Share

Luka

Penulis: Senja Kelabu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-08 06:23:16

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน

Bel waktu pulang pun berdenting. Naira yang di ruang Uks telah bersiap mengantar Tasya untuk pulang.

"Kamu bisa jalan sendiri, kan?!" tanya Naira pada sahabatnya itu.

Tasya mengangguk diiringi senyum manisnya. 

"Kenapa kamu begitu bodoh sih. Sampai mau mengorbankan dirimu untukku," kata Naira sambil memakaikan sepatu di kaki Tasya.

"Aku menyayangimu, Tolol!" runtuk Tasya sambil menjitak kepala Naira.

"Ya ampun sadisnya dirimu ini!" sungut Naira mengelus kepalanya yang dijitak oleh sahabatnya.

"Ayo, aku akan mengantar kalian pulang!" ucap Bisma yang baru saja muncul di depan pintu.

Naira dan Tasya menatap sejenak lalu berjalan ke arah Bisma.

"Mari kubantu!" usul Bisma membantu memapah Tasya. Merekapun tiba dimana mobil Bisma terparkir.

"Tunggu.... Aku melupakan sesuatu di ruang Uks tadi" celetuk Naira tanpa menunggu pendapat Bisma gadis itu berlari menuju Uks.

Ia menyusuri lorong demi lorong dan tibalah dipersimpangan sayup-sayup terdengar orang yang sedang tenggelam dalam perbincangan. Tak sadar Naira mengintip gerangan suara siapa tersebut. Betapa tersayat dan menohok hatinya pemandangan itu. Dimana Meli sedang menggengam tangan Andika.

"Aku mencintaimu dari sejak dulu, And! Aku tak bisa membohongi diriku lagi." kata Meli sedang pria itu tersenyum sambil membalas genggaman tangan Meli.

"Mel..."

Naira tak sanggup lagi untuk mendengar kelanjutan perkataan Andika. Ia tak mau hatinya semakin sakit, melihat betapa lembutnya Andika mengelus rambut Meli sudah membuat hatinya tersakiti.

"Aku tahu, aku tak pantas mengagumimu. Tapi cinta ini hadir dengan sendirinya tanpa kuminta!?" isak Naira dalam tangisnya. 

Dengan langkah gontai Naira kembali ke tempat dimana sahabatnya menanti. Di sana terlihat Bisma yang sudah tak sabar menantinya.

"Apa lagi yang kau tunggu, ayo cepat masuk. Aku malas jika ada yang melihat aku pulang bersama kalian." Seru Bisma dengan kesal nya melihat Langkah malas Naira. 

"Aku juga tak akan mau pulang bersamamu, jika bukan karena sahabatku." ketus Naira.

Tasya yang mendengar ucapan Naira jadi terkejut. Yang dia tahu selama ini gadis itu tak pernah berucap kasar meski sedang kesal sekalipun.

"Kamu baik-baik saja, Nai!" tanya Tasya khawatir. Naira menatap sekilas. 

Bisma tak memusingkan masalah mereka yang terpenting saat ini segera mengantar pulang kedua gadis ini agar tanggung jawabnya segera selesai.

"Aku turun di sini" ucap Naira pelan.

"Tapi inikan masih jauh dari rumahmu, Nai!" Tasya berkerut keningnya mendengar permintaan sahabatnya.

"Tak apa, aku mau langsung ke kedai"

"Aku bisa mengantarkan mu!" seru Bisma tapi gadis itu tetep keukeh untuk turun. Tasyapun hanya mampu berdesah melihat sikap Naira. Iapun melambaikan tangannya.

***

"Ada apa dengan sahabat anehmu itu???" tanya Bisma setelah cukup jauh dari tempat Naira turun.

"Maksudmu??"

"Naira!!"

Bisma mengangguk.

"Entahlah... Sepertinya ada masalah? Tapi tunggu kamu bilang apa tadi? Sahabat ANEH!? tidak! Dia sahabat terbaikku bukan aneh seperti perkiraanmu itu" sungut Tasya tak suka mendengar Bisma mengatai Naira sebagai gadis aneh.

"Maaf, aku tak sengaja!" cengir Bisma.

"Apa! Tak sengaja, tapi kelihatannya menghina!" Cibir Tasya. 

Bisma tersenyum manis.

Suasana pun kembali hening. Mereka terdiam entah apa yang ada dalam benak masing-masing. 

