Share

TAMU ITU TERNYATA MADUKU
TAMU ITU TERNYATA MADUKU
Author: Pejuang Online

Bab 01. Kedatangan Tamu Asing

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam. Maaf, cari siapa ya Mbak?" tanya ku ketika seorang wanita mengucapkan salam.

"Mas Azzam-nya Ada?" tanyanya.

Aku tertegun sesaat lamanya. Ku perhatikan wanita yang kini berdiri di hadapan ku.

"Heh! Ada tamu bukannya disuruh masuk malah bengong ajah!" tegur Mama mertuaku cukup mengejutkan.

"Eh? Iya, maaf, Mah. Mari silahkan masuk, Mbak!" sambutku meskipun hati diliputi sejuta pertanyaan yang memantik rasa penasaranku.

Aku menebak jika itu saudara jauh dari keluarga Mas Azzam suamiku. Karena Aku sendiri tak memiliki saudara kandung atau saudara yang cukup dekat apa lagi mau mencari jauh-jauh untuk mendatangi yang berbeda kabupaten.

"Kayla, buatkan minum saja sana! dari pada bengong kaya gitu," omel Mama. Wanita itu itu menyambut tamu dan mengajaknya masau lalu duduk di kursi ruang tamu.

"Baik, Mah!"

Aku pun berjalan menuju dapur berniat untuk membuatkan minuman untuk tamu sesuai perintah nyonya ratu.

Ketika aku masih sibuk di dapur. Terdengar Mama ngobrol dengan tamu itu menyebut nama Mas Azzam juga Nama ku.

"Tia, kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan bisa di jemput sama Azzam. Pastinya Azzam juga nyuruh si Kayla pergi dulu kalau tahu kamu mau ke sini, Nak."

"Permisi!" ujarku menyela obrolan keduanya. Ku letakan dua cangkir teh manis di atas meja serta setoples kue untuk jamuannya.

Aku memllih kembali ke dapur karena harus segera memasak. Sebentar lagi Mas Azzam pulang dari tempat kerjanya dan belum ada masakan yang tersaji di meja. Bisa kena amukan lelaki arogan itu, pikirku.

Saat aku fokus dengan tugasku di dapur. Aku dikejutkan kembali oleh lengkingan suara Mama memanggil. Dengan tergesa aku kembali menemui Mama. Tetapi aku melihat wanita itu tersenyum sinis menatapku.

"I-iya, Ma!" Singkat Aku menjawab dengan tubuh dan bibir bergetar sehingga suaraku terbata karena gugup sekaligus penasaran.

"Kamu cepat telepon Azzam suruh pulang sekarang juga!" pinta Mama.

"Tapi, ma!"

"Nggak usah banyak tapi-tapi! Cepetan suruh balik dulu! Ada tamu penting gitu!" perintah Mama penuh penekanan.

"Baik, Ma!" sambutku cepat.

Aku tergesa melangkah ke kamar berniat untuk mengambil ponsel. Aku hanya mengirim pesan singat saja melalui aplikasi hijau dan kebetulan kulihat Mas Azzam sedang Onlien.

[ Mas, kamu cepat pulang! Ada tamu penting ]

Setelah itu lekas ku matikan ponsel dan ku taruh kembali di atas nakas.

Kembali ku lanjutkan aktifitas memasak.

Sepanjang aku mengerjakan tugasku. Hati aku terus berpikir ada hubungan apa Mas Azzam dengan tamu itu?

Tidak berapa lama. Aku mendengar suara Mas Azzam sudah ada di depan rumah.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam, eh ... tuh! Azzam sudah pulang, Tia!" kata Mama.

Aku yang masih di dapur hanya menyimak saja. Jikapun aku menghampiri mereka. Sudah tentu Mas Azzam dan Mama akan memarahi dengan segala hinaan yang sudah terbiasa aku dengar.

"Bundaaa ... "tiba-tiba Daffa anakku yang baru berusia 3 tahun kurang berlari mendekat.

"Eh? anak Bunda, dari mana, Sayang?" Sambutku riang seraya merentangkan tangan untuk memeluknya.

"Abit dali lumah kakak celin, Bun." Jawab Daffa dengan logat cadel. Yang di maksud celin adalah anak dari tantenya Mas Azzam yang rumahnya tak jauh dari rumah mama mertua.

"Keyla!"

Terdengar Mas Azzam memanggil. Segera aku berjalan mendatangi sebelum ia marah dan memaki sesuka hati.

"Sini duduk! Daffa sini sama Ayah!" ujar Mas Azzam.

"Nda au!" tolak bocah itu. Ya, Daffa memang kurang dekat dengan ayahnya. Daffa juga selalu bilang ayah jahat, ayah tium-tium tante Ia.

Rupanya yang dimaksud tium adalah ayah suka cium-cium tante Tia. Kini sedikit terjawab salah satu pertanyaanku tadi.

Hari-hariku memang bekerja di toko baju milik tetangga rumah mertua. Daffa aku titipkan di adik iparku.

"Daffa ... main di kamar dulu ya! Bunda mau ada perlu sama Ayah. Nanti Daffa main lagi sama Bunda," pujukku. Bocah itu mengangguk setuju.

"Muuaahh ... Dedek ayang Bunda," ujar Daffa sembari mencium pipiku.

"Bunda juga," balasku singkat dan tersenyum menatap kepergian Daffa yang masuk ke kamar.

Mama mertua juga Mas Azzam dan wanita bernama Tia hanya terdiam melihat kami berdua yang saling sayang.

"Mau ngomong apa, Mas?" tanyaku.

Mataku terus menatap wajah wanita bernama Tia yang tiba-tiba agresif pada Mas Azzam yang duduk di sampingnya.

"Duduklah dulu kalau suami mau ngomong! Dan dengerin baik-baik! Jangan kampungan terus gaya kamu," ujar Mama bernada sinis. Padahal dia sendiri pun hidup di kampung hanya gayanya saja yang sok orang kota besar dan sok paling kaya.

Aku hanya terdiam. Mataku terus mengawasi pergerakan tangan dua manusia lawan jenis itu yang terus saling menggenggam. Bibir Tia juga terus mengukir senyuman dan menatap wajah Mas Azzam semakin dalam. Kuperhatikan juga bibir Mas Azzam yang monyong-monyong macam ikan lohan.

"Kayla, Kenalkan. Ini Tia istri kedua Mas. Mas sudah menikahi dia setahun yang lalu," ujar Mas Azzam tegas dan lantang.

"Apa, Mas?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status