Semua Bab TAKDIRKU ADALAH KAMU: Bab 1 - Bab 10
24 Bab
Awal segalanya
 Menjadi seorang gadis yang selalu dikucilkan tak membuat ia berhenti bermimpi dan berharap pada takdir. Semoga pada suatu hari nanti nasib akan membawa pada kesuksesan. "Jangan suka melamun, Nai!" tegur satu-satunya gadis yang mau menjadi sahabatnya selama ini.Gadis yang dipanggil Naira hanya tersenyum tawar. Ya hanya Tasyalah yang mau menjadi sahabatnya semenjak SMP. "Jadi setelah ini kamu mau lanjut kemana, Nai?" tanya Tasya mulai serius. "Entahlah... Aku hanya anak yang tak mampu! Aku tak mau menyusahkan ibuku!" desah Naira malas membahas tentang kelanjutan studinya.  "Jadi kamu akan membiarkan mimpimu begitu saja!" celetuk Tasya. Gadis ini pun tau kondisi keuangan keluarga Naira. Selama ini sahabatnya itu bisa melanjutkan pendidikan berkat bea siswa yang didapatkannya. "Ayo kita pulang," ajak Naira lalu beranjak dan menarik tangan Tasya untuk bangun
Baca selengkapnya
Pertemuan kedua
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนSiang itu Naira beraktifitas seperti biasa.  "Maaf Tuan aku terlambat!" ucap Naira pada pemilik kedai itu. Tuan Brata tersenyum. Ia tau bahwa Naira terlambat pasti merawat Ibunya lebih dulu. "Tidak apa, Nai! Lakukan tugasmu banyak tamu di luar sana!" sahut bapak pemilik kedai.  Naira mengangguk. Lalu segera ke tempat ganti untuk mengganti pakaiannya. "Ke meja nomor empat, Nai!" perintah Ibu Brata.  "Iya, Ibu!" angguk Naira lalu mengantar pesanan ke meja yang ditunjuk oleh Ibu kedai tersebut. Dan betapa terkejut nya saat sampai di meja itu. Dadanya berdebar tak karuan. Hampir saja pesanan yang dibawa hampir jatuh. "Kamu..." tunjuk pria di meja tersebut. Naira tersenyum kikuk. "Kamu mengikuti kami ya," celetuk Bisma sahabat baik dari Andika.&
Baca selengkapnya
Tentang Hati
TAKDIRKU ADALAH KAMU  ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน "SIAPA YANG MELEMPAR BOAL KE ARAH SAHABATKU???" teriak Naira marah matanya mulai berkaca-kaca karena khawatir. Salah satu dari mereka menunjuk Bisma. Naira menatapnya benci namun Bisma tak peduli. "Hey... bangunlah, hey" Bisma menepuk-nepuk pipi Tasya. "Bodoh ... Bawa dia ke UKS cepat!" Naira masih memasang wajah panik, bahkan ia tak peduli telah berteriak sejak tadi.  Sementara Andika ada di situ. Dengan segera Bisma mengangkat tubuh Tasya dan membawa ke uks. "Tasya... Bangunlah, maafkan aku!" Naira menangis hebat di ruangan itu. Bisma jadi nampak bersalah, sementara Andika hanya melihat dengan diam. "Apa dia sudah sadar" Meli masuk ke ruangan kesehatan itu dan menghampiri Andika dan Bisma. Naira melirik sekilas kemudian kembali menatap Tasya yang belum sadarkan diri. "Dokter bi
Baca selengkapnya
Luka
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Bel waktu pulang pun berdenting. Naira yang di ruang Uks telah bersiap mengantar Tasya untuk pulang. "Kamu bisa jalan sendiri, kan?!" tanya Naira pada sahabatnya itu. Tasya mengangguk diiringi senyum manisnya.  "Kenapa kamu begitu bodoh sih. Sampai mau mengorbankan dirimu untukku," kata Naira sambil memakaikan sepatu di kaki Tasya. "Aku menyayangimu, Tolol!" runtuk Tasya sambil menjitak kepala Naira. "Ya ampun sadisnya dirimu ini!" sungut Naira mengelus kepalanya yang dijitak oleh sahabatnya. "Ayo, aku akan mengantar kalian pulang!" ucap Bisma yang baru saja muncul di depan pintu. Naira dan Tasya menatap sejenak lalu berjalan ke arah Bisma. "Mari kubantu!" usul Bisma membantu memapah Tasya. Merekapun tiba dimana mobil Bisma terparkir. "Tunggu.... Aku melupakan se
Baca selengkapnya
Cerita Lama
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Sepulang dari tempat kerja, Naira ingin menenangkan hati lebih dulu. Perasaan tak karuan begitu menjadi beban. Sepanjang sore ini yang ada dalam pikirannya hanya ingatan tentang Andika dan Meli. Beribu cara dia coba untuk menghapus ingatan itu, tapi masih saja terlintas. Tatapan Andika yang begitu lembut membuatnya cemburu dan sakit. Berulang kali ia menyadarkan diri bahwa cintanya hanyalah pungguk yang merindukan bulan. Namun semakin kuat ia coba melupakan tapi semakin kuat pula perasaan cinta itu. "Apa hidupku seburuk ini! Mengapa banyak orang selalu memandangku sebelah mata, apa aku sehina itu." keluhnya. Ia tak menyesali takdir hidupnya ia hanya ingin satu tiket bahagia saja. Apa keinginan itu terlalu berat untuknya.  "Hikz ... Hikz" isak tangisnya semakin terdengar. Gadis itu tak lagi mampu menahan cobaan hidupnya. Tapi ia harus bertahan demi Ibunya. "Aku harus tetap semangat untuk
Baca selengkapnya