****

Naira masih dengan hati yang pilu memikirkan kejadian yang di lihatnya tadi. Andai saja dia tidak kembali, mungkin pemandangan menyakitkan itu tak akan menghantui pikirannya. 

"Apa mencintai sesakit ini?" Bisiknya pelan.

"Ah ...!" Naira menggaruk kepalanya yang tak gatal. 

"Ada apa, Nai?" Tanya rekan kerjanya yang dari tadi terusik melihat sikap diam Naira.

"Aku ... Hehe!" Naira hanya tertawa kecil menggapi pertanyaan rekannya. 

"Seperti orang patah hati aja! Atau jangan-jangan, kamu lagi patah hati beneran, Ya!" Tebaknya lagi. 

"Hah ...! Patah hati? Aah, aku lagi baik-baik saja!" Kilah Naira terperangah, apa begitu tergambar di wajah kalau saat ini hatinya benar-benar kacau. 

Rima tertawa

"Kamu tak bisa mengelak lagi, Nai! Wajahmu menggambarkan!" 

"Wah, kalian lagi ngobrolin apa? Kelihatan serius sekali!" Celetuk satu suara. 

Naira dan Rima segera tunduk hormat saat melihat Ibu tempat kerjanya tiba-tiba muncul. 

"Maaf, Bu!" Ucapnya bersamaan.

Bu Brata tersenyum, lalu mengajak mereka untuk memulai kerja, karena di depan sudah banyak pelanggan yang harus di layani. Tapi Bu Brata tak urung juga khawatir melihat wajah lesu Naira,  gadis itu terlihat tak bersemangat.

"Ada apa dengan anak itu?" Batinnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TAKDIRKU ADALAH KAMUย ย ย Kebencian Meli

    ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Dan malam ini Andika benar-benar menepati janjinya. Ia membawa Naira untuk ke rumah Meli guna menjelaskan hubungan mereka. Karena telah berjanji pada dirinya tak akan melepaskan Naira lagi dari hidupnya. Tanpa perjodohan itu Andika memang mencintai Naira sejak dulu. "Kamu yakin, And! Kita akan bisa membuat Meli mengerti." tanya Naira ragu. Ia khawatir pada kemarahan Meli, apa lagi bila ia mengingat ancaman gadis itu padanya beberapa hari lalu. Naira semakin yakin Meli tak akan mungkin bisa menerima hubungannya dengan Andika. "Kita akan berusaha." jawab Andika meyakinkan dan begitu mantap. Merekapun tiba di rumah Meli. Dan gadis itu menatap sinis pada kedua tamunya karena ancamannya tak berpengaruh bagi mereka. "Mau apa kalian menemuiku. Mau bilang kalau kalian tidak bisa dipisahkan, begitu" sungut Meli tak dapat lagi menahan amarahnya. "Mel ... Maafkan kami, aku memang tak bisa mengabulkan permintaanmu karena kamup

  • TAKDIRKU ADALAH KAMUย ย ย Menghindar

    ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Naira memutuskan untuk melepaskan Andika setelah yakin dan penjelasan ibunya yang membuat ia berpikir. "Percayalah, Nai! Jika kalian memang berjodoh, Tuhan akan mempertemukan kalian kembali, bagaimanapun caranya!" Sulastri mengelus punggung tangan Naira. Naira semakin terdiam hanyut dalam perasaannya. "Hari sudah siang, kamu kok, belum siap-siap!" celetuk Sulastri lagi. "Aku lagi malas, Bu! Perasaanku lagi tidak baik!" kilah Naira "Jangan karena masalah ini, lalu kamu mengabaikan tugasmu! Ingat kamu digaji bukan untuk bersantai!" "Tapi, Bu!" Sulastri memberikan tatapan tajam. Ia tak ingin anaknya melalaikan tugas dan apa yang akan terjadi jika Naira tak masuk kerja. Yang ada, gadis itu hanya akan melamun sepanjang hari. "Baiklah ...." ucap Naira dengan malas. Gadis itupun segera melangkah ke kamar mandi. "Ibu selalu saja bisa untuk memak

