriksa ayah! Aku harus menemuinya, dan semoga kesehatannya lebih membaik lagi." tambah Naira lagi dan iapun segera keluar untuk memeriksa ayahnya.Gawai Naira berdering melihat nama siapa yang tertera membuat gadis itu tersenyum."Ya hallo""....""Malam ini?" kening Naira berkerut mendengar ajakan sang penelfon."...""Aku tak bisa berjanji, Sya! Tapi aku akan usahakan untuk datang." Naira segera menutup telfonnya. Dan masuk ke ruangan ayahnya."Selamat sore, Tuan! Bagaimana keadaan tu

  • TAKDIRKU ADALAH KAMU   Kenyataan pahit

    🌹🌹🌹Meli yang mendapat kabar tentang ayahnya yang sempat pingsan di jalan dan kini di rawat di rumah sakit ini langsung panik dan segera ingin mencari keberadaan ayahnya yang di rawat."Aku akan mengantarmu, jangan terburu-buru seperti itu, nanti selang infusnya lepas dari tanganmu." cetus Andika. Pria ini selalu setia mendampingi Meli dari seminggu yang lalu. Namun keadaan Meli bekum pulih benar dan masih mengharuskan gadis ini untuk di rawat lebih lanjut.Meli menatap Andika dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Pria ini benar-benar menuruti permintaannya untuk tidak mendekati Naira lagi. Gadis itu bangga dengan keberhasilannya ini."Apa aku tidak merepotkanmu, And!" tanyanya dengan nada manja.Andika hanya menggeleng dan segera menuntun Meli untuk ke ruangan ayahnya berada. Dengan bergelayut mesra di lengan pria itu Meli mengikuti langkah Andika."Aku yakin kamu tak akan tega meninggalkan aku!" kekeh Meli da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status