Ingin Menyerah
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนBisma tersenyum, lalu pergi meninggalkan Tasya yang berdiri mematung melihatnya.  "Woy ...." Panggil Naira saat melihat sahabatnya hanya diam tanpa mengikuti langka kakinya. "Awas Kecoak ...!" Seru Naira. Al hasil Tasya segera melompat dan berlari menghampirinya.  "Ah, Nai! Kau membuat hayalanku buyar seketika!" Sungut Tasya memanyunkan bibirnya. "Hayalan tentang pangeran Buaya, Ya!" Ejek Naira merasa lucu. Tasya menceritakan pertemuannya dengan Bisma dan perjalanan mereka kemarin. Pancaran bahagia tak luput dari amatan Naira. Dalam hati gadis itu merasa lucu. Cinta sahabatnya begitu nampak.  "Sekalipun, Aku mencintainya aku tak segila dirimu!" Celetuk Naira. "Ah, kapan lagi aku dapat kesempatan seperti itu, Nai! Ini kesempatan langka, dan mungkin tak akan pernah terjadi lagi!"  Ungkap Tasya masih dengan
Baca selengkapnya
Awal Yang Baru
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Entah angin apa yang membawa Meli tiba-tiba sudah berada tepat di depan meja Naira.  Wajah sinisnya begitu nampak, kebencian begitu tergambar jelas.  "Buang jauh-jauh mimpimu untuk merayu Andika! Pria itu tak akan mungkin jatuh cinta padamu! Dasar gadis tak tahu malu!" Ucapnya tanpa basa-basi lagi.  Naira terkejut mendengar apa yang diucapkan Meli. Namun gadis ini berusaha tenang. Andai saat ini Tasya di sampingnya mungkin gadis itulah yang lebih dulu melawan Meli. "Apa maksudmu, Mel?"  "Jangan pura-pura bodoh, Nai! Semua orang tahu bahwa kamu adalah salah satu pengagum rahasia Andika! Yang tiada henti menerornya dengan surat-surat cinta tiap pagi!" Cemoh Meli dan membuat suasana ruangan kelas menjadi riuh.  "Dasar tak tahu malu!" "Dimana harga dirimu, Nai!"  "
Baca selengkapnya
Teman lama
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Saat itu di sebuah butik seorang gadis dengan cekatan merapikan penempatan barang-barang yang dianggap indah di matanya. Gadis itu nampak terlalu serius hingga tak menyadari seseorang telah di sampingnya."Maaf Nona, apakah di sini disediakan jas kantor yang berbahankan katun sutra?" tanya seorang pria tampan berkaca mata.Wanita itu mengangkat wajahnya melihat kearah suara yang mengganggu dan Hatinya tiba-tiba berdebar saat tahu yang berdiri di depannya itu."Bisma ...." kejutnya."Anda mengenalku?" tanya pria yang bernama Bisma itu.Gadis itu mengangguk."Dimana kau mengenalku?" tanya Bisma lagi. Ia begitu penasaran di mana wanita cantik ini mengenalnya."Kamu tidak mengingatku?" gadis itu balik bertanya. Bisma menggelengkan kepalanya. Wajah gadis itu nampak kecewa."Aku teman seSMA mu waktu dulu!" jelas Tasya pelan sambil memanyunkan bibirnya."Tunggu ... Sepertinya aku mulai
Baca selengkapnya
Pertemuan
TAKDIRKU ADALAH KAMU ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Siang itu Naira mengajak Ibunya melihat rumah yang baru di beli dari gaji pertamanya.  "Terima kasih, Nai!" ucapnya berlinangan air mata.  "Maafkan aku, Bu! Belum bisa membahagiakan mu, aku hanya bisa memberikan rumah ini untukmu!" Naira memeluk ibunya. Wanita itu mengelus rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.     "Ibu, masuklah! Aku harus berangkat kerja, maaf tidak bisa membantumu membereskan rumah ini!" ucap Naira sambil mencium pipi Sulastri dan Gadis itupun beranjak pergi meninggalkan ibunya.  Pagi ini ia harus ke kantor tempat barunya bekerja. Setelah beberapa bulan mengabdi di Puskesmas Kecamatan kini dia ditugaskan untuk mengabdi di rumah sakit Umum Raha.  Dengan kepandaian serta keuletannya kini telah membuktikan bahwa dirinya benar-benar mampu melawan kerasnya
Baca selengkapnya
Jadilah Menantuku
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนSaat ini Naira sedang memeriksa keadaan Ayah Andika. Dan kebetulan saat ini dalam ruangan itu tidak banyak yang menemani. "Sudah dimakan buburnya, Tuan?" tanya Naira lembut. "Belum, Dok!" jawab Ayah Andika.  Naira lalu duduk di samping pria paruh baya itu. "Kenapa tidak dimakan, Tuan, nanti Tuan akan lama sembuhnya!" jelas Naira pelan. "Baiklah dok, sudah memperhatikan saya!"  Naira mengangguk, lalu berpamitan untuk melihat pasien yang lain lagi. "Dokter muda, tunggu! Siapa namamu?" panggil Husen mencegah kepergian dokter muda itu. Naira tersenyum lalu balik ke tempat pembaringan ayah Andika.  "Naira, Tuan! Nama saya Naira!" sahutnya Lembut. "Nama yang cantik, maukah kau menjadi menantuku?!" Husen sudah terpikat pada kelembutan sikap Naira hingga b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status