  • TAKDIRKU ADALAH KAMUย ย ย Kemarahan Meli

    ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนMeli diam saja saat diantar pulang Andika. Wajah sinisnya benar-benar terpancar dan kebenciannya semakin nampak.Andika hanya mampu mendesah pelan. Ingin ia menjelaskan bahwa dia dan Naira telah dijodohkan, tapi pria itu takut Meli akan bertambah marah padanya, hingga menghukum dirinya sendiri lagi."Ayolah Mel ... Jangan seperti anak kecil!" bujuk Andika mencairkan suasana yang begitu hening."Kau mengingkari janjimu, And. Aku benci kamu ... Sangat membencimu! Bila kau tak bisa menjauhi Naira. Jangan halangi aku untuk berbuat kejam pada wanita itu." ancam Meli berapi-api dengan bibir yang dilantunkan.Andika menarik nafas dalam, ia benci dengan keegoisan gadis di depannya ini. Pria itu bingung harus bagaimana lagi untuk menjelaskan semuanya. Meli tak pernah sedikitpun mau mengerti, perhatiannya selama ini disalah artikan oleh gadis itu. Andika hanya melindungi Meli sebagai adik perempuannya saja namun Meli beranggapan lain. Andai wakt

  • TAKDIRKU ADALAH KAMUย ย ย Dansa berdua

    ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน Di tempat Andika nampak terlihat banyak tamu berlalu lalang. Setelah keluar dari rumah sakit seminggu lalu ayah Andika terlihat semakin sehat. Selain untuk memperingati hari lahir ayah Andika juga untuk mengucap syukur atas kesembuhan pria itu. "Andika ...." panggil ayahnya dan pria itu segera mendekati ayahnya. "Tidakkah kau mengundang Naira! Ayah merindukannya." ucap ayah Andika Andika terdiam, Andika lupa untuk mengundang gadis itu, ia bingung sedang saat ini ia masih dalam ancaman Meli. Ia harus bisa memberi alasan yang membuat ayahnya yakin. "Dia akan datang, Ayah. Percayalah!" sahut Andika sekenanya takut ayahnya merasa tersakiti karena keteledoran Andika tidak mengundang Naira. Ayah Andika mengangguk dan membiarkan Andika kembali menyapa tamu-tamu yang hadir. "Selamat malam, Paman! Selamat ulang tahun." sapa satu suara yang membuat Husen menoleh ke arah sumber suara itu. "Bisma ... Syuk

  • TAKDIRKU ADALAH KAMUย ย ย Kejutan

    ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนNaira belum sanggup untuk menghadapi kenyataan ini dimana ayahnya adalah ayah Meli juga. Ia belum mampu menata hatinya yang kini benar-benar retak. Ingin menyalahkan takdir tapi semua sudah kehendak Yang Maha Kuasa, dan itu sudah digariskan untuknya."Aku harus kuat, aku pasti bisa! Aku sudah terbiasa dengan hal yang semacam ini!" ucap Naira memberi semangat pada dirinya. "Ini jadwalku untuk memeriksa ayah! Aku harus menemuinya, dan semoga kesehatannya lebih membaik lagi." tambah Naira lagi dan iapun segera keluar untuk memeriksa ayahnya.Gawai Naira berdering melihat nama siapa yang tertera membuat gadis itu tersenyum."Ya hallo""....""Malam ini?" kening Naira berkerut mendengar ajakan sang penelfon."...""Aku tak bisa berjanji, Sya! Tapi aku akan usahakan untuk datang." Naira segera menutup telfonnya. Dan masuk ke ruangan ayahnya."Selamat sore, Tuan! Bagaimana keadaan tu

  • TAKDIRKU ADALAH KAMUย ย ย Kenyataan pahit

    ๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒนMeli yang mendapat kabar tentang ayahnya yang sempat pingsan di jalan dan kini di rawat di rumah sakit ini langsung panik dan segera ingin mencari keberadaan ayahnya yang di rawat."Aku akan mengantarmu, jangan terburu-buru seperti itu, nanti selang infusnya lepas dari tanganmu." cetus Andika. Pria ini selalu setia mendampingi Meli dari seminggu yang lalu. Namun keadaan Meli bekum pulih benar dan masih mengharuskan gadis ini untuk di rawat lebih lanjut.Meli menatap Andika dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Pria ini benar-benar menuruti permintaannya untuk tidak mendekati Naira lagi. Gadis itu bangga dengan keberhasilannya ini."Apa aku tidak merepotkanmu, And!" tanyanya dengan nada manja.Andika hanya menggeleng dan segera menuntun Meli untuk ke ruangan ayahnya berada. Dengan bergelayut mesra di lengan pria itu Meli mengikuti langkah Andika."Aku yakin kamu tak akan tega meninggalkan aku!" kekeh Meli da